Friday, February 6, 2015

HANYA MENGANDALKAN KEMIRIPAN, SAPOEN DIDUGA KAKEK RAYMOND SAPOEN

HANYA MENGANDALKAN KEMIRIPAN, SAPOEN DIDUGA KAKEK RAYMOND SAPOEN

Oleh: Ganda Kurniawan
SOMAGEDE - Darah sebagian orang Suriname memang bisa diakatikan dengan darah orang Jawa. Sebab pemerintah kolonial hindia Belanda sempat merekrut tenaga kuli kontrak dari Jawa untuk dikirim ke negara jajahan lainnya, yaitu Suriname.
Mr Raymod Sapoen

Pilpres di Suriname kali ini cukup menarik perhatian orang Indonesia. Salah satu kandidat untuk jadi orang nomor satu di Suriname, Mr Raymond Sapoen akhir-akhir ini tengah disebut-sebut sebagai turunan orang Jawa, khususnya Banyumas.

Penelusuran itu bermula dari pencarian asrsip database orang Indoesia yang dipindahkan ke Suriname melalui website Nationaal Archief di www.gahetna.nl. Nama 'Sapoen' ini menjadi asumsi nama marga yang bisa dicari. Hasil pencarian itu menunjukan 2 nama Sapoen. Satu diantaranya Sapoen dari desa Kedungwuluh, Kabupaten Purbalingga, satunya lagi Sapoen dari desa Kanding, Kabupaten Banyumas.

Sapoen, asli desa Kanding

Wajah keduanya dibandingkan dengan Mr Reymond Sapoen sekarang nyapres. Namun, Sapoen asli Desa Kanding Banyumas lebih banyak memiliki kemiripan, terutama pada sisi rahang dan tulang pipi. Adanya kemiripan ini, lantas sempat menggegrkan warga desa Kanding, kecamatan Somagede Banyumas bahwa Mr Raymod Sapoen memiliki nenek moyang dari desa tersebut.

Maraknya isu tersebut lantas membuat Radar Banyumas mendatangi desa tersebut, guna menelusuri jejak sanak saudara yang mengetahui tentang Sapoen, yang diduga sebagai Kakek dari Mr Raymond Sapoen ini. Kepala Desa Kanding, Awal Nurhandoko menunjukan arah sejumalh sesepuh yang dimungkinkan pernah menjadi saksi kehidupan Sapoen.

"Ada tiga sesepuh yang masih tersisa disini, itu Mbok Miah, Mbah Sugin dan Mbah Sangin. Mbah Sangin dan mbah Sugin ini sudah pikun. Jadi harapannya yang bisa ditanyai itu Mbok Miah," ucap Awal mengarahkan.

RadarMas pun mendatangi kediaman Mbok Miah atau yang bernama lengkap Sumiah, perempuan berusia (79) tahun yang berada di RT 01/01 Desa Kanding. Meskipun kondisinya yang sudah membungkuk, namun ia masih bisa berjalan, berbicara lancar dan memiliki ingatan yang baik. Ketika ditanyai soal sosok yang bernama 'Sapoen', iapun langsung merespon bahwa ia mengenalnya. Lantas menceritakan hubungan persaudaraan dirinya dengan Sapoen.



Mbok Miah (79) isteri Midin (Sepupu Sapoen)

"Yang saya tahu Sapoen itu, putera satu-satunya mbok Sadem. Sementara mbok Sadem itu bibinya almarhum suami saya Rejawikarta alias Midin," kata Miah tanpa perlu mengingat ingat. Namun sayangnya ia hanya mendengar anak bernama Sapoen itu tinggal cerita. Mbok Sadem lah yang dekat dengan dirinya mengeluh terus menerus anak satu satunya, Sapoen tidak pernah pulang lagi. Entah pergi kemana dan tidak memberi kabar. "Anak siji kok ora bali-bali, langka kabare, kebangeten," kata Miah menirukan Mbok Sadem mengeluh. Hingga Sadem meninggal di tahun 1967, Sapoen belum juga pulang.

Miah menceritakan dirinya mulai tinggal di Desa Kanding sejak dibawa oleh suaminya Midin jauh ketika Mbok Sadem sudah kehilangan Sapoen. Perode waktu yang bisa diketahui, Miah mulai datang ketika Indonesia belum lama merdeka yaitu sekitar tahun '48-an. Sehingga Miah bukanlah sumber primer yang mengetahui langsung seperti apa dan bagaimana kehidupan Sapoen. "Yang saya tahu tentang Sapoen itu ya karena Mbok Sadem yang menceritakan. Sapoen itu katanya hilang ketika sudah menikah, istrinya juga dari Kanding tapi sudah meninggal dan sempat punya dua anak dan keduanya juga meninggal waktu masih kecil," jelas Miah.

Dengan demikian sudah tidak ada lagi warga yang masih berketurunan langsung dari Sapoen di Kanding. Ketika ditanya soal kemiripan saat ditunjuki gambar wajah Mr Raymond sapoen dan Sapoen Miah berkomentar, bahwa wajah Mr Raymod Sapoen itu mirip dengan puteranya yaitu Parsono. "Sedangkan wajah Sapoen itu justru mirip dengan suami saya, Midin. Tapi saya tidak bisa menjamin kalau Sapoen itu adalah Sapoen yang saya maksud. Karena sekarang orang mirip itu banyak," imbuhnya.

Sedikit bercerita tentang Mbah Sadem, Miah mengetahui tentangnya yang sempat berprofesi sebagai penjual tempe. Namun Miah tidak mengetahui nama suami dari Sadem yang diketahuinya sudah lama menjanda. Sementara ketika sudah tua renta, Sadem tidak lagi berjualan tempe. Untuk menghidupi dirinya hanya mengandalkan santunan dari tetangga atau meminta dari Miah yang masih ada ikatan saudara dan dinafkahi suaminya yang Petani.

Sadem memiliki rumah yang tidak begitu jauh dari rumah Miah. Kurang lebih berjarak 200 meter. Kini rumah tersebut sudah ditempati oleh Siwan, orang yang tidak ada darah persaudaraan dengan Miah. Rumahnya pun sudah berubah total. RadarMas mendatangi rumah tersebut, Siwanpun menyambutnya.

"Saya kurang begitu paham asal-usul pekarangan disini yang dulu. Ya mungkin dulu memang milik Mbok Sadem, tapi kemudian dibeli oleh orang tua isteri saya," kata Siwan singkat.

Rumah Mbok Sadem (Ibu Sapoen) sudah berubah total. Kini ditempati Bpk Siwan


Sementara, Awal Nurhandoko, selaku kades juga meragukan tentang kesesuaian sejarah yang dimaksud dengan Sapoen yang ada dalam arsip. Ia mempelajari kembali data dalam arsip yang didapat dari www.gahetna.nl. "Saya juga masih meraba-raba kebenarannya. Apakah Sapoen yang dimaksud dalam arsip itu apakah Sapoen yang dimaksud mbok Miah atau bukan. Cuma kebetulan Sapoen yang ada disini itu juga menghilang," kata Awal.

Untuk membuktikan kebenarannya ia menyarankan agar pihak Mr Reymond Sapoen terlebih dahulu memaparkan siapa orang tuanya dan siapa kakeknya. Baru bisa ditarik apkah kakeknya itu benar sesuai yang ada di arsip. (gan)       

0 comments:

Post a Comment