Friday, May 20, 2011

Catatan seorang Pendiam, Sepesial Hari Kebangkitan Nasional 103: Freemasonry untuk Kebangkitan Nasional Indonesia


Freemasonry untuk Kebangkitan Nasional Indonesia

Oleh: Ganda Kurniawan

Saya yakin hari ini sudah banyak yang menuliskan refleksi tentang peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke 103 ini atau bahkan hanya ingin menulis ulang sejarah tentang Budi Utomo sebagai reminder akan perjuangannya di masa lalu. Kemarin malam di simpang 7 UNNES pula sudah diadakan diskusi panel dari berbagai golongan mahasiswa seperti IMM, IPNU, KAMMI, GMNI, dan PMII. Sayangnya saya tidak menyaksikannya dan semoga pendapat mereka tetaplah atas nama persatuan negeri ini bukan mengisolasi diri atas nama golongannya.

Lupakan saja hakikat-hakikat konyol yang saya tulis di Catatan seorang Pendiam 19 Mei 2011 kemarin yang terlalu memenggal tegas antara hakikat anak Sejarah Murni (Ilmu Sejarah) dengan anak Sejarah Terkontaminasi (Pendidikan Sejarah). Saya dari anak Sejarah Terkontaminasi pun ingin menulis tentang Sejarah meski kecil kecilan. Dan yang saya tulis ini lagipula adalah Sejarah Sampingan, bukan sejarah utama. Dianggap sejarah sampingan bisa karena sejarah ini sebenarnya besar hanya ditutuptutupi atau memang sejarah kecil yang tidak punya pengaruh besar. Tapi saya pribadi lebih sepakat dengan yang pertama.

Hari kebangkitan Nasional dianggap sebagai kebanggaan masyarakat Indonesia. Peringatan yang diadakan tiap 20 Mei ini dimenifestasikan dalam bentuk upacara seperti tadi siang di Lapangan FIK, (tapi lagi-lagi saya tidak mengikutinya karena telat malah dijebloskan ke barisan khusus sama pak satpam). Serta (seharusnya) orang Indonesia juga sadar bahwa tanggal 20 Mei itu adalah tanggal kelahiran organisasi Inlander “Budi Utomo”  yang dianggap sebagai benih  pertama akan pergerakan-pergerakan yang lain. Budi Utomo berisi pemuda-pemuda dari STOVIA (sekolah pendidikan dokter bumi putera), sekali lagi “dokter”. Bukan dari jurusan politik, social atau sejarah? Saya yakin pendidikan ini belum diperkenankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pak Topan, guru sejarah saya waktu SMA juga telah menjelaskan bahwa ternyata dalam masa Kolonial Hindia Belanda ini sama sekali tidak ada pendidikan sejarah. Hindia Belanda hanya memperkenankan sekolah-sekolah yang mencetak manusia fungsional dalam teknis saja dan tetap meninabobokan pikiran kekuasaan.

 Lalu sebenarnya Budi Utomo ini adalah organisasi inisiatif ataukah organisasi dorongan?. Bagi saya ini adalah organisasi dorongan terutama atas sokongan atas golongan Tarekat Mason Bebas/ Freemasonry/ Vrijmetselarrij. Saya berdasar pada buku yang memang dipersembahkan pada kaum Freemason:
“…pengaruh Tarekat Mason Bebas atas emansipasi segmen penduduk Indo-Eropa telah mendapat perhatian , tidaklah terlupakan bahwa mereka juga mempunyai pengaruh dalam gerakan nasional Indonesia. Kaum Mason Bebas sudah pada tahap dini mengadakan hubungan dengan salah satu organisasi politik Indonesia yang pertama, yang bernama ‘’Budi Utomo’’ ”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. xviii)
Bagi kaum muslimin yang anti Yahudi atau anda yang telah mengetahui tentang undercoversejarah biasanya sudah mengenal organisasi Freemasonry ini. Organisasi apa sebenarnya “Freemasonry” itu? “Freemansonry”, muncul sebagai produk kebangkitan kembali ilmu pengetahuan pada era Rennaissance pada abad ke-16 di Eropa. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Gereja Katolik yang melakukan kontrol total atas kehidupan manusia. Tujuan “Freemasonry” pada awalnya ialah untuk menentang Gereja Katolik dengan cara mengaburkan makna kehidupan beragama dengan menafikan kebenaran mutlak ajaran Gereja (di kemudian hari ajaran agama pada umumnya), dengan semboyan “semua agama itu benar, karena semuanya menyeru kepada Kebenaran dan Kebaikan”. Untuk keperluan itu mereka menerbitkan buku-buku untuk menopang dalil-dalil pemikiran kaum “Freemasonry”.

Keanggotaan Masonik tidak terbuka untuk seluruh masyarakat, hanya orang terpilih dan memenuhi syarat saja yang dapat menjadi anggota. Syarat-syarat tersebut antara lain : orang bijaksana (pandai), memiliki pekerjaan yang mulia dan berpendidikan tinggi, bukan dari keturunan budak, berakhlak mulia, tidak gegabah, dan bukan pengumbar nafsu.(A. Maheswara, rahasia Kecerdasan Yahudi, hal. 88). Tentunya anggota Budi Utomo termasuk dalam golongan diatas.
Gerakan ini ternyata menyimpan sebuah tabir misteri yang berkaitan dengan sebuah organisasi rahasia Yahudi Internasional di bawah pendudukan Belanda yang disebut dengan organisasi Freemason (Tarekat Mason Bebas) atau yang dikenal pada waktu penjajahan Belanda disebut dengan "Vrijmetselarrij" . Fakta ini jarang sekali diungkap kedalam ranah pendidikan nasional karena memang sangat dirahasiakan sekali usaha dari organisasi terselubung ini.

Pada awal masa gerakan nasional kaum Freemasonry sudah berusaha menguasai perpolitikan Indonesia dengan cara sokongan keuangan bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berbakat. Kehebatan kaum Freemasonry di Indonesia ini pada kemudian hari tampak pada pendirian sekolah-sekolah dan perpustakaan yang tersebar hampir diseluruh Indonesia.

Untuk objektifnya saya pribadi memaparkan 2 pandangan sekaligus yaitu pandangan dari pengamat Zionisme dan pandangan dari Freemason sendiri. Pengamat Zionisme menganggap Konspirasi yang dijalankan oleh para tokoh “Freemasonry” sepanjang sejarahnya bertujuan untuk menguasai dunia, dengan cara :

1.      Menggunakan jurus suap dengan uang (money politics, termasuk dalam pengertian ini bea-siswa), dengan wanita, dan prospek karier, dalam rangka menggaet tokoh-tokoh yang (potensial) menduduki posisi tinggi di bidang akademik, politik, ekonomi, sosial, militer, dan lain-lain. Sasarannya adalah mereka yang berambisi, yang terpinggirkan, dan atau, yang tengah terbenam dalam pusaran masalah pribadi, dan sebagainya.
2.      “Freemasonry” bekerja dengan memusatkan pada penguasaan media-massa cetak, buku-buku, dengan tekanan terutama pada media elektronika. Jaringan kerja ini berada di bawah pengawasan dan kendali jaringan media-massa internasional yang dikuasai pemodal Yahudi, seperti ViacomTurner, Murdoch, dll. Media-massa yang dikendalikan oleh “Freemasonry” bekerja dengan pola penyajian berita yang secara sengaja “memlintir” berita, memanipulasi fakta, berita bohong, dan menggunakan metoda publikasi repetitif secara terus-menerus untuk membangun opini yang dikehendaki tentang sesuatu topik. (Z. A Maulani, Zionisme:Gerakan Menaklukan Dunia, hal: 76).

Sedangkan menurut versi Freemasonry sendiri berpendapat bahwa:
“… asas-asasnya bertujuan memajukan apa yang mempersatukan manusia dan melenyapkan apa yang dapat memisahkan manusia. Menurut tradisi yang sangat kuno, sebuah loge Mason Bebas merupakan pusat pemersatuan manusia yang kalau tidak akan terus saling terpisah. Dengan mengolah diriny sendiri, berupaya menjadi manusia yang lebih baik, berusaha mencapai semua tarekat manusia, Mason Bebas membangun kehidupan bersama kehidupan masyarakat”. (Stevens, Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 2).

Sekarang kita dapat memilih sendiri tentang kedua pendapat tersebut. Ketika kita memilih pendapat yang pertama, maka kita bisa mempersetankan Freemasonry dengan kata lain juga mempersetankan Budi Utomo bahwa sesungguhnya dibalik tindakan mulianya itu terdapat niat yang licik. Sementara jika kita percaya pada Freemasonry sendiri maka yang kita dapatkan seolah sebuah misi yang mulia dan tetap menganggap Budi Utomo adalah protagonist atau pahlawan sejati. Namun yang jelas bahwa keterlibatan Freemasonry pada Budi Utomo tetaplah ada. “ Tarekat Mason Bebas…”melalui perantaraan Paku Alam”, memberikan bantuan kepada “Budi Utomo”. Loge Jogya “Mataram” ia sebut sebagai suatu lembaga yang berbakti dan pantas dihormati”. (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, hal. 48).

Seiring berjalannya waktu terjadi suatu perubahan persepsi dari masyarakat pribumi tentang Freemasonry dan rumah pertemuannya. Mereka menganggapnya bahwa aktivitasnya berkaitan dengan setan. Akhirnya, Februari 1961, lewat Lembaran Negara nomor 18/1961, Presiden Soekarno membubarkan dan melarang keberadaan Freemasonry di Indonesia. Lembaran Negara ini kemudian dikuatkan oleh Keppres Nomor 264 tahun 1962 yang membubarkan dan melarang Freemasonry dan segala “derivat”nya seperti Rosikrusian, Moral Re-armament, Lions Club, Rotary Blub, dan Baha’isme. Sejak itu, loji-loji mereka disita oleh negara. Namun 38 tahun kemudian, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Keppres nomor 264/1962 tersebut dengan mengeluarkan Keppres nomor 69 tahun 2000 tanggal 23 Mei 2000. Sejak itulah, keberadaan kelompok-kelompok Yahudi seperti Organisasi Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Vrijmetselaren-Loge (Loge Agung Indonesia) aau Freemasonry Indonesia, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC) dan Organisasi Baha’i menjadi resmi dan sah kembali di Indonesia.

Disamping itu sebenarnya Masonry memainkan peranan penting di masa-masa awal sejarah kemerdekaan AS. Banyak pendiri negara AS adalah Mason (1/3 dari penandatangan Deklarasi Kemerdekaan AS dan 1/3 yang menghadiri Consitution Convention di Philadelphia tahun 1787 adalah para Mason), termasuk Benjamin Franklin dan George Washington. Disinyalir, Boston Tea Party semasa kemerdekaan AS juga turut di organisasi dalam salah satu pertemuan Loge. Percaya atau tidak, bagi pengamat undercover hal ini sudah lama dipercaya. Dan hingga kini kita masih terus sepakat bahwa Budi Utomo adalah sosok Protagonis bangsa Indonesia maka secara tidak langsung menganggap bahwa Freemasonry telah berperan besar dalam Kebangkitan Nasional Indonesia.

0 comments:

Post a Comment