Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Tuesday, April 12, 2011

ALASAN LOGIS PEMILIHAN JUDUL SKRIPSI SAYA


[Catatan Sederhana Untuk Pra Penyusunan Proposal]
Oleh: Ganda Kurniawan

Cover Film Gie
Cover Film Gie
Judul Skripsi: Nilai-Nilai Nasionalisme dalam Film “Gie” Sebagai Media Pembelajaran Sejarah pada Siswa Kelas XII IPS SMA N 1 Kutasari Tahun Ajaran 2011/2012*

Maksud Judul
Mencari pengaruh atau implikasi yang ditimbulkan dari Pendemonstrasian (mempertontonkan) Film "Gie" terhadap penyerapan atau inspirasi akan nilai-nilai nasionalisme kepada siswa. Ini lebih condong kepada penelitian kuantitatif pengamatan pemahaman afektif siswa mengenai figure sejarah "Soe Hok-Gie" dalam Film tersebut sebagai sumber inspirasi akan nilai-nilai nasionalisme.

Alasan Subjektif
Ada beberapa alasan pribadi yang emosional mengapa saya memilih dan cukup antusias memilih judul skripsi diatas. Saya sangat tertarik terhadap tokoh sejarah Soe Hok Gie, yang akhirnya beberapa tahun lalu kisahnya direkonstruksi ke dalam Film layar lebar. Seringkali saya juga terinspirasi dan termotivasi dari gaya pemikirannya yang idealis, nasionalis, kritis, puitis dan naturalis. Hal ini sangat mendukung semangat menulis/penelitian dari saya sendiri.Soe-Hok Gie
Soe-Hok Gie


Nicolas Saputera, Berperan sebagai Gie
Nicolas Saputera, Berperan sebagai Gie
Memang dilihat dari sepintas umumnya anak Sekolah kurang mengenal tentang tokoh sejarah yang satu ini. Namun justru tokoh Soe Hok Gie sangat popular dikalangan pemuda atau mahasiswa karena dirinya juga seorang aktivis angkatan 66 yang terkenal dalam demonstrasi yang menumbangkan kediktatoran Demokrasi Terpimpin. Ketika kisah Soe Hok Gie ini telah direkonstruksi dalam film layar lebar yang berjudul “GIE” yang diperankan oleh Nicolas Saputera, maka saya yakin tokoh sejarah ini tengah blowing-up, sebagai tokoh sejarah yang inspiratif khusuusnya untuk kaum muda dan anak sekolah. Selain itu dari sini juga Siswa SMA mulai dikenalkan, melalui film diharapkan dapat menjiwai atau bahkan mengimitasi nilai nasionalisme yang melekat pada sosok Soe Hok Gie.


Mengenai penerapannya dalam pembelajaran kebetulan bahwa Guru sejarah SMA N 1 Kutasari ini telah membudayakan (mewajibkan) mendemonstrasikan Film “GIE” ini kepada siswanya di tiap angkatan. Film ini biasanya dipertontonkan secara audio visual kapada siswa kelas XII, hal ini disesuaikan dengan ketepatan dengan materi Sejarah Nasional Indonesia pada masa peralihan dari Demokrasi Terpimpin ke Orde Baru yang juga didapat ketika kelas XII.

SMA N 1 Kutasari di Kabupaten Purbalingga ini menjadi objek penelitian yang tepat bagi saya. Keakraban saya dan hubungan yang masih interaktif dengan Guru Sejarah SMA tersebut masih terjalin hingga sekarang, baik dalam hal pemberian informasi maupun interaksi intelektual (diskusi). Dengan kata lain saya masih tergolong familiar terhadap guru-guru SMA tersebut. Mempertimbangkan letak Geografis sekolahan mudah dijangkau mengingat saya sendiri adalah Alumni SMA tersebut dan masih bertempat tinggal di Purbalingga.


Buku catatan seorang demonstran (CSD), yang menjadi rujukan pembuatan Film Gie
Buku catatan seorang demonstran (CSD), yang menjadi rujukan pembuatan Film Gie
Alasan Objektif
Bagi mereka yang pragmatis dan malas atau kurang fleksibel dengan sesuatu yang berbau politik atau sejarah biasanya memandang bahwa film ini memang susah untuk dimengerti. Apalagi bagi mereka yang belum terjun ke dalam pergulatan intelektual akademis tingkat mahasiswa. Pada dasarnya memang dalam film tersebut banyak membahas tentang persoalan-persoalan sezaman dimana mahasiswa menjadi aktor utamanya. Film ini bukanlah film dokumenter akan tetapi film rekonstruksi sejarah murni yang terinterpretasi dari catatan harian dari tokoh Soe Hok-Gie sendiri. Catatan hariannya tersebut yang sebelumnya juga sudah dibukukan menjadi buku yang berjudul “CATATAN SEORANG DEMONSTRAN”. Jadi dapat dipastikan bahwa film ini cukup representative mengenai realita tokoh sejarah ini.

Namun tidak ada salahnya ketika film ini diperkenalkan kepada siswa-siswi SMA. Topan Dwiono Purbaya, Guru SMA N 1 Kutasari juga telah membudayakan atau “mewajibkan” siswanya dipertontonkan film GIE ini. Bahkan sebenarnya buku “Catatan seorang Demonstran” sekarang telah dianggap sebagai “kitab suci” untuk para aktivis. Kebanyakan kisah dalam film ini mamang tentang sifat tokoh yang keberpihakannya pada kaum yang lemah, patriotik dan pengkritik, namun bukan berarti inti pesan yang disampaikan berguna untuk mendorong penikmat film untuk menjadi jiwa demonstran. Akan tetapi nasionalisme, intelektualitas, idealisme, dan petriotismenyalah yang diharapkan menjadi inspirasi jiwa. Pada dasarnya ada dua manfaat yang bisa diambil dari film ini ketika didemonstrasikan kepada siswa yaitu: Pertama, siswa akan mengerti tentang deskripsi situasi Indonesia ketika masa Demokrasi Terpimpin, baik itu tentang kondisi kehidupan maupun watak-watak dari penguasa (Soekarno); kedua, bahwa siswa akan kagum kemudian terinspirasi sifat, pendirian atau pola pikir dari Soe Hok Gie.

Film ini jelas sangat bernada edukatif dan sama sekali tidak memancing orang untuk bersifat destruktif. Soe Hok-Gie memang berbeda dengan tokoh sejarah lainnya, hal ini karena sifat kepemudaanya yang sangat menonjol yang diejawantahkan dalam intelektualnya, ketika yang tua sudah kocar-kacir, giliran yang mudalah menjadi agent of change. Digambarkan di film bahwa semenjak SMP dia adalah siswa yang rajin membaca bahkan berani mendebat gurunya, itu karena Gie yakin bahwa dia adalah benar, bahwa “Guru bukanlah Dewa yang selalu benar, dan murid bukanlah kerbau”, karena tindakan pemberaninya itu malah justru dia tidak dinaikan kelas. Ketika mahasiswa dia tampak menonjol dalam intelektualnya, menyukai diskusi, suka nonton film, dan bersikap kritis dengan mengkritik kepada pemerintah bahkan temannya sendiri. Soe Hok-Gie menjadi tokoh yang paling berpengaruh terhadap lahirnya Orde Baru, dan tergolong menjadi salah satu orang yang paling berpengaruh yang mati muda setelah Kartini, Jenderal Soedirman, R. Wolter Monginsidi, Chairil Anwar dan lain-lain.

Foto Asli Soe Hok-Gie
Foto Asli Soe Hok-Gie
Gie sebagai tokoh sejarah secara kebetulan bahwa dia juga seorang mahasiswa dari jurusan sejarah FSUI. Pantas saja bahwa pemikiranya dalam film sangat cocok sekali dengan persoalan sejarah. Melalui pemutaran film ini setidaknya akpakah akan memancing siswa untuk mengidolakan sosok Soe Hok Gie?, serta biasanya sosok idola pasti ada salah satu sisi dari dirinya yang sering kali ditiru, khususnya dalam hal nasionalisme. Ini memang menarik untuk diteliti. Hal yang sangat menarik perhatian adalah bahwa film ini adalah generalisasi dari Gie dilihat dari sudut pandang Sejarah, Sastra, Kecintaannya terhadap Buku, Kecintaannya terhadap Alam, dan tentang Kisah Cintanya. Mungkin perpaduan itulah yang mampu menghipnotis para pemuda, yang menjadikan sosok Gie sebagai tokoh sejarah yang memiliki nilai seni tersendiri.

Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, karya tulis ini dapat dijadikan suatu kajian ilmiah tentang pengamatan implikasi atau pengaruh dari fenomena metode pendemonstrasian film rekonstruksi tokoh sejarah kepada siswa berkaitan dengan nilai-nilai afektif yang terinspirasi dari film tersebut.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, skripsi ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa
  1. Bagi praktisi pendidikan, dapat memberikan gambaran tentang efektif atau tidaknya model pembelajaran sejarah dengan mendemonstrasikan film “Gie” dalam mewujudkan siswa yang menyukai akan sejarah dan menghayati nilai-nilai patriotisme tokoh tersebut.
  2. Bagi pemerintah dapat menjadi satu masukan tentang penentuan kebijakan pendidikan yang menekankan aspek berpikir kritis dan afektif pada peserta didik.

----------------------
*) Judul ini sudah disetujui oleh kedua dosen pembimbing saya yaitu Drs. Karyono, M.hum dan Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum. tulisan ini bagian dari strategi dini saya untuk dijadikan sebagai media untuk meyakinkan dosen akan tema tersebut, sehingga dosen tidak mudah untuk meminta untuk mengganti tema.