Ekspedisi Sejarah Indonesia (Exsara)

Exsara merupakan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes. Aku dirikan bersama teman-teman jurusan sejarah Unnes angkatan 2008. Mereka semakin maju

Catatan Hidupku

Aku sangat suka menulis. Termasuk membuat catatan hidupku. Biar nanti aku mati, tapi pikiranku seolah terus hidup sampai anak cucuku

Petualangan Hidup

Setiap hidup, pasti menyempatkan berkunjung ke tempat unik, berkenalan dengan orang baru. Semua itu akan mendidik kita jadi manusia besar

Sejarah Nasional dan Dunia

Basis pendidikanku Sejarah. Aku sangat menyukai kisah masa lalu. Ada yang kuanggap sebagai sastra ada yang kuanggap sebagai guru kehidupan

Pola Hidup Sehat

Sejak SMP aku sudah punya bakat pemerhati gizi. Aku sangat mencintai pola hidup sehat. Tanpa kita sehat, semua yang kita miliki tak ada gunannya

Saturday, May 21, 2011

Catatan seorang Pendiam 21 Mei 2011


Tidur siangku nyenyak sekali. Sengaja aku mengedapkan cahaya yang masuk dengan menutup mataku dengan sarung. Alhasil rasanya ini menjadi tidur yang berkualitas. Aku tertidur dikala otak lelah berfikir mengerjakan tugas agar mengerti tentang apa yang terjadi 13 tahun yang lalu, Reformasi 1998. Pukul 09:00 21 Mei 1998 Pak Harto mengundurkan diri dengan alasan yang misterius. Padahal sebelumnya ia merasa terlihat alot untuk dipaksa mudur. Hingga Mahasiswa menggerumuti gedung DPR/MPR cukup memaksa DPR untuk menurunkan Pak Harto. Pak Harto seolah basa-basi bilang “kekuasaan bagi saya tidaklah mutlak, tapi apakah pemimpin pengganti saya nanti mampu menangani masalah ini? jangan-jangan nanti sama-sama didemonstrasi lagi”, ahh bilang saja sebenarnya ia enggan untuk meletakan jabatannya. Secara konstitusional orang yang menggantikannya adalah Wapres yaitu Pak Habibie. Wahh mendengarkan perkataan Pak Harto yang seperti itu bagi saya terlalu meremehkan sekali kepada pak Habibie, seolah tak percaya kalau Pak Habibie bisa memerintah dengan baik.

Reformasi berlangsung, Soeharto jatuh, Habibie dibebani rakyat untuk membersihkan piring kotor sisa pesta Orde Baru,  Kabinet Reformasi Pembangunan, dan kembali ke Demokrasi Murni. Jatuhnya Soeharto banyak berharap tentang kehidupan yang kembali makmur terkait dengan runtuhnya kediktatoran. Namun yang terlihat sekarang adalah kehidupan yang makin kacau saja, harga-harga barang kebutuhan pokok tetaplah tinggi, lingkungan bertambah rusak, politik terus ternodai korupsi, orang miskin makin banyak. Menurut pak Ibnu Sodiq dalam mengajariku Sejarah Politik berpendapat ”sesungguhnya kekacauan yang terjadi di masa sekarang ini adalah kelanjutan atas imbas kebobrokan Orde Baru”. Sementara pendapat dari para simpatisan Soeharto memandang kakacauan sekarang ini dengan menyayangkan akan tumbangnya Orde Baru, itu karena umumnya mereka menganggap Perekonomian Orde Baru memanglah lebih baik daripada sekarang ini, Indonesia pernah swasembada beras, sempat dijuluki macan Asia dan sempat diibaratkan berada di tahap Lepas landas/ Take off tapi yang dilihat sekarang seolah sedang Landing.Bapakku dari golongan “waisya” juga sempat mengagumi pak Harto dan rindu akan masa-masa lalu dimana barang-barang dibeli dengan harga murah.

lalu ada yang salah dengan Demokrasi???
Mungkin juga, bagi yang tidak sekuler atau kaum agamawan biasanya menyalahkan Demokrasi. Seringkali diplesetkan menjadi Demon= Setan dan Cration= Pemerintahan maka digabungkan menjadi “Pemerintahan oleh Setan”. Pemerintahan memanglah seharusnya bukan menjunjung tinggi nilai-nilai “manusia” dengan memaknai sebnernya Demokrasi/ pemerintahan oleh rakyat dari rakyat dan untuk rakyat. Jadi kebenaran bukanlah dipegang oleh Rakyat melainkan berada di tangan Tuhan. Maka seharusnya Kitab suci dan sunahlah yang dijadikan sentral kaidah dalam pemerintahan.

Saya bukanlah kaum agamawan, saya bukanlah bagian dari NII, saya merasa diri ini masih sekuler, tapi saya kira jalan diatas mendekati kebenaran. Afghanistan di bawah Thaliban menjadi contoh tapi sayangnya orang-orang tidak tahan akan hal ini. Pada dasarnya kita hidup di dunia yang diinginkan adalah kemerdekaan….. tetaplah kemerdekaan..
Tak ada hal fenomenal hari ini, aku rutin menikmati dunia dengan berfikir bebas dan mulut tertutup manis…        

Friday, May 20, 2011

Freemasonry untuk Kebangkitan Nasional Indonesia


Oleh: Ganda Kurniawan
Saya yakin hari ini sudah banyak yang menuliskan refleksi tentang peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 103 ini atau bahkan hanya ingin menulis ulang sejarah tentang Budi Utomo sebagai reminder akan perjuangannya di masa lalu. Kemarin malam di simpang 7 UNNES pula sudah diadakan diskusi panel dari berbagai golongan mahasiswa seperti IMM, IPNU, KAMMI, GMNI, dan PMII. Sayangnya saya tidak menyaksikannya dan semoga pendapat mereka tetaplah atas nama persatuan negeri ini bukan mengisolasi diri atas nama golongannya.
Lupakan saja hakikat-hakikat konyol yang saya tulis di Catatan seorang Pendiam 19 Mei 2011 kemarin yang terlalu memenggal tegas antara hakikat anak Sejarah Murni (Ilmu Sejarah) dengan anak Sejarah Terkontaminasi (Pendidikan Sejarah). Saya dari anak Sejarah Terkontaminasi pun ingin menulis tentang Sejarah meski kecil kecilan. Dan yang saya tulis ini lagipula adalah Sejarah Sampingan, bukan sejarah utama. Dianggap sejarah sampingan bisa karena sejarah ini sebenarnya besar hanya ditutuptutupi atau memang sejarah kecil yang tidak punya pengaruh besar. Tapi saya pribadi lebih sepakat dengan yang pertama.
Hari kebangkitan Nasional dianggap sebagai kebanggaan masyarakat Indonesia. Peringatan yang diadakan tiap 20 Mei ini dimenifestasikan dalam bentuk upacara seperti tadi siang di Lapangan FIK, (tapi lagi-lagi saya tidak mengikutinya karena telat malah dijebloskan ke barisan khusus sama pak satpam). Serta (seharusnya) orang Indonesia juga sadar bahwa tanggal 20 Mei itu adalah tanggal kelahiran organisasi Inlander “Budi Utomo” yang dianggap sebagai benih pertama akan pergerakan-pergerakan yang lain. Budi Utomo berisi pemuda-pemuda dari STOVIA (sekolah pendidikan dokter bumi putera), sekali lagi “dokter”. Bukan dari jurusan politik, social atau sejarah? Saya yakin pendidikan ini belum diperkenankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pak Topan, guru sejarah saya waktu SMA juga telah menjelaskan bahwa ternyata dalam masa Kolonial Hindia Belanda ini sama sekali tidak ada pendidikan sejarah. Hindia Belanda hanya memperkenankan sekolah-sekolah yang mencetak manusia fungsional dalam teknis saja dan tetap meninabobokan pikiran kekuasaan.
Lalu sebenarnya Budi Utomo ini adalah organisasi inisiatif ataukah organisasi dorongan?. Bagi saya ini adalah organisasi dorongan terutama atas sokongan atas golongan Tarekat Mason Bebas/ Freemasonry/ Vrijmetselarrij. Saya berdasar pada buku yang memang dipersembahkan pada kaum Freemason:
“…pengaruh Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat perhatian , tidaklah terlupakan bahwa mereka juga mempunyai pengaruh dalam gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang bernama ‘’Budi Utomo’’ ”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii)
Bagi kaum muslimin yang anti Yahudi atau anda yang telah mengetahui tentang undercover sejarah biasanya sudah mengenal organisasi Freemasonry ini. Organisasi apa sebenarnya “Freemasonry” itu? “Freemansonry”, muncul sebagai produk kebangkitan kembali ilmu pengetahuan pada era Rennaissance pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Gereja Katolik yang melakukan kontrol total atas kehidupan manusia. Tujuan “Freemasonry” pada awalnya ialah untuk menentang Gereja Katolik dengan cara mengaburkan makna kehidupan beragama dengan menafikan kebenaran mutlak ajaran Gereja (di kemudian hari ajaran agama pada umumnya), dengan semboyan “semua agama itu benar, karena semuanya menyeru kepada Kebenaran dan Kebaikan”. Untuk keperluan itu mereka menerbitkan buku-buku untuk menopang dalil-dalil pemikiran kaum “Freemasonry”.
Keanggotaan Masonik tidak terbuka untuk seluruh masyarakat, hanya orang terpilih dan memenuhi syarat saja yang dapat menjadi anggota. Syarat-syarat tersebut antara lain : orang bijaksana (pandai), memiliki pekerjaan yang mulia dan berpendidikan tinggi, bukan dari keturunan budak, berakhlak mulia, tidak gegabah, dan bukan pengumbar nafsu.(A. Maheswara, rahasia Kecerdasan Yahudi, hal. 88). Tentunya anggota Budi Utomo termasuk dalam golongan diatas.
Gerakan ini ternyata menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan "Vrijmetselarrij" . Fakta ini jarang sekali diungkap kedalam ranah pendidikan nasional karena memang sangat dirahasiakan sekali usaha dari organisasi terselubung ini.

Pada awal masa gerakan nasional kaum Freemasonry sudah berusaha menguasai perpolitikan Indonesia dengan cara sokongan keuangan bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat. Kehebatan kaum Freemasonry di Indonesia ini pada kemudian hari tampak pada pendirian sekolah-sekolah dan perpustakaan yang tersebar hampir diseluruh Indonesia.
Untuk objektifnya saya pribadi memaparkan 2 pandangan sekaligus yaitu pandangan dari pengamat Zionisme dan pandangan dari Freemason sendiri. Pengamat Zionisme menganggap Konspirasi yang dijalankan oleh para tokoh “Freemasonry” sepanjang sejarahnya bertujuan untuk menguasai dunia, dengan cara :
1. Menggunakan jurus suap dengan uang (money politics, termasuk dalam pengertian ini bea-siswa), dengan wanita, dan prospek karier, dalam rangka menggaet tokoh-tokoh yang (potensial) menduduki posisi tinggi di bidang akademik, politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Sasarannya adalah mereka yang berambisi, yang terpinggirkan, dan atau, yang tengah terbenam dalam pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.
2. “Freemasonry” bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media-massa cetak, buku-buku, dengan tekanan terutama pada media elektronika. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media-massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti Viacom, Turner, Murdoch, dll. Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memlintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metoda publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini yang dikehendaki tentang sesuatu topik. (Z. A Maulani, Zionisme:Gerakan Menaklukan Dunia, hal: 76).
Sedangkan menurut versi Freemasonry sendiri berpendapat bahwa:
“… asas-asasnya bertujuan memajukan apa yang mempersatukan manusia dan melenyapkan apa yang dapat memisahkan manusia. Menurut tradisi yang sangat kuno, sebuah loge Mason Bebas merupakan pusat pemersatuan manusia yang kalau tidak akan terus saling terpisah. Dengan mengolah diriny sendiri, berupaya menjadi manusia yang lebih baik, berusaha mencapai semua tarekat manusia, Mason Bebas membangun kehidupan bersama kehidupan masyarakat”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 2).
Sekarang kita dapat memilih sendiri tentang kedua pendapat tersebut. Ketika kita memilih pendapat yang pertama, maka kita bisa mempersetankan Freemasonry dengan kata lain juga mempersetankan Budi Utomo bahwa sesungguhnya dibalik tindakan mulianya itu terdapat niat yang licik. Sementara jika kita percaya pada Freemasonry sendiri maka yang kita dapatkan seolah sebuah misi yang mulia dan tetap menganggap Budi Utomo adalah protagonist atau pahlawan sejati. Namun yang jelas bahwa keterlibatan Freemasonry pada Budi Utomo tetaplah ada. “ Tarekat Mason Bebas…”melalui perantaraan Paku Alam”, memberikan bantuan kepada “Budi Utomo”. Loge Jogya “Mataram” ia sebut sebagai suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormati”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 48).
Seiring berjalannya waktu terjadi suatu perubahan persepsi dari masyarakat pribumi tentang Freemasonry dan rumah pertemuannya. Mereka menganggapnya bahwa aktivitasnya berkaitan dengan setan. Akhirnya, Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961, Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala “derivat”nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary Blub, dan Baha’isme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara. Namun 38 tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia) aau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.
Disamping itu sebenarnya Masonry memainkan peranan penting di masa-masa awal sejarah kemerdekaan AS. Banyak pendiri negara AS adalah Mason (1/3 dari penandatangan Deklarasi Kemerdekaan AS dan 1/3 yang menghadiri Consitution Convention di Philadelphia tahun 1787 adalah para Mason), termasuk Benjamin Franklin dan George Washington. Disinyalir, Boston Tea Party semasa kemerdekaan AS juga turut di organisasi dalam salah satu pertemuan Loge. Percaya atau tidak, bagi pengamat undercover hal ini sudah lama dipercaya. Dan hingga kini kita masih terus sepakat bahwa Budi Utomo adalah sosok Protagonis bangsa Indonesia maka secara tidak langsung menganggap bahwa Freemasonry telah berperan besar dalam Kebangkitan Nasional Indonesia.

Catatan seorang Pendiam 20 Mei 2011


Hari sial yang ramah. Maksudnya di dalam kesialan terdapat keramahan. Tragedi tadi pagi memang murni kesalahanku, aku kurang cermat melihat jadwal Upacara, waktu dan tempat akhirnya  aku terlambat. Melewati fase berfikir ragu namun tetapku putuskan berangkat, namun kami (yang terlambat) dicegat pak satpam dan disisihkan disita KTMnya, dan Aji juga merasakan hal yang sama. Tak sempat mendengar pidato, tak sempat hormat, tak sempat berpanasan aku pulang sudah tak ber KTM lagi. KTM bisa diambil jam satu di gedung H setelah mendapat pengarahan dari Pembantu Rektor III.
Menunggu pak PR III yang sedang berbincang panjang lebar dengan tamunya. Kami yang hadir hanya 10 orang, padahal aslinya ada sekitar 20 orangan. Menunggu dengan tatapan melamun "andai saja tadi aku tidak berangkat sekalian, atau pura-pura tak membawa kartu identitas pasti jadinya tak serumit ini". Mondar mandir kesana kemari, ku lihat diantara kami ada yang tampak frustasi karena dia sebenarnya tidak menerima beasiswa namun ingin ikut upacara, apa daya ia terlambat dan ikut bersama barisan merjinal seperti kami. Aku dan Aji tetaplah santai. Aji suddah banyak berfikir untuk membuat alasan-alasa seandainya dia diinterogasi. Sedangkan aku hanya berniat bicara apa adanya kalau ini murni kesalahan saya. Bagiku kesalahan bukanlah masalah besar asalkan setelah itu bisa membuatku lebih bijak, lebih berhati-hati.

Menunggu dari jam 13:30 akhirnya kami semua bisa menatap muka dengan pak PR III pukul 16:15. Beliau ramah kepada kami dan bicara "yah ini ngga papa, dan asal jangan diulangi lagi kalau diulangi lagi bisa-bisa pacar kalian menjadi tidak setia" (sedikit humor). "jadi kalian tadi telat karena apa? kesiangan atau gimana?". saya hanya diam saja karena aku tak ada lagi alasan kecuali memang kesalahan saya sendiri. beberapa dari kami menjawabnya dengan alasan yang sama, yaitu jadwal upacara tumbuk dengan jadwal kuliah. Pak PR III menanggapi "loh seharusnya kalau ada jadwal upacara nasional untuk sementara waktu itu juga kuliah ditiadakan, jadi kuliahnya siapa itu?, nama dosennya siapa entar saya catat". Mereka menjawabnya ada dari FE, FMIPA, dan Aji rekan sejurusanku juga memberi tahu nama dosennya. Bahkan mungkin alasan dari Aji lah yang paling diyakini pak PR III.

"Kalo dosen saya Namanya Bu Putri Agus Wijayanti pak" jawab Aji kepada Pak PR III. Nama dosen itu ldicatat dengan segera langsung menghubungi pak Arif Purnomo (Ketua Jurusan Sejarah) "Halo pak Arif, njenengan teksih teng Jurusan? apa betul Bu Putri Agus Wijayanti itu dosen situ? tadi pagi katanya dia tetap mngadakan kuliah padahal ada jadwal upacara, nanti tolong beritahu dia atau saya minta nomornya saja langsung, nanti bapak kirim lewat sms ya? ok  terimakasih". ya terimakasih ini menjadi masukan saya jadi memang sebenarnya jika ada jadwal Upacara nasional sementara waktu itu juga kuliah ditiadakan.inilah kesialan namun ditanggapi deng cara yang ramah. 

Catatan seorang Pendiam, Sepesial Hari Kebangkitan Nasional 103: Freemasonry untuk Kebangkitan Nasional Indonesia


Freemasonry untuk Kebangkitan Nasional Indonesia

Oleh: Ganda Kurniawan

Saya yakin hari ini sudah banyak yang menuliskan refleksi tentang peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 103 ini atau bahkan hanya ingin menulis ulang sejarah tentang Budi Utomo sebagai reminder akan perjuangannya di masa lalu. Kemarin malam di simpang 7 UNNES pula sudah diadakan diskusi panel dari berbagai golongan mahasiswa seperti IMM, IPNU, KAMMI, GMNI, dan PMII. Sayangnya saya tidak menyaksikannya dan semoga pendapat mereka tetaplah atas nama persatuan negeri ini bukan mengisolasi diri atas nama golongannya.

Lupakan saja hakikat-hakikat konyol yang saya tulis di Catatan seorang Pendiam 19 Mei 2011 kemarin yang terlalu memenggal tegas antara hakikat anak Sejarah Murni (Ilmu Sejarah) dengan anak Sejarah Terkontaminasi (Pendidikan Sejarah). Saya dari anak Sejarah Terkontaminasi pun ingin menulis tentang Sejarah meski kecil kecilan. Dan yang saya tulis ini lagipula adalah Sejarah Sampingan, bukan sejarah utama. Dianggap sejarah sampingan bisa karena sejarah ini sebenarnya besar hanya ditutuptutupi atau memang sejarah kecil yang tidak punya pengaruh besar. Tapi saya pribadi lebih sepakat dengan yang pertama.

Hari kebangkitan Nasional dianggap sebagai kebanggaan masyarakat Indonesia. Peringatan yang diadakan tiap 20 Mei ini dimenifestasikan dalam bentuk upacara seperti tadi siang di Lapangan FIK, (tapi lagi-lagi saya tidak mengikutinya karena telat malah dijebloskan ke barisan khusus sama pak satpam). Serta (seharusnya) orang Indonesia juga sadar bahwa tanggal 20 Mei itu adalah tanggal kelahiran organisasi Inlander “Budi Utomo”  yang dianggap sebagai benih  pertama akan pergerakan-pergerakan yang lain. Budi Utomo berisi pemuda-pemuda dari STOVIA (sekolah pendidikan dokter bumi putera), sekali lagi “dokter”. Bukan dari jurusan politik, social atau sejarah? Saya yakin pendidikan ini belum diperkenankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pak Topan, guru sejarah saya waktu SMA juga telah menjelaskan bahwa ternyata dalam masa Kolonial Hindia Belanda ini sama sekali tidak ada pendidikan sejarah. Hindia Belanda hanya memperkenankan sekolah-sekolah yang mencetak manusia fungsional dalam teknis saja dan tetap meninabobokan pikiran kekuasaan.

 Lalu sebenarnya Budi Utomo ini adalah organisasi inisiatif ataukah organisasi dorongan?. Bagi saya ini adalah organisasi dorongan terutama atas sokongan atas golongan Tarekat Mason Bebas/ Freemasonry/ Vrijmetselarrij. Saya berdasar pada buku yang memang dipersembahkan pada kaum Freemason:
“…pengaruh Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat perhatian , tidaklah terlupakan bahwa mereka juga mempunyai pengaruh dalam gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang bernama ‘’Budi Utomo’’ ”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii)
Bagi kaum muslimin yang anti Yahudi atau anda yang telah mengetahui tentang undercoversejarah biasanya sudah mengenal organisasi Freemasonry ini. Organisasi apa sebenarnya “Freemasonry” itu? “Freemansonry”, muncul sebagai produk kebangkitan kembali ilmu pengetahuan pada era Rennaissance pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Gereja Katolik yang melakukan kontrol total atas kehidupan manusia. Tujuan “Freemasonry” pada awalnya ialah untuk menentang Gereja Katolik dengan cara mengaburkan makna kehidupan beragama dengan menafikan kebenaran mutlak ajaran Gereja (di kemudian hari ajaran agama pada umumnya), dengan semboyan “semua agama itu benar, karena semuanya menyeru kepada Kebenaran dan Kebaikan”. Untuk keperluan itu mereka menerbitkan buku-buku untuk menopang dalil-dalil pemikiran kaum “Freemasonry”.

Keanggotaan Masonik tidak terbuka untuk seluruh masyarakat, hanya orang terpilih dan memenuhi syarat saja yang dapat menjadi anggota. Syarat-syarat tersebut antara lain : orang bijaksana (pandai), memiliki pekerjaan yang mulia dan berpendidikan tinggi, bukan dari keturunan budak, berakhlak mulia, tidak gegabah, dan bukan pengumbar nafsu.(A. Maheswara, rahasia Kecerdasan Yahudi, hal. 88). Tentunya anggota Budi Utomo termasuk dalam golongan diatas.
Gerakan ini ternyata menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan "Vrijmetselarrij" . Fakta ini jarang sekali diungkap kedalam ranah pendidikan nasional karena memang sangat dirahasiakan sekali usaha dari organisasi terselubung ini.

Pada awal masa gerakan nasional kaum Freemasonry sudah berusaha menguasai perpolitikan Indonesia dengan cara sokongan keuangan bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat. Kehebatan kaum Freemasonry di Indonesia ini pada kemudian hari tampak pada pendirian sekolah-sekolah dan perpustakaan yang tersebar hampir diseluruh Indonesia.

Untuk objektifnya saya pribadi memaparkan 2 pandangan sekaligus yaitu pandangan dari pengamat Zionisme dan pandangan dari Freemason sendiri. Pengamat Zionisme menganggap Konspirasi yang dijalankan oleh para tokoh “Freemasonry” sepanjang sejarahnya bertujuan untuk menguasai dunia, dengan cara :

1.      Menggunakan jurus suap dengan uang (money politics, termasuk dalam pengertian ini bea-siswa), dengan wanita, dan prospek karier, dalam rangka menggaet tokoh-tokoh yang (potensial) menduduki posisi tinggi di bidang akademik, politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Sasarannya adalah mereka yang berambisi, yang terpinggirkan, dan atau, yang tengah terbenam dalam pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.
2.      “Freemasonry” bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media-massa cetak, buku-buku, dengan tekanan terutama pada media elektronika. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media-massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti ViacomTurner, Murdoch, dll. Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memlintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metoda publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini yang dikehendaki tentang sesuatu topik. (Z. A Maulani, Zionisme:Gerakan Menaklukan Dunia, hal: 76).

Sedangkan menurut versi Freemasonry sendiri berpendapat bahwa:
“… asas-asasnya bertujuan memajukan apa yang mempersatukan manusia dan melenyapkan apa yang dapat memisahkan manusia. Menurut tradisi yang sangat kuno, sebuah loge Mason Bebas merupakan pusat pemersatuan manusia yang kalau tidak akan terus saling terpisah. Dengan mengolah diriny sendiri, berupaya menjadi manusia yang lebih baik, berusaha mencapai semua tarekat manusia, Mason Bebas membangun kehidupan bersama kehidupan masyarakat”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 2).

Sekarang kita dapat memilih sendiri tentang kedua pendapat tersebut. Ketika kita memilih pendapat yang pertama, maka kita bisa mempersetankan Freemasonry dengan kata lain juga mempersetankan Budi Utomo bahwa sesungguhnya dibalik tindakan mulianya itu terdapat niat yang licik. Sementara jika kita percaya pada Freemasonry sendiri maka yang kita dapatkan seolah sebuah misi yang mulia dan tetap menganggap Budi Utomo adalah protagonist atau pahlawan sejati. Namun yang jelas bahwa keterlibatan Freemasonry pada Budi Utomo tetaplah ada. “ Tarekat Mason Bebas…”melalui perantaraan Paku Alam”, memberikan bantuan kepada “Budi Utomo”. Loge Jogya “Mataram” ia sebut sebagai suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormati”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 48).

Seiring berjalannya waktu terjadi suatu perubahan persepsi dari masyarakat pribumi tentang Freemasonry dan rumah pertemuannya. Mereka menganggapnya bahwa aktivitasnya berkaitan dengan setan. Akhirnya, Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961, Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala “derivat”nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary Blub, dan Baha’isme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara. Namun 38 tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia) aau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.

Disamping itu sebenarnya Masonry memainkan peranan penting di masa-masa awal sejarah kemerdekaan AS. Banyak pendiri negara AS adalah Mason (1/3 dari penandatangan Deklarasi Kemerdekaan AS dan 1/3 yang menghadiri Consitution Convention di Philadelphia tahun 1787 adalah para Mason), termasuk Benjamin Franklin dan George Washington. Disinyalir, Boston Tea Party semasa kemerdekaan AS juga turut di organisasi dalam salah satu pertemuan Loge. Percaya atau tidak, bagi pengamat undercover hal ini sudah lama dipercaya. Dan hingga kini kita masih terus sepakat bahwa Budi Utomo adalah sosok Protagonis bangsa Indonesia maka secara tidak langsung menganggap bahwa Freemasonry telah berperan besar dalam Kebangkitan Nasional Indonesia.

Thursday, May 19, 2011

Catatan seorang Pendiam 19 Mei 2011


Pagi-pagi Feby sms menanyakanku tentang keikutsertaanku mendengar Ceramah dari ANRI. Aku agak cuek tapi akhirnya aku ikut juga, walau hanya menikmati sisa-sisanya saja dan Feby tak kelihatan tahi lalatnya sekalipun. Rasanya ini lebih tepat forumnya anak Ilmu Sejarah dan hanya sedikit sinar lemah menerangi anak Pendidikan Sejarah seperti aku. Yah memang apa boleh buat paradigma kami (anak Pend. Sejarah) cukuplah memadukan antara narasi sejarah dengan metode pembelajaran, dan tidak usah terlalu pusing berfikir soal menulis sejarah. Kata Prof Wasino, mengapa anak pendidikan juga perlu diajari metodologi sejarah? Tak lain sebatas untuk menjelaskan pada siswa tentang bagaimana produk-produk sejarah dilahirkan. Hanya itukah? Sebenarnya saya berat mengamininya, tapi tak apalah mungkin ini jadi lebih ringan meski harus terpental dari esensi “sejarah”. Teman Ilmu Sejarah seringkali dijuluki anak “Sejarah Murni”, seharusnya anak Pendidikan Sejarah dijuluki anak “Sejarah Terkontaminasi”. Anak Pendidikan Sejarah tidak boleh dikatakan sejarawan kalo dia belum pernah membuat Historiografi. Untungnya saya pernah membuat historiografi sendiri dari Penelitian di Banyumas semester lalu. Hasilnya memang atas nama kelompok, tapi kalo boleh jujur teman sekelompokku tak terlibat dalam penulisannya. Wiji berperan besar dalam mencarikan narasumber yang tepat, Ratri hanya modal alat rekam, Sulis, Nanang dan Titin hanya nampang ikut nanya. Instrumen wawancaranyapun terkadang serta merta. Tapi menghasilkan tema yang bagus juga, orisinil, dan hal baru.

Aku respect dengan anak sejarah murni. Mereka adalah calon sejarawan sejati. Se-episode atau lebih dari riwayat hidup mereka akan didedikasikan untuk membangun kembali reruntuhan realita masa lalu dari bangsa ini. Kalau tidak ada kalian negeri ini seperti orang yang hilang ingatan, orang yang lupa bagaimana dulu ia terjatuh, orang yang lupa bagaimana ia dulu Berjaya.

Kami anak pendidikan sejarah (anak Sejarah Terkontaminasi) dicetak sebagai penceramah sejarah, pentransfer pengetahuan sejarah. Karena kami sudah terkontaminasi maka kami seolah harus berfikir tentang kontaminasi itu, jadinya yang ada di kepala dominan tentang RPP, Silabus. Yang dikejar hanyalah satu, yaitu jadi Guru/ Pegawai Negeri.
Dalam stratifikasi kasta Hindu, seorang Pegawai Negeri berada di kasta Ksatriya/ bangsawan. Makanya mereka sangat dihormati. Orang-orang dengan pola pikir javasentris pasti tergiur dengan hal ini, karena melihat latar belakang sejarah tentunya Jawa juga mantan dominasi Hindu.

Aku terlambat akan menyadari hal ini, dan ternyata aku tipe orang yang tidak gila kehormatan akan karpet merah itu. Aku orang pendiam dan tenang, lebih romantis ketika dalam situasi kesepian, kesendirian. Gie pernah mendapat surat dari rekannya dari Amerika “Gie… seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian……”

Wednesday, May 18, 2011

Catatan seorang Pendiam 18 Mei 2011


Akhir-akhir ini aku memang antroposentris. Menyendiri berfikir tentang diri sendiri sebagai manusia yang bebas. Seperti manusia Rennaisance, tapi aku tak berkarya. lebih tepatnya alam pikiranku saat ini sedang seperti Aliran Mu'tazilah seperti yang diceritakan Pak Fahmi tadi siang. Sekte Mu'tazilah yang berjaya di Abbasiyah, membenarkan kerasionalan, manusia bebas menentukan dirinya mau baik atau buruk. Yang baik masuk surga yang buruk masuk neraka. Ada keterlepasan dari Allah, bahwa manusia bebas menentukan nasibnya sendiri. Rasanya ini juga tak salah, tadi aku juga sempat baca Qur'an masih sekitar An-Nisa, aku lupa ayatnya (Quranya ktinggalan d kamar), bahwa sebenarnya hal-hal buruk yang menimpa kita, apakah itu kegagalan atau kemiskinan adalah hasil ulah perbuatan sendiri. Sama dengan teori sejarah "Apa yang kita lihat sekarang ini adalah hasil dari proses perjalanan kita di masa lalu".

Masih di sekitar antroposentris. Tadi N menyindir statusku lewat sms "kalo mas ingin supaya gak cemas lagi ya coba ditanyakan saja. yang penting beri dia perhatian, supaya dia tahu mas ada rasa". Memang dalam transisi ini aku lagi agak cuek, aku suka menyendiri, aku suka berdiam diri, aku mulai berbeda, aku mulai banyak berfikir, aku mulai menyukai filsafat (ingin lebih tahu dari sekedar fakta).

Aktualisasi diri bahwa sejarawan tak lain adalah seorang penulis. Mengapa cerita Ken Arok - Ken Dedes masih harum hingga sekarang, karena ada Pararaton. Mengapa ajaran Nazi masih gamblang, Karena ada Mein Kampf. Para penulis adalah calon Referensi Peradaban. 

Tuesday, May 17, 2011

Catatan Seorang Pendiam (CSP) 12 – 16 MEI 2011


12 Mei terpaksa harus kembali berjumpa dengan Purbalingga. Di perjalanan melihat korban ketidakadilan. Pengamen anak kecil seumuran si Filah, lusuh bermodal petikan kencrung tak berkunci, suara dan lagu yang lirih. Singgah di bis ini dari Bawen. Aku iba, dan kuberikan lebih dari pada pengamen lain, dan berbenak mengapa dia tak seberuntung aku. God bless him.. Malam di Wonosobo pengamen cedal itu menghibur kami walau tak menghibur, masuk ke bis nyeker, sandalnya baru saJa pedhot. Dia mengingatkanku waktu pulang bersama Tara.

13 Mei terasa pendek. 14 Mei empat kantor kusinggahi. Tiga Disperindagkom dan satu KPPT di sekitar depan SMKN 1 Purbalingga. Usaha ini entah berguna atau tidak tapi yang jelas aku beruntung, memanfaatkan persaudaraan dengan Bpk. Edi Suyanto, bapaknya Riski. Beliau melepas borgol kepesimisan dan perasaan kegagalan misi tugas Kewirausahaan aku dan Giarti. Tumpukan apa yang kami cari segera digandakan. Kami bernasib baik.

Rasanya ini bukan di rumah, tapi di istana. Tidur pulas dan makan enak, ayam dan tumis jamur. Aku masih selalu disayang, padahal aku ada niatan pindah haluan. Tapi tak ada ruginya mereka akan ini, keluarga terhangatku.

15 Mei Hari-hari mencoba mengisi waktu dengan kesenangan yang rumit merakit Papercraft. Arung dan Risma terus penasaran dan menunggu, padahal hasilnya tak rapi. Dua pesawat tipe Lavochkin-5F bertanda salib NAZI kurang rapi kugarap. Tapi bapak malah menggantungnya di ternit ruang tamu. Semua semerbak Luftwaffe Nazi Jerman model sebelum 45, jadi prioritas.

16 Mei terlalu berkeringat ke Pasar Hewan bersepeda. Tak hanya hewan disana. Banyak bisnis kebohongan. Banyak juga dagangan berkualitas dan murah. Tak perlu diremehkan. Banyak yang menggiurkan dan aku terpikat pada fashion.
Aku dapat sahabat baru. Kucing kuning miliknya Dikri, tetangga. Tak begitu lucu tapi setidaknya mau ku-elus. Malamnya ibu bernarasi apa adanya tentang riwayat bisnisnya, dan aku mencatat.

FB terus ku ikuti. Rasanya Grup anak alumni IPS 1 08 enggan berganti tema, terus menerus pada khayalan yang konyol. Tapi tak usah diambil hati. Pak Topan terpeleset, terlambat mengingatkanku untuk pinjam buku. Seandainya lebih cepat dari itu, pasti dari kampus kubawakan karya Louis Gottschalk atau mungkin Kuntowijoyo. Proyek penulisan sejarahnya yang beliau garap jadi tidak secepat itu.

Konspirasi cinta masih berkecamuk selama ada ketidakpastian. Ku buat pertanyaan super ambigu multi persepsi kepada si T.N, biar dia bingung, biar menyingkir. Sementara si T.I ku dapatkan crack nya. Dan dia mempersilahkannya.