Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Tuesday, October 23, 2012

Dari Setanjung ke Kalimasada [Part 13]


Memang betul adanya, jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Kata-kata bijak hanya omong kosong belaka, itulah mengapa aku selalu butuh pelajaran langsung. Ar[t]my di Kalimasada dilambangkan sebagai kontrakan yang tak pernah sepi dari pemuda dengan berbagai model. Model pecinta vespa, model berambut gondrong, seniman, model pecinta motor-motor kuno. Ada lagi kawan-kawan Sejarah ku yang sering datang kesini jadi ketambahan ada orang-orang model bingung masa depan. Penampakan ar[t]my tetaplah kusut. Siang hari yang terlihat adalah pemuda melamun, bermata berat, rambut berantakan, menggaruk-garuk kepala, mereka baru bangun tidur. Sore hingga malam baru terlihat ada kehidupan, dan pagi tetaplah pagi yang sepi yang berbicara adalah sampah-sampah terabaikan yang bergerak sendiri tertiup angin di depan pintu atau lambaian pohon-pohon di samping rumah yang semakin meninabobokan penghuni kontrakan. Namun jarang orang yang tahu apa yang ada di ruang belakang kontrakan ini. Setelah, tahu rasanya kita harus kembali mendengar dan mulai menghargai makna lirik lagu Reggae nya Steven & Coconut Treez – Bebas Merdeka:

Banyak yang bertanya, aku ini mau jadi apa?
Koq nggak kuliah, juga nggak kerja
Tapi ku jawab inilah ku adanya

Tapi jangan kira, aku ngak berbuat apa-apa
Aku berkarya, dengan yang ku bisa
Dan yang penting aku bahagia

Yang penting aku gak nipu
Gak bikin susah kalian
Yang penting gak terlibat 378

Reff: kujalani, apa adanya aku bahagia
Bebas lepas, tanpa beban, aku merdeka (reff 2x)

Meski mereka mahasiswa, dari luar terlihat seperti pemalas. Seperti tidak bekerja, juga seperti tidak kuliah tapi di ruang belakang kontrakan ini adalah sebuah laboratorium anak-anak seni rupa. Bergulung-gulung kanvas dan yang paling besar adalah laboratorium sablon dengan berbotol-botol cat. Yah selain mereka sering menerima pesanan lukisan, mereka juga memiliki keahlian menyablon. Aku mengamati kebanyakan pesanan sablon adalah kaos-kaos yang dipakai oleh maba ketika keakraban jurusan di Unnes, termasuk kaos Exsara juga disablon disini. Tidak sebatas menyablon mereka juga melabelkan sablonya dengan merk “BELIMO”. Karena mereka adalah anak-anak seni rupa maka “belimo” adalah sebuah ide dari kata “B5” atau nama gedung kuliah mereka di Unnes. Dalam satu proyek, tentu kadang nilainya jutaan rupiah. Inilah yang membuat mereka bahagia tinggal disini, ketimbang terlihat sibuk kerja atau kuliah keluar.

Dari musim kemarau pertengahan Juli hingga musim hujan pertengahan Oktober aku telah tahu semua tentang ar[t]my dan Kalimasada. Ar[t]my bukan hanya wadah maskulinitas, ar[t]my juga bukan soal kongsi orang-orang culun yang takut dengan wanita, juga bukan kongsi orang-orang lusuh yang tidak didekati wanita. Bahkan aku memandang kebahagiaan mereka sungguh lengkap karena ada wanita-wanita disini. Nampaknya tetangga-tetangga telah mafhum, dan aku yang telah empat tahun di Semarang menjadi mahasiswa juga harus memeklumi fenomena ini. Teman atau pacar wanita boleh menginap di kontrakan ini bahkan satu kamarpun tak mengapa, selama tidak ketahuan petugas, FPI dan tidak ada undang-undang yang melarangnya di kontrakan ini. Jika di Dian Ratna menyikapi hal ini bersifat semi-bebas, orang pasti ragu untuk menginapkan pacarnya di kamarnya bukan karena ada penjaganya atau bukan karena ada rasa malu tapi kerena Dian-ratna berbentuk kos-kosan, sama halnya dengan asrama dan petugas merasa halal saja melakukan inspeksi di sebuah kos-kosan. Namun ar[t]my tidak disangkal lagi bahwa ia adalah sebuah rumah kontrakan, dimata siapa saja akan menganggap ini seperti rumah warga biasa yang tidak perlu adanya inspeksi, satu rumah adalah satu otoritas penghuninya. Ini adalah nilai plus sendiri kepada mereka yang mencintai nilai-nilai romantisme. Bebas mengapresiasikan seni pergaulan dengan pacar di dalam kamar.

Hampir semua penghuni di sudut kamar kontrakan ini sudah memiliki seorang kekasih dan sempat membawanya ke kamar. Mungkin kecuali aku dan Agus. Aku memang baru putus dan sulit menentukan kapan lagi aku akan kembali berpacaran, sedangkan Agus. Aku tak tahu. Kembali tentang kebebasan di ar[t]my, meskipun mereka bebas bersama pacarnya di dalam kamar, namun selama ini aku belum pernah mendengar suara yang aneh-aneh dan negatif diantara mereka. Dari suara kalbu aku hanya bisa menangkap bahwa mereka sedang bercanda dan kelihatannya memang menyenangkan.    

Jujur saja semenjak semester 2 aku ingin sekali merasakan hal seperti itu. Punya pacar anak Unnes yang sedikit gampangan lah, minimal dia manis. Yang sekiranya mau diajak ke kamar kosku di Dian Ratna. Memang tak terbayangkan membawa seorang kekasih yang paling dicintai ke tempat yang lebih personal. Meski aku tak mengerti apa yang akan dilakukan dan apa tujuanya tapi sungguh memang sepertinya menyenangkan. Mungkin didalam bisa ngobrol tentang hal-hal yang indah dari cinta hingga hal-hal yang mendetail layaknya pembicaraan tingkat professor cinta yang Detail. . . sungguh detail. . .

Wanita adalah sumber gairah kehidupan pria, wanita adalah sosok yang lebih berharga daripada harta benda semahal apapun. Disini aku merasakan kesepian yang tak terperi jika berfikir tentang wanita. Wanita adalah harapan hidup, dan tanpanya sungguh mimpi buruk, aku sungguh mengakui kebenaran teorinya Sigmund Freud. Sekalipun aku tak memiliki kekasih, setidaknya dalam imajinasi, selalu dapat aku bayangkan wajah sosok wanita idaman, membayangkan bahwa ia adalah milik kita dan bangga memilikinya, disitulah aku bisa tiba-tiba tersenyum kemudian bangkit. Itu adalah proses Self Hypnosis, kunci kebahagiaan salah satunya ya seperti itu. Membohongi diri sendiri, aslinya gak punya tapi merasa punya, aslinya kekurangan tapi merasa kaya.

Namun keinginan untuk memiliki seorang kekasih disini tak pernah tersampaikan sepanjang hidupku di Semarang. Karena setiap setelah sholat fardhu aku hampir pasti berdo’a agar aku selalu dituntun ke jalan lurus-Nya. Alhasil aku selalu dijauhkan dari hal-hal yang mendekati maksiat. Dan anehnya lagi aku tak bernafsu untuk memiliki pacar dari Unnes, secantik apapun se-solehah apapun Allah tidak pernah mengkaruniakannya padaku disini. Sinyal-sinyal cinta seringkali ku dapatkan tapi aku tak pernah menanggapinya dengan penuh gairah. Inikah yang dinamakan terkabulnya do’a?? aku memang tidak senang dengan terkabulnya do’a ini tapi bagaimanapun juga ini adalah jalan terbaik yang Allah berikan. Dari hati selalu berbisik bahwa lebih baik aku mencari seorang kekasih dari dalam negeri saja ketika aku pulang. Negeri yang aku maksud adalah negeri yang terbentang dari lembah-lembah Gunung Slamet hingga teluk Penyu, karena mereka adalah satu dialek.

Sendiri disini tak masalah, selama kemampuan imajinasiku masih luar biasa jika membayangkan tentang kekasih. Ya, jadi aku bisa saja merasa sedang memiliki seorang kekasih ketika otakku sedang dalam level gelombang Alfa. Sedikit merasa tenang dan bahagia sebelum tidur. Masih bisa mendengar setiap denyut kehidupan di sudut kamarku. Suara gaduh tikus yang sedang becanda di balik plafon MMT, bunyi kodok yang masuk ke bagian kusen yang keropos, serta kerik jangkrik yang asalnya entah dari kolong sebelah mana. Ketika otak menginjak pada level Theta, barulah aku tak sadarkan diri tidur pada kelelapan, meninggalkan waktu yang tak pernah kembali.


written at:
Payung parkiran FIP, 23 Oktober 2012