Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Wednesday, June 29, 2011

Catatan seorang Pendiam 29 Juni 2011


Aku  tampak lebih kurus dari sebelumnya. Kenapa aku rela menyakiti diri sendiri dikala dalam proses belajar. Belajar memang seringkali seperti sedang ngemil kacang, awalnya kita akan malas sekali untuk memulainya tapi ketika ditengah proses kita jadi lupa segalanya. Lupa Tuhan, lupa makan, lupa tentang cinta, dan kadang lupa mandi. Cukup senang hari ini bisa menguasai AVS Video Editor, aku jadi mengerti bagaimana membuat video pembelajaran. Meski ini masih 50:50 sebagai tugas tapi memeng tidak ada salahnya aku menguasai. Siapa saja mungkin mengalami hal yang sama denganku terjangkit penyakit "Melupakan". Karl Marx dalam menulis manifesto Komunisnya Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan British Museum, demi menggali dan menemukan teori ekonomi dan kapital. Kecuali untuk mengunjungi keluarganya yang terbengkalai. Ketika Marx menulis Das Kapital, sebenarnya hidup Marx berada dalam keprihatinan. Ia hidup penuh kesulitan dan terlunta-lunta. Karl Marx menelurkan konsep ekonomi tanpa memperhatikan sama sekali kehidupan ekonomi keluarganya. Karl Marx bercita-cita tentang arti masyarakat sejahtera, namun sama sekali tidak coba dilaksanakan di keluarganya sendiri. Sang istri begitu pilu hidup bagai perempuan sebatang kara di tengah hutan tanpa banyak mendapat belaian kasih sayang sang suami. ah seharusnya kisah Marx ini menjadi pelajaranku agar lebih bijak (seperti yang diidealkan sebagai seorang sejarawan).

Kapan aku punya pacar kalau aku terus belajar? Aku jadi tak sempat membuat proposal pernikahan atau setidaknya membuat pakta untuk menjalin kasih dengan seorang wanita?. Rasanya ini bukan kerusakan pada sistemku. Tapi hanya kurang di upgrade saja. Aku kurang pandai memanage disiplin diri.

Akhir-akhir ini aku sering bergelut soal IT ketimbang sastra atau sosial. sedikit mengurangi kemampuan menulisku. aku sedikit bosan dan sekali-kali ingin egois. Selama ini Belajar sejarah bertujuan agar berfikir kenasionalan, membangkitkan nasionalisme dsb. Nasionalisme bagiku sekarang bukan berfikir tentang Negara (Politik) karena politik adalah hal yang kotor (aku tak sudi) tapi berfikir bagaimana kita sebagai individu memiliki kepribadian yang baik. Akupun lebih percaya sedekah/ zakat ketimbang membayar pajak Negara. Sebenarnya tujuan hidupku adalah menjadi manusia yang mandiri, bukan menjadi manusia yang digantungkan apalagi manusia yang menggantungkan. Sebagai manusialiberte ala Amerika, aku ingin yang ku lakukan bukan karena menuruti kesepakatan tertulis, tapi karena kesadaran diri yang mengalir sebagai individu yang merdeka sekaligus sosialis.

Tak dapat membohongi diri bahwa duniawi sesungguhnya adalah hal yang penting. Islampun juga seberanya mengajarkan agar juga tidak melupakan keduniaan. Siapapun membutuhkan kejayaan di dunia, termasuk Allah-pun menginginkan umatnya juga Berjaya di dunia. Islam menganjurkan perdagangan (sekalipun berdagang bisa membentuk karakter manusia yang kapitalistik). Berbeda dengan teokrasi ala Pemerintahan Gereja di Abad Pertengahan (The Middle Ages), mengajarkan “Tidak ada satu orang Kristenpun boleh menjadi Pedagang”,  ada anggapan mereka bahwa pedagang-pedagang adalah suatu unsure perusak kehidupan masyarakat, takut munculnya karakter kapitalistik yang saling memangsa (berbeda dengan Gereja Sekarang). Sementara Allah juga tidak begitu memuji kepada mereka yang tidak mengenal keduniawian (sedikit menyiksa diri/ memiskinkan diri pasrah dengan keadaan yang penting mati dalam keadaan Islam). Adakah sedikit dosa kepada mereka? karena tidak mau membawa berjuang menjayakan islam di dunia.

Kesimpulannya bahwa sebenarnya Allah ingin kita kaya. Tapi Kadang karena kaya pula kita jadi Lupa kepadanya. Jadi bagiku hal yang paling ideal adalah “hidup kecukupan”, akan lebih mudah sadar untuk merasa bersyukur dari pada mereka yang terlanjur kaya. Dunia bukanlah sesederhana "Panggung Sandiwara", tapi lebih dari itu. Dunia adalah Arena Perang yang sesungguhnya, ketika tersayat pedang kita pasti merasa sakit, bukan sebuah rasa sakit seperti kepura-puraan dalam sandiwara. Diam tak mesti tak bergerak, “Tuhan ingin melihat bagaimana kita bermain”, kata Igor Saykoji.

Tuesday, June 28, 2011

Catatan seorang Pendiam 28 Juni 2011


Sayangnya aku dapatkan buku ini disaat situasi banyak tekanan waktu seperti sekarang. Ini penting dan sangat menarik membahas soal Tokoh-Tokoh Besar Ekonomi. “Ini adalah buku mengenai beberapa orang yang secara aneh patut mendapat penghargaan” kata Robert L. Heilbroner orang yang mengarangnya.  Dalam buku-buku sejarah di sekolah rasanya  tokoh-tokoh besar ekonomi hampir tidak ada artinya (kecuali Karl Marx, yang paling kontroversi). Para ekonom ini tidak pernah memimpin pasukan perang, atau menduduki singgasana Kekaisaran. Bagi sejarawan mungkin menganggap mereka sangat sedikit sekali menentukan jalanya sejarah.

Karena mambahas ini aku terpaksa harus sedikit membuka tentang “Underground Sejarah” yang selama ini hanya banyak diketahui oleh aku dan Furqon saja di Jurusan. Ini bukanlah sebuah distorsi sejarah, tapi mengkerdilkan urgensi salah satu bidang sejarah dan meraksasakan urgensi sejarah yang lain.

Konspirasi telah membentuk kebiasaan bahwa para pemikir ekonomi bukalah hal yang penting. Aku menegrti mengapa bagi Orang Yahudi ilmu ekonomi adalah hal yag wajib. Mereka minoritas tapi terkenal cerdas dan kaya luar biasa. Dinasti Rothschild, Lehman Brothers, Rockefeller dll.

Hingga kini orang-orang tak kunjung sadar bahwa masalah ekonomilah yang sebenarnya telah merobek-robek dunia ini. Tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya semua manusia memiliki nafsu untuk meraih kekayaan. Masalah politik tentang pertumpahan darah perebutan kekuasaan atau berebut hegemoni bukan apa-apanya dari apa yang dilakukan oleh para ekonom ini. terlalu berfikir soal ekomomi berarti ia semakin duniawi.

Membuat simpul antara Sejarah dengan Sastra bagiku hanya sedang berbagi Green Tea dengan orang orang sekitar.Bagiku membuat simpul yang kuat antara Sejarah dengan Ekonomi rasanya seperti sedang menyimpan satu gentong Red Wine (semakin lama disimpan semakin nikmat) yang akan ku minum diam-diam sendirian. Itulah kenapa aku dan Furqan senang jika suatu sejarah lebih nikmat jika dikonsumsi diri sendiri. Penuh teka-teki yang panjang.

Waktu SMA aku sempat respect dengan pelajaran Ekonomi. Kelas XI C dimana aku baru saja mengakhiri zaman kenakalan (tidak diketahui orang tua). Bu Hartini mempercepat peralihan ini dengan menunjukku sebagai delegasi peserta Lomba untuk mapel Ekonomi. Pertama adalah lomba 7-Mapel dan yang kedua adalah Pra Olimpiade Ekonomi. Aku tak pernah juara, dan akupun sebenarnya masih bingung mengapa aku yang ditunjuk yang konon dikira Kuda Hitam, bukan menujuk mereka yang terus bertahan di papan atas prestasi seperti Didik, Undiarti, atau Erna.

Aku dulu sampai hafal soal teorinya Adam Smith, Karl Marx, J. Maynard Keynes, Robert Malthus, David Ricardo dll. Aku selalu memilih Dwi Yuni sebagai partner lombaku, dia cerdas, pandai bicara dan manis agak mirip Tasya.
Itulah detik-detik aku sadar akan ilmu ekonomi. Aku ingin seperti orang-orang Yahudi yang tak bisa dibodohi soal ekonomi. Tentu saja kebingungan memilih antara menjadi orang materialis atau idealis, itu adalah permasalahan klasik. Dan masalah ekonomi modern adalah bertanya “What, How Much, How, and For Whom”

Monday, June 27, 2011

Catatan seorang Pendiam 27 Juni 2011


Disaat lelaki di bawah tekanan kehidupan seperti ini, peran seorang selir atau pasangan sangat dibutuhkan sekali. Entah dijadikan sebagai penyemangat atau yang lain. Dan lelaki tak perlu menyembunyikan  fenomen ini.

Che Guevara yang sedang dibawah tekanan sengitnya perang Gerilya untuk menumbangkan Batista di Kuba itu juga sempat jatuh cinta lagi. Che Jatuh Cinta lagi dengan seorang gadis ditengah perjalanan bergerilyanya, padahal Che sendiri berperang meninggalkan beristri dan anak.
Aku menanggung banyak tugas akhir-akhir ini. . . . . .

Sunday, June 26, 2011

Catatan seorang Pendiam 26 Juni 2011


Belajar  dan belajar, trial and error. Itu tragedy hari ini. seperti koki yang sedang coba-coba masakan menambahkan bumbu ini-itu untuk menemukan rasa terbaik. Atau seorang pujangga yang sedang menulis sebuah surat cinta di kertas, ketika kata-katanya kurang indah maka kertas itu diremasnya dan dibuang ke tong sampah, dilakukan berulang-ulang sampai ia benar-benar tercipta kata-kata cinta yang brilian.

Tapi itu hanya perumpamaan saja. Ribuan detik ku lalui hari ini dengan mencoba-merancang video dari dengan serangkaian foto. Mencoba efek ini itu untuk mendapatkan hasil yang terbaik, belajar bagaimana cara memakai suatu program menu demi menu, tab demi tab dan klik demi klik. Hari ini aku mengadu  dua software yang sebanding dan sejenis yaitu VideoPad Professional VS AVS Video Editor. Tak ada yang menang, hanya ternyata bisa saling melengkapi.

Entah kenapa aku terlampau peduli dengan semua ini yang kadang justru menyulitkan diri sendiri. Mungkin sudah menjadi reflek. Dan mungkin juga teman-teman memanfaatkan sifatku ini untuk mempermudah diri mereka. Itulah kenapa aku kembali ditunjuk lagi  sebagai ketua, ketua kelompok perancang video pembelajaran. Padahal sebelumnya aku tidak handal soal hal TIK seperti ini.

Aneh . . . .dikelas aku hanya orang yang pendiam. Aku juga kadang tidak tahu sebenarnya kapan aku menunjukan diri kalau aku anak pintar. Tugas yang tugas, presentasi ya presentasi. Berjalan seperti biasa. Lagipula banyak juga mereka yang nilainya lebih tinggi dariku. Bukankah mereka sering melihatku di kelas. Mereka sering melihatku kalau aku juga mahasiswa yang 4D (Diam, Duduk, Dengarkan ,Domblong), malah kadang juga tertidur??.

Aku tak pernah sekalipun mengajukan diri menjadi pemimpin mereka. Pikiranku jelas berbeda dengan SBY, Obama, Hitler atau presiden-presiden lain yang mati-matian merayu rakyat untuk memilihnya menjadi pemimpin.

Tapi apa yang kita lihat dari kisah seorang Triono Budi Sasongko (mantan bupati Purbalingga) berbeda dengan mereka. aku pernah membaca biografinya pak Tri waktu SMA. Pak Tri mencalonkan diri menjadi bupati Purbalingga bukanlah karena keinginan sendiri, tapi karena permintaan dari rakyatnya, tak heran jika bertahan selama 10 tahun menduduki singgasana mantan Kadipaten Wirasaba ini.

Dari kisahku dan paradigma penunjukan kepemimpinan ini aku jadi mengerti , bahwa ternyata rakyat lebih suka orang yang memiliki “Legitimasi” daripada orang yang memiliki aura “Penguasa”. Kata dosen Sejarah Politikku “orang yang punya Legitimasi (keabsahan) pasti dia memiliki kekuasaan, sedangkan mereka yang punya kekuasaan belum tentu dia memiliki Legitimasi (belum tentu disukai rakyat).