Thursday, April 4, 2013

Dari Setanjung ke Kalimasada [Part 18]


Tak perlu berhari-hari tuk menemukan roh karakter pendahuluan dalam skripsi jenis Ex-Post Facto tuk memperbaiki bagian skripsiku. Sekonyong-konyongaku menepuk jidatku hari itu. Betul skripsiku hampir fatal karenanya. Kesalahan di bagian awal skripsi sebenarnya lebih membahayakan daripada kesalahan diakhir skripsi. Tapi untungnya akhir skripsiku berhenti pada tujuan yang tepat. Ibaratnya aku ingin naik kereta ke Jakarta dari Semarang namun kesalahanku ternyata aku sedang berada di Temanggung. Kalaupun kesalahan skripsiku beradadi belakang mungkin aku masih bisa memperbaikinya dengan naik kereta melalui stasiun Purwokerto. Namun karena kesalahanku ada di awal maka aku harus membuat rel fiktif yang menghubunggkan Temanggung ke rel Pantura kemudian tinggal lurus menuju Jakarta.

Jadi memang kalau membaca skripsiku bagian pendahuluan banyak sekali hal-hal fiktif yang ku tulis. Namun dengan kefiktifan itu skripsiku sudah berada di jalur yang benar sesuai kaidah skripsi aliran Ex-Post Facto. Duluaku sempat cemas kalau hal ini mungkin bagian dari korupsi intelektual tapi ternyata tidak. Setelah kubaca-baca bahwa ternyata skripsi pada hakikatnya adalah semacam replika besar penelitian ilmiah. Kita harus membuat sebuah karya skripsi namun harus menggunakan metode yang lengkap baik prototipe maupun disainnya harus menyerupai bentuk aslinya, masalah hasil penelitian itu nomordua atau bahkan bisa diabaikan. Ibaratnya kita ingin membuat replika motor Piaggio Vespa, maka kita harus membuat sepersis mungkin secara visual masalah komposisi materi atau bisa jalan atau tidaknya itu masih tidak begitu penting. Banyak sekali skripsi-skripsi pendidikan yang menjelaskan hal-hal palsu diperpustakaan jurusan sejarah namun penulisnya ya lulus semua, karena itu memang sah selama metodenya sudah benar. Namun satu hal yang baru bisa dikatakan korupsi intelektual dalam skripsi yaitu “Plagiarisme”. Itu adalah induk dosa dalam skripsi maka harus dijauhi sejauh mungkin. Meski sadar begitu tapi kadang ada saja mahasiswa yang mengadopsinya meski dalam taraf kecil misalnya menyatakan teori tanpa menuliskan sumber. Maka bersiap-siaplah itu akan jadi malapetaka dalam sidang nanti.

Sudah kuselesaikan semua,termasuk rekomendasi dari Pak Harso tuk manambahkan teori-teori nasionalisme modern termasuk dari Samuel Huntington. Bahkan sempat sharingsumber dengan Nadia. Dengan tidak ada perasaan khawatir aku langsung mengajukan skripsi revisiku. Pak Harso memang sangat lunak dalam sesi ini, ia tidak mengecek ulang atau meneliti ulang apalagi saran perbaikan ulang dia langsung minta lembar pengesahan kemudian menandatanganinya. Pak Karyono,Pak Sodiq, kemudian Pak Arif telah ku koleksi semua tanda tangannya, dan tandatangan dari pak dekan akan berbeda lagi ceritanya. Inilah hari-hari terpanjang dalam kuliahku karena hari-hari itu 80% aktivitasku hanya menunggu dan menunggukehadiran dosen. Demi mendapatkan beberapa coret tanda tanganya. Rasanya padasaat-saat seperti ini tanda tangan mereka semua lebih berharga daripada tandatangan Enrique Iglesias atau Chris Brown artis idolaku.

 NP: Enrique Iglesias ft. Akon – One Day at ATime

Padamara, 04 April 2013

0 comments:

Post a Comment