Wednesday, May 18, 2011

Catatan seorang Pendiam 18 Mei 2011


Akhir-akhir ini aku memang antroposentris. Menyendiri berfikir tentang diri sendiri sebagai manusia yang bebas. Seperti manusia Rennaisance, tapi aku tak berkarya. lebih tepatnya alam pikiranku saat ini sedang seperti Aliran Mu'tazilah seperti yang diceritakan Pak Fahmi tadi siang. Sekte Mu'tazilah yang berjaya di Abbasiyah, membenarkan kerasionalan, manusia bebas menentukan dirinya mau baik atau buruk. Yang baik masuk surga yang buruk masuk neraka. Ada keterlepasan dari Allah, bahwa manusia bebas menentukan nasibnya sendiri. Rasanya ini juga tak salah, tadi aku juga sempat baca Qur'an masih sekitar An-Nisa, aku lupa ayatnya (Quranya ktinggalan d kamar), bahwa sebenarnya hal-hal buruk yang menimpa kita, apakah itu kegagalan atau kemiskinan adalah hasil ulah perbuatan sendiri. Sama dengan teori sejarah "Apa yang kita lihat sekarang ini adalah hasil dari proses perjalanan kita di masa lalu".

Masih di sekitar antroposentris. Tadi N menyindir statusku lewat sms "kalo mas ingin supaya gak cemas lagi ya coba ditanyakan saja. yang penting beri dia perhatian, supaya dia tahu mas ada rasa". Memang dalam transisi ini aku lagi agak cuek, aku suka menyendiri, aku suka berdiam diri, aku mulai berbeda, aku mulai banyak berfikir, aku mulai menyukai filsafat (ingin lebih tahu dari sekedar fakta).

Aktualisasi diri bahwa sejarawan tak lain adalah seorang penulis. Mengapa cerita Ken Arok - Ken Dedes masih harum hingga sekarang, karena ada Pararaton. Mengapa ajaran Nazi masih gamblang, Karena ada Mein Kampf. Para penulis adalah calon Referensi Peradaban. 

0 comments:

Post a Comment