Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Friday, September 28, 2012

Dari Setanjung ke Kalimasada [Part 10]


Kenalan satu kontrakanku yang lain aku kurang begitu akrab. Entah mengapa, aliran penampilan saja sudah berbeda, apalagi soal pola pikir dan selera. Begitulah mungkin yang ada dalam pikiran mereka. memang benar selama ini aku tidak pernah berdandan neko-neko atau paling tidak sedikit semrawut lhah, tapi satu hal yang sama dari diriku dengan mereka adalah kesederhanaan. Aku tidak membawa barang yang lebih mewah dari laptop, dan merekapun memilikinya, sedangkan sepeda motorpun tak aku bawa. Persamaan kesederhanaan akan mencegah kesenjangan social, dan membuat orang disekitar kita enggan untuk “menjaili” kita, coba jarang sekali orang miskin dijaili, kemalingan atau dirampok. Meskipun dirampok mungkin hanya sekala kecil saja, dan menjadi orang kaya adalah sebaliknya. Selain menjadi incaran para maling juga kerap menimbulkan rasa kesenjangan social dari kalangan lebih rendah.

Sebalah kamarku ada mas Dedi satu peraduan dengan mas Londo (aku tak tahu nama aslinya). Mas Dedi tampak paling dewasa, tinggi. Soal pergaulan di kontrakan mungkin dia sama halnya dengan pemain sepak bola bernomor punggung 10 dalam suatu kesebelasan. Pemain bernomor 10 biasanya adalah orang yang paling sering mandapat bola, sering diberi umpan dan paling sering memberi umpan, yaitu menjadi tumpuan serangan. Begitu juga dengan mas Dedi, nampaknya ia adalah orang yang paling sering ditongkrongi oleh kawan-kawannya. Mas Londo terlihat paling menakutkan, karena ia berambut gondrong dan menggunakan anting, paling keren dibanding yang lain. Begitu juga dengan mas Sis, juga berambut gondrong.

Aku juga sering bertanya-tanya pada diri sendiri mengapa para seniman, seringkali berambut gondrong. Entah itu pelukis, penyanyi, penulis novel, sastrawan, bahkan sejarawan pun kadang-kadang juga gondrong. Namun, aku juga sering menjawab pada diri sendiri bahwa menurutku gondrong adalah cerminan orang orang yang bebas dogma (aturan hukum), artinya ia merasa bahwa dalam dirinya tidak ada yang mengekang ataupun yang menyetir dirinya, semua yang dilakukan dan dipikirkannya adalah berasal dari diri sendiri. Lawan dari gondrong adalah rapi, siapakah yang menjadi representasi orang rapi? Jawabannya adalah Tentara, Polisi, Guru. Yah itulah orang rapi, sehingga orang rapi sering di interpretasikan sebagai orang-orang yang dogmatis (taat aturan). Perhatikan, mana mungkin tentara, polisi, atau guru membangkang aturan dari atasan, kecuali djika dirinya ingin dipecat. Jadi orang rapi adalah gambaran orang-orang yang jiwa dan raganya disetir dan dikomandoi dan seolah-olah pasti dia punya atasan. Berbeda dengan seniman (gondrong), jika ingin berkarya tentu mengikuti suara hatinya, jika dipaksa oleh kehendak orang lain tentu hasilnya kurang bagus.

Itulah aku, aku berpenampilan rapi dan seolah-olah kebalikan dari pikiran mereka. Soal gondrong Vs rapi ini sebenarnya bukanlah sebuah patokan yang nyata akan tetapi menurut sosiologi ini hanya sekedar “Labeling”, atau “pemberian cap”. Padahal kenyataan sebenarnya banyak juga seniman yang tak berambut gondrong seperti Volakis S.I.D, Bondan, sastrawan Nugroho Notosusanto, Sartono Kartodirjo dll dan masih banyak pula orang gondrong yang ternyata dogmatis, misalnya para intellijen, tokoh agama, bahkan orang-orang jaman nabi seringkali digambarkan berambut gondrong, termasuk nasi Isa juga gondrong, serta tentara-tentara Taliban juga gondrong, bukankah semua orang-orang ini adalah orang-orang dogmatis??.

Mungkin hal pertama yang mereka lihat dari sisi dogmatisku adalah Sholat pergi ke mushola. Ku akui diantara mereka tidak pergi ke mushola. Inilah perbedaan adat yang pertama, namun aku tidak pernah takut akan perbedaan ini, justru dengan sholat kadang malah menjadikan diri ditakuti dan dihormati, yang terpenting adalah selalu sama-sama positif thinking dengan mereka. Soal sholat untung saja tidak aku saja yang melakukannya, tetapi Agus juga, bahkan seringkali Agus yang membangunkanku tuk sahur atau mengajak untuk berjamaah di masjid. Yah setidaknya sikap Agus yang seperti ini membuat hatiku lebih lega, dia bagaikan perisai keduaku disini. Mas Eqy juga kerap berangkat jumaatan. Hatiku lebih tenang lagi.

Gazebo Perpus Pusat, 28.09.2012

Wednesday, September 26, 2012

Dari Setanjung ke Kalimasada [Part 9]


Kontrakan ar(t)my namanya, aku menemukan identitas kontrakan ini dari sebuah undangan yang ku temukan di atas cermin gantung di samping pintu. Sebenarnya itu adalah undangan Pameran Tugas Akhir 2012 dari anak-anak seni rupa yang diadakan di gedung B5 lt 1, bertemakan desain poster dengan aplikasi fotografi arsitektur kuna di Kota Yogyakarta sebagai media publikasi. Bisa diterjemahkan bahwa kontrakan ini tidak lain adalah dinastinya anak-anak jurusan seni rupa. Bagi orang-orang nama ar(t)my sudah menjadi representasi kontrakan milik anak-anak seni rupa. Ketika aku baru memesan air depot pertamakali di kontrakan ini, pegawai depot pun bertanya “ini kontrakannya orang-orang seni itu kan?”. Ternyata representasi itu sudah kondang di telinga orang-orang. Lambat-laun aku lama tinggal disini berfirasat bahwa para penghuni kontrakan ini sudah bukan lagi sekedar mahasiswa, tapi para dedengkot-dedengkot atau gembong-gembong anak jurusan senirupa. Maksudnya adalah bahwa mereka sudah dikenal oleh kakak-kakak kelas mereka yang sudah lulus dan juga dikenal oleh adik-adik kelasnya hingga dijadikan sebagai tempat konsultasi kegiatan kampus, karya seni dan bisnisnya. Dengan catatan mereka terkenal bukan karena kecerdasan intelektualnya atau prestasinya, tapi  terkenal karena keluasan pergaulan dan gaya hidup yang freedom nya. Jika diibaratkan jurusan sejarah maka dedengkot-dedengkot yang dimaksud sama halnya seperti Winarso, Feby, Aris, Marwan, Nanang, Harry. Lihat, mereka tidak cukup cerdas dalam kuliah, namun seringkali mereka tetap menjadi tempat tongkrongan adik-adik kelas bahkan mahasiswa jurusan lain. Beda dengan dedengkot macam Erika, Artha, Annas, Eny, Riesty, Revita mereka terkenal karena kerajinannya, IP nya yang tinggi namun mereka adalah orang bertipe fast and arrogant, sama sekali berbeda dengan apa yang dimaksud sejiwa dengan ar(t)my.

Meski terkenal kontrakan anak-anak seni rupa namun nyatanya tidak semua penghuninya dari jurusan seni rupa. Sepanjang yang aku kenal ternyata didalam ada Agus Vespa, dia seangkatan denganku namun ia dari jurusan Sosiologi-Antropologi, aku mengenalnya karena dia juga mantannya Pinky. Konon di Sos-Ant ada banyak yang namanya Agus, sehingga setiap Agus ada sebutannya sendiri-sendiri seperti Agus Pinter, Agus Bodho dan Agus Vespa, nah yang satu kontrakan denganku adalah Agus Vespa atau Agus Nur Fuadi, ia adalah pecinta vespa sejati dan aktif dalam komunitasnya. Teman sekamarnya juga bukan dari seni rupa, namanya Eqy. Meski aku tak tahu dia kelahiran tahun berapa namun aku memanggilnya “Mas Eqy” dari jurusan Menejemen. Aku dulu sempat bertemu dengannya di salah satu fotocopyan, kini aku baru tahu ternyata dia tinggal disini. Melihat mas Eqy memang cukup menarik perhatian, bagiku dia tampan dan sangat kharismatik. Memang bingung untuk meyakinkan bagaimana dia bisa dikatakan tampan, karena secara logika dia tidak berkulit putih bahkan lebih gelap dari kulitku, badanya juga tidak tegap atletis, hanya saja dia memeiliki jambang yang lebat. Jadi memang cukup aneh tapi bisa diibaratkan saja kopi, kopi adalah buah yang gosong, hitam dan pahit tapi ia menjadi minuman yang sangat special jika diberi gula. Begitu juga dengan mas Eqy, meski jika dipikir dengan otak kiri (kritis-analitis) dia sudah jelas-jelas berkulit gelap dan berjambang lebat, namun dengan pikiran bawah sadar aku yakin orang-orang akan banyak yang menganggapnya tampan dan kharismatik. Jika dikira-kira dia memang seperti blasteran keturunan Persia dengan Spanyol.

Penghuni non seni rupa yang lain yaitu ada Winarso dan Mas Kingkong (Wawan Budiharjo). Kamar mereka berdua inilah yang aku huni saat ini. Mereka memanfaatkan kontrakan ini hanya untuk transit barang-barang mereka, selebihnya terbengkalai. Karena mereka berdua lebih mencintai tinggal di PKM FIS. Selain di PKM FIS labih banyak teman sehobby nya, disana juga dekat dengan kampus. Winarso sempat mencoba betah tinggal di ar(t)my, namun lama kelamaan ada rasa bersalah dari dirinya karena suasana kontrakan yang nyaman dan tenang ini membuatnya malas untuk ke kampus dan itu berlarut-larut hingga ia sangat sering membolos tidak masuk kuliah. Sedangkan mas Kingkong rasanya ia tidak mau lepas pergaulan dengan anak-anak KSG dan Geografi, selain itu dia juga punya bisnis jual beli online barang-barang outdor, namun posisinya sebagai perantara saja bukan pemilik barang dagangan. Sistemya ia menjualnya di website sehingga dia merasa jangan sampai terlewatkan permintaan pembeli di internet dan ia setiap beberapa jam sekali harus online, nah PKM adalah gudangnya sinyal Wifi gratis, tidak seperti di kontrakan ini, makanya ia betah tinggal di PKM. Satu alasan mengapa mereka memilih kontrakan ini sebagai tempat barang-barangnya, yaitu karena biayanya yang sangat murah yaitu Rp.5.000.000/tahun dibagi 10 orang jadi Rp.500.000/tahun/orang, coba apakah ada yang lebih murah dari ini?

Teman seni rupa pertama yang ku kenal adalah mas Santo, dia sudah alumni dan sekarang mengajar di SMP Kesatrian Semarang. Rupanya disini dialah yang paling dihormati dan dipercaya sebagai pemegang administrasi pembiayaan kontrakan seperti air dan listrik. Rupanya dia pacarnya Kirana (Sejarah 08), dan rupanya lagi dia adalah TL KKL pertamaku ketika ke Karanganyar-Jogja, hanya saja dia menjadi TL di bus A dan aku di bus B sehingga aku tidak mengenalnya sebelumnya, namun pantas saja banyak kawan-kawan Sejarah 2008 yang mengenalnya rupa rupanya karena itu. . . .

(bersambung)

Ar(t)my Jl.Kalimasada, 26.09.2012
Agus (Naik Vespa biru), Mas Eqy (kemeja kotak-kotak)
Agus (Naik Vespa biru), Mas Eqy (kemeja kotak-kotak)