Saturday, April 6, 2013

Dari Setanjung ke Kalimasada [Part 19]


Aku punya firasat yang kurang baik semenjak setahun yang lalu ketika angkatan kami diperkenalkan tentang Sistem Informasi Skripsi atau SISkripsi oleh pihak Unnes. Kami akan diujicobakan untuk menggunakan suatu website yang digunakan untuk memantau perkembangan dalam mengerjakan skripsi, tentunya butuh kerjasama dan keseimbangan dari mahasiswa maupun dari dosen pembimbing. Jika mahasiswa rajin mengisi agenda-agenda bimbingan dalam SISkripsi akan tetapi dosen pembimbingnya tidak pernah online tuk mengkonfirmasi atau bahkan tidak sempat buka komputer maka sia-sia saja web ini, begitu juga sebaliknya. Namun untuk mensukseskan program SISkripsi ini pihak Universitas malah mencambuk kami bak kuda delmanuntuk wajib mengisi terus agenda-agenda bimbingan SiSkripsi dan menjadikannya sebagai syarat ujian kelulusan dengan didalamnya harus terisi minimal 8 agenda.

Setahun berselang ketikakami sedang live mengerjakan skripsidan mencoba menggunakan SISkripsi. Ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Seratus persen mahasiswa yang dibimbing telah menjalankan aturandalam SISkripsi dengan mengisi agenda-agendanya misal agenda-I:  05/04/2012 -> Bimbingan Proposal, setelah bimbingan face to face berlangsung dosen wajib meng-confirm agenda tersebut mencantumkan tanggal bimbingan dan kritik saran skripsi yang dibimbingkan. Memang terlihat tidak rumit, yang rumit adalah faktor eksternalnya. Dapat diperkirakan dosen di Jurusan Sejarah 70% jarang online,dalam mencari informasi sehari-haripun mereka lebih suka mengandalkan koran,televisi, majalah, buku atau jurnal. Jadi ketika mereka dihadapkan pada komputer mereka sedikit gagap, tampak sekali kalau mereka jarang memegang computer. Akibatnya proses pengisian SISkripsi jadi terhambat.

Pak Sodiq misalnya,beliau baru tahu kalau saat itu pihak dosen ada kedisiplinan untuk meng-confirm SISkripsi padahal program initelah lahir 1 tahun silam. Mungkin semenjak itu beliau baru kenal SISkripsi,kemudian pertama mengconfirm punyaku dan punya teman-teman mahasiswa yang dibimbingnya yang lain. Bimbingan-bimbingan selanjutnya aku pikir pak Sodiq sudah paham jadi setiap kali setelah bimbingan aku tidak memintanya untuk mengkonfirm agenda bimbinganku namun setiap kali aku cek ternyata belum juga dikonfirm. Hingga setelah ujianpun SISkripsiku masih kurang 4. Parah sekali. Pak Karyono meski sudah berumur 61 tahun lebih tua 12 tahun ketimbang pak Sodiq namun beliau lebih cekatan dalam memegang komputer ketimbang pak Sodiq yang hanya 1huruf/detik belum lagi memindahkan kursornya. Hanya saja pak Karyono sering lupa atau pura-pura lupa karena mengurusi SISkripsi hal yang merepotkan dalamdirinya. Akhirnya sama, hingga setelah ujian aku masih punya utang 4 agenda.

Ada rasa sungkan ketika menyuruh dosen untuk meng-confirm SISkripsi setiap kali bertemu, kami bagaikan sekumpulan ekor anak itik yang menagih induknya tuk mencarikan makanan. Untuk mengurusi 1 anak saja terkadang hingga 10 menitan di komputer jurusan dan saat itu pula disamping kanan kirinya dirubung antrian mahasiswa yang lain yang juga minta konfirmasi SISkripsi. Urung selesai semuanya kadang dosen sudah minta “lanjutkan besok saja”, akhirnya banyak mahasiswa yang kehilangan momen itu, inilah asal muasal penyebab tersendatnya program SISkripsi.

Ini adalah masalah baru yang membuatku pusing, padahal hanya hal sepele tentang formalitas saja. Tahun-tahun sebelumnya hanya menggunakan form di kertas saja sudah cukup. Tahun kini angkatanku harus mengisi formnya dengan online. Jika ini gagal maka tanggal lulusku akan mundur, bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi bisa-bisa aku harus registrasi SPP lagi di semester depan karena keterlambatan ini.

Dari lamunan tiap lamunanaku berfikir dan Akhirnya aku menemukan sebuah formula: “SISskripsi + FBI =Segera LULUS”. FBI disini bukan arti aslinya tapi bisa diibaratkan itu adalahilmu intelijen. Usut punya usut aku punya kemampuan intelijensia macam telik sandi atau detektif yang kadang aku pakai hanya untuk main-main. Ilmu iniselalu aku kembangkan pada setiap pertemuanku dengan kawan sejarah seangkatan berinisial Y.G dan A.D. Mereka berdua adalah 2 anak yang secara kuliah mbolosan tapi mereka cukup cerdas dalam hal meretas sebuah akun. Aku terinspirasi dari semangat mereka, mereka itu kurus, kecil, lemah sering disepelekan tapi untuk menghacurkan musuh mereka tidak menggunakan kekuatan fisiknya tapi menggunakan otaknya. Secara diam-diam ia berlari di bawah tanah dan seketika ia menaruh ranjau tepat diatas jalan yang dilewati musuhnya dan “DuaRRR!!!” musuh langsung kebakaran jenggot. Agar tidak diketahui orang lain seringkali kami tertawa puasatas sebuah keberhasilan, memaki, menyumpahi dsb dengan inbox ataukomen-komenan di FB dengan menggunakan sandi morse, sandi AN atau sandi AM atau bahkan sandi Caesar Chip.

Meskipun kami kawan sekonspirasi tapi tetap ada saja perbedaan metode. Mereka cukup ahli dalam meretas akun dengan mengandalkan intuisinya. Sedangkan aku intuisinya belum secanggih mereka sehingga aku menggunakan sebuah software, namun seringkal itingkat keberhasilan masih lebih dominan mereka ketimbang aku. Kelemahan mereka berdua adalah mereka baru ahli dalam bidang meretas akun FB dan Yahoo tidakuntuk akun lain. Sementara aku semua akunpun bisa jadi. Dan satu hal lagi bahwaaku sama sekali tidak ada misi menghancurkan siapapun dengan kemampuan intelijenku ini.

Sebelum aku memulainya kadang akupun merasa was-was. Sebuah teknik yang kadang hanya biasa kupakai hanya untuk main-mainan detektif-detektifan ini apakah akan kupakai ke dalamsebuah kasus yang real menimpa dirikuserius bahkan formal. Namun sebab kebuntuan pikiran yang sebelumnya aku memutuskan untuk menghalalkan jalan ini sebagai peluru terakhir. Padahal kalau kita tahu, akun yang dimiliki dosen dalamSISkripsi adalah akun yang bisa berlaku juga untuk SIKADU bahkan kalau mau kitabisa mengutak atik nilai makul yang diampu oleh dosen tersebut.

Mengenai software apa dan bagaimana tekniknya tentu ini adalah rahasia besarku, yang jelas seringkali ini berhasil hanya saja butuh sedikit jebakan. Yang jelas bekerja tanpa merusakakun apa lagi sampai merubah password. Memang bukan main-main ini adalah kisah kenyataan dalam hidupku. Jantungku rasanya berdebar debar hebat saat ingin memulainya. Biar bagaimanapun akun mereka adalah bagaikan sebuah koper emas mereka, meskipun niatku tidak akan mengambil emas di seisi koper itu tetap sajaada rasa yang lain. Niatku hanya ingin bisa log-in lalu meng-confirm, meng-confirm dan meng-confirmagenda akun SISkripsiku sudah itu tidak lebih. Debaran jantung ini terasa lain aku yakin antara Malaikat dengan Setan sedang berperang hebat didadaku, jika setan yang menang mungkin aku bisa saja menyalah gunakan akun itu. Debaran jantung ini serasa berbeda aku bagaikan sedang berjalan-jalan di tepi sungai yang jernih dan seketika aku melihat sosok bidadari yang amat cantik sedang mandi telanjang dan mengetuk-ketuk pintu birahiku. Lalu siapakah yang akan menang antara Malaikat dengan Setan????.

Padamara 06 April 2013.

0 comments:

Post a Comment