Saturday, May 21, 2011

Catatan seorang Pendiam 21 Mei 2011


Tidur siangku nyenyak sekali. Sengaja aku mengedapkan cahaya yang masuk dengan menutup mataku dengan sarung. Alhasil rasanya ini menjadi tidur yang berkualitas. Aku tertidur dikala otak lelah berfikir mengerjakan tugas agar mengerti tentang apa yang terjadi 13 tahun yang lalu, Reformasi 1998. Pukul 09:00 21 Mei 1998 Pak Harto mengundurkan diri dengan alasan yang misterius. Padahal sebelumnya ia merasa terlihat alot untuk dipaksa mudur. Hingga Mahasiswa menggerumuti gedung DPR/MPR cukup memaksa DPR untuk menurunkan Pak Harto. Pak Harto seolah basa-basi bilang “kekuasaan bagi saya tidaklah mutlak, tapi apakah pemimpin pengganti saya nanti mampu menangani masalah ini? jangan-jangan nanti sama-sama didemonstrasi lagi”, ahh bilang saja sebenarnya ia enggan untuk meletakan jabatannya. Secara konstitusional orang yang menggantikannya adalah Wapres yaitu Pak Habibie. Wahh mendengarkan perkataan Pak Harto yang seperti itu bagi saya terlalu meremehkan sekali kepada pak Habibie, seolah tak percaya kalau Pak Habibie bisa memerintah dengan baik.

Reformasi berlangsung, Soeharto jatuh, Habibie dibebani rakyat untuk membersihkan piring kotor sisa pesta Orde Baru,  Kabinet Reformasi Pembangunan, dan kembali ke Demokrasi Murni. Jatuhnya Soeharto banyak berharap tentang kehidupan yang kembali makmur terkait dengan runtuhnya kediktatoran. Namun yang terlihat sekarang adalah kehidupan yang makin kacau saja, harga-harga barang kebutuhan pokok tetaplah tinggi, lingkungan bertambah rusak, politik terus ternodai korupsi, orang miskin makin banyak. Menurut pak Ibnu Sodiq dalam mengajariku Sejarah Politik berpendapat ”sesungguhnya kekacauan yang terjadi di masa sekarang ini adalah kelanjutan atas imbas kebobrokan Orde Baru”. Sementara pendapat dari para simpatisan Soeharto memandang kakacauan sekarang ini dengan menyayangkan akan tumbangnya Orde Baru, itu karena umumnya mereka menganggap Perekonomian Orde Baru memanglah lebih baik daripada sekarang ini, Indonesia pernah swasembada beras, sempat dijuluki macan Asia dan sempat diibaratkan berada di tahap Lepas landas/ Take off tapi yang dilihat sekarang seolah sedang Landing.Bapakku dari golongan “waisya” juga sempat mengagumi pak Harto dan rindu akan masa-masa lalu dimana barang-barang dibeli dengan harga murah.

lalu ada yang salah dengan Demokrasi???
Mungkin juga, bagi yang tidak sekuler atau kaum agamawan biasanya menyalahkan Demokrasi. Seringkali diplesetkan menjadi Demon= Setan dan Cration= Pemerintahan maka digabungkan menjadi “Pemerintahan oleh Setan”. Pemerintahan memanglah seharusnya bukan menjunjung tinggi nilai-nilai “manusia” dengan memaknai sebnernya Demokrasi/ pemerintahan oleh rakyat dari rakyat dan untuk rakyat. Jadi kebenaran bukanlah dipegang oleh Rakyat melainkan berada di tangan Tuhan. Maka seharusnya Kitab suci dan sunahlah yang dijadikan sentral kaidah dalam pemerintahan.

Saya bukanlah kaum agamawan, saya bukanlah bagian dari NII, saya merasa diri ini masih sekuler, tapi saya kira jalan diatas mendekati kebenaran. Afghanistan di bawah Thaliban menjadi contoh tapi sayangnya orang-orang tidak tahan akan hal ini. Pada dasarnya kita hidup di dunia yang diinginkan adalah kemerdekaan….. tetaplah kemerdekaan..
Tak ada hal fenomenal hari ini, aku rutin menikmati dunia dengan berfikir bebas dan mulut tertutup manis…        

0 comments:

Post a Comment