Tuesday, May 17, 2011

Catatan seorang Pendiam (CSP) 17 Mei 2011


P.O Majumakmur sudah jadi hal yang biasa. Namun sopirnya kali ini tidak biasa, yaitu Tionghoa. Beruntung Kondekturnya pak Mahmud, aku akrab walau bukan sodara. Jadinya Tiket Rp.30000 gratis. Kudo'akan baik padanya, dan terkabul, penumpangnya langsung melimpah, tak biasa. Puluhan pengamen membosankan dan memekakan telinga, tapi hampir kukasih uang semua. Dari alun-alun Wonosobo naik pengamen Wanita, bernyanyi tentang kesepiannya tak punya suami. Ah itu pasti kejujuran. Anaknya masih balita (4 tahunan) turut nyanyi dan menariki uang dari penumpang. Kalo diingat-ingat anak itu mukanya mirip Nurma kecil, mantannya Aris. Tapi kasihan juga, bagaimana dia dapatkan susu??.

Aku menghindari Angkutan warna hijau selalu yang membawaku di jalan yang memusingkan. Aku panggil Aris dan Harry, tapi tak sanggup, mereka di luar kota. Ya terpaksa aku menaikinya, ditambah lagi rasa grogi, aku penumpang pria satu-satunya disitu.

Kamarku bersih, mungkin Noval yang membereskannya. Tapi didalam terdapat seabrag alat-alat geografi, aku tak tahu, dan aku tak menyentuhnya.

Membaca apa yang diceritakan Mira Lesmana rasanya aku juga harus tahu. Namanya Hoegeng Imam Santoso, mantan Kapolri yang ditendang rezim Soeharto, dia juga terpental karena idealismenya yang tinggi sama seperi Gie. Ini orang langka. Mungkin Sekarang sudah hampir punah orang yang seperti ini. Negeri ini tidak tahu kebobrokan? atau tengah senang dengan kebobrokan?

Awalnya aku heran, mengapa Buku Catatan Seorang Demonstran diterbitkan di era Orde Baru, padahal rezim Soeharto ini kan murka sekali dengan namanya demonstrasi. kok gak dilarang kayak buku Komunis, padahal isinya juga sama-sama memancing intelektual tuk bersikap revolusioner, menajamkan pengawasan terhadap pemerintah atau soal keberanian mengkritik. Jawabannya singkat saja, itu karena Gie adalah bagian dari orang-orang yang juga mendirikan Orde Baru.
biarpun begitu, Orba masih sedikit takut dan masih membatasi buku ini. hingga kini masih langka. Akupun belum memilikinya. tapi aku tak begitu penasaran lagi, karena sudah memiliki versi pdf nya. Aku hanya masih gelisah karena belum memiliki bukunya John Maxwell, Soe Hok-Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani

Rasanya kutipan tulisan Mira Lesmana (Produser Film Gie) di halaman 287 akan saya cantumkan di skripsiku. Penting!

"I watch to the moon, sits the sky in the dark night, shining the light from the sun" mengamalkan lirik Linkin Park itu. T.N mengajak sms, biasanya tak ku balas. Aku maklum dia sok English. Tapi karena bertanya sejarah, jadinya ya kubalas. Aku selalu mengoles energy magnet antara sejarah dengan sastra, biar mereka saling menempel, kuberitahu ini kepada siapa saja yang minta. Tapi bukan maksudku mengkhianati ilmu social.
Si N masih selalu sibuk dengan pekerjaan yang sebenarnya membuatnya muak.

Perutku shock habis 3 kali makan mie instant, takan kuulangi.
Besok kembali tampil berdasi.

0 comments:

Post a Comment