Disana bertemu pak Kasun. Ia jelaskan semua. Mulai dari mesin pembuat konsentrat. Fermentasi pakan. Perkembangan sapi. Pengolahan kotoran jd pupuk hingga dimanfaatkan jadi bio gas. Nyaris sempurna. Semua hal bisa dimanfaatkan, tidak terlepas dari bantuan pemerintah.
Yang aku sayangkan, yaitu yang terakhir, Biogas. Sebenarnya bisa dimanfaatkan banyak, hanya saja bocor. Pak Kasun dkk ini mendapat bantuan instalasi biogas ini dari BLH, agar gas methan yang ditimbulkan kotoran sapi ini bisa dimanfaatkan jadi bahan bakar.
Kebocoran ini cukup disayangkan. Mungkin BLH Banyumas harus banyak belajar lagi bagaimana konstruksi biogas yang benar. Sudah diperbaiki masih bocor lagi. Dindingnya retak halus sebesar rambut, tapi ini masalah besar. Sudah satu setengah tahun mangkrak, tak bisa digunakan katanya.
"Dulu kadang bisa dipakai buat masak kalo lagi ronda disini. Bisa bertahan lama, apinya juga tidak berbahaya, mudah dimatikan tidak seperti gas elpiji," kata Kasun.
Kasun juga optimis kalau biogas ini juga nantinya bisa digunakan untuk menggerakkan mesin pembuat konsentratnya. Hanya saja mimpi mereka harus tertunda dulu. Katanya, sejauh ini dia sering ikut Diklat di Semarang soal petrnakan. Dia sedang menggagas agar konstruksi biogas yang dibuat oleh BLH yang terbuat dari beton ini diganti dengan yang berbahan fiber. Mungkin itu akan jadi solusi bagus. Sungguh disayangkan bau kotoran sapi yang menyengat itu tidak dimanfaatkan.
Ganda Kurniawan, jurnalis Banyumas Ekspres (Jawa Pos Group)
0 comments:
Post a Comment