Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara
Oleh : Ganda Kurniawan
Makam Adipati
Wilah atau sering disebut Kyai Wilah terletak di wilayah barat daya kabupaten
Purbalingga. Makam seorang sosok karismatis yang masih menyimpan misteri bagi
banyak orang termasuk di sekitar areal pemakamannya di tengah persawahan antara
dukuh Kedungwringin, Desa Karangjambe, Kecamatan Padamara dan dukuh Wilangan Desa
Klapasawit Kecamatan Kalimanah.
Kyai Wilah semasa hayatnya adalah mantan seorang Panglima perang dari Kadipaten Pasir
Luhur. Ia menantu dari Adipati Pasir Luhur Raden Kandha Daha. Kadipaten Pasir
Luhur terletak di wilayah Kelurahan Pasir, Tamansari dan sekitarnya kecamatan
Karanglewas dan Kecamatan Purwokerto Barat.
Makam Kyai Wilah |
Pasirluhur
bukan daerah bawahan, baik Majapahit maupun Pajajaran. Berbeda dengan Kadipaten
Wirasaba yang berkedudukan sebagai kerajaan bawahan atau daerah Majapahit. Beliau
memiliki tubuh yang gagah perkasa, dan keberanian luar biasa, Kyai Wilah sering
unggul dalam pertempuran. Banyak tanda jasa dan penghargaan yang ia terima.
Suatu waktu
Adipati Kandha Daha meneima surat dari Adipati Bonjok (Rawalo) yang isinya
adalah bentuk lamaran pada salah seorang putrinya yang ternyata sudah menjadi
istri Kyai Wilah. Mengetahui surat tersebut, Kyai Wilah merasa terhina dan
segera menemui Adipati Bonjok.
Mereka
keduanya akhirnya bertempur, kuda Adipati Bonjok roboh terkena tombak Kyai
Wilah sehingga menyulitkan tuannya menagkis serangan. Sementara Kyai Wilah
sendiri juga terluka parah, sehingga pincang. Ditengah kondisi fisiknya yang
tengah melemah, Kyai Wilah mendengar kabar jika jabatannya akan digantikan
orang lain. Karena merasa malu, maka secara diam-diam Kyai Wilah melarikan diri
ke Purbalingga bersama putrinya. Mereka menetap di dukuh Wilangan Klapasawit
sampai akhir hayat mereka.
Sekitar
tahun 1700-an berdirilah sebuah kadipaten di sisi selatan gunung Slamet.
Kadipaten Wilahan namanya dan Kyai Wilah sebagai adipatinya. Dalam menjalankan
pemerintahannya Kyai Wilah memerintah dengan bijaksana, adil dan penuh wibawa,
sehingga rakyat pada masa itu merasakan ketentraman dan kemakmuran
Kadipaten ini juga sempat menjadi pelarian tokoh Kerajaan Mataram
Islam yang sedang terpecah antara Pangeran Mangkubumi dengan Kasultanan
Yogyakarta. Akibat adanya dua kubu yang memperebutkan kekuasaan atas Kasultanan
Mataram tersebut banyak kerabat keraton yang tidak menyukai pergolakan politik,
lebih baik menyingkir dan keluar dari lingkungan keraton untuk tujuan
menyiarkan agama Islam.
Keluarga Kasultanan Mataram yang menyingkir ke mancanegara kulon
dan menetap di Kadipaten Wilahan adalah Syech Jangkung, R. Suryo Permana Sakti
dan seorang ponggawa keraton dengan jabatan bekel yaitu Ki Probo Saketi.
Tentu saja Adipati Wilah sangat bersuka cita, atas kedatangan ketiga bangsawan
tersebut ke Kadipaten Wilahan. Ketiga bangsawan Kasultanan Mataram ini secara
bergiliran mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada para muridnya.
Para murid tidak hanya diajarkan ilmu – ilmu tauhid dan akhlak
tetapi juga diajarkan ilmu-ilmu kanuragan. Di atas batu-batu Kali Ponggawa
biasanya digunakan untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan kanuragan.
Makam Kyai
Wilah ini tidak jauh dari makam puterinya yaitu Mas Ajeng Lanjar. Berdekatan
dengan makam Mas Ajeng Lanjar terdapat makam Kyai Yudantaka, kakak dari Kyai
Arsantaka.
Kondisi
makan Kyai Wilah saat ini semakin tahun tidak terawat. Hal ini karena sudah
tidak ada lagi juru kunci yang menjaganya. Juru kunci yang terakhir adalah
bapak Martareja alamat Dukuh Kedungringin, Desa Karangjambe. Namun
sepeninggalnya pada tahun 1994 sudah tidak ada lagi yang menjaganya. Saat masih
terawat, makam Kyai Wilah diberi penaung atau kijing, namun saat ini kijing
tersebut sudah tidak ada. Makam dipenui lumut dan dirayapi akar belukar. Namun
demikian, kopleks makam ini masih disegani oleh masyarakat baik Kedungringin
maupun Wilangan, mulai larangan bertingkah sembarangan juga untuk kegiatan
pertapaan.
Nama Kyai
Wilah kini juga diabadikan sebagai nama bendungan Kali Ponggawa Desa
Karangjambe. Bendungan ini dibangun pada tahun 1987 dan masih bertahan hingga
kini.
Narasumber : Mahlani, Alamat Dukuh
Kedungringin Desa Karangjambe RT 05 RW 04, Kecamatan Padamara