Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Saturday, August 13, 2011

Catatan seorang Pendiam - Early PPL



Aku selalu mandi, meski aku selalu ragu untuk mandi. Tengaran, Salatiga lebih dingin dari Kutasari 6 tahun yang lalu. Kira-kira dengan 60Km/Jam tiap pagi kami merasakan mandi embun yang menusuk sejauh Tingkir hingga SMPN 2 Tengaran.

Tiap malam aku tak betah merasakan tekanan alam seperti ini. Sahurpun mudah sekali terabaikan, seperti Bus Anjana (via Wonosobo) menghindari dan malas tuk singgah di Terminal Secang, Magelang. Mata terpejam kurang terasa nyenyak…. kaki menekuk, saling mengapit merapatkan selimut.

Menerima begitu saja kenyataan ini, karena kami yakin ini hanya soal penyesuaian. Yang tidak kami terima adalah biaya makan yang tinggi. Jarang pesaing harga, akhirnya semi monopoli.

Kawan-kawan baru dari Jurusan lain, kawan satu jurusan: Dony, Rony dan Mas Fendy membuatku tak lagi terasing. Meski kesan pertama yang mereka tangkap bahwa aku adalah orang yang pendiam. Aku menyamakan ini dengan titik nol, inilah caraku membangun sebuah citra, pribadi dan menanggapi persahabatan.

Yang aku suka dari mereka adalah kepemimpinan yang membiarkan air mengalir, tenang, penuh inisiatif dan tidak semrawut.

SMPN 2 Tengaran
Ini adalah sekolah Kuda Hitam (Pinggiran). Kuda Hitam tak selalu liar seperti apa yang dibayangkan. Mungkin berkat Pak Amin. Peran beliau bagiku mirip dengan seorang Prime Minister, meski masih dibawahi pak Dhofari (KepSek). Sebuah pola pikir Teokrasi, ia mentransisikan Sekolah negeri yang konvensional ini menjadi sebuah sekolah yang Agamis. Setidaknya telah meminimalisir kenakalan pada siswa, apa yang dikhawatirkan kami.

Kelas H (7H, 8H, 9H) dicap sebagai kelas unggulan namun dimata Guru, SMP Terbuka adalah sosok terdidik yang lebih kreatif.

Mengenal Perpustakaan tak kalah penting dengan mengenal para guru. Sedikit heran meski sekolah pinggiran tetapi memiliki perpustakaan yang indah, dan juara 1 tingkat provinsi. Terdapat 1 etalase yang menampung buku-buku semua tentang Amerika Serikat, hadiah dari Kedubes.

Roni, Teman Dekat
Roni tetaplah Ahmat Jamroni. Gaya  dan ekspresinya tetap sama ketika tampil. Di kampus mungkin hanya dia yang bisa membuat Bu Putri (Dosen Spesialis Sejarah Kolonialisme Belanda) yang terkenal sangat serius itu tertawa.
Datar, tak banyak kata. . . . sebelum berkata, ia sudah layak ditertawakan karena ekspresinya. Wibawaku pun terasa turun ketika aku dan para siswa tak tahan ikut menertawakan dia di kelas.

Belum ada pergulatan intelektual, cukup sebuah narasi kali ini…

Tingkir, 13 Agustus 2011