Thursday, September 1, 2011

Catatan seorang Pendiam 1 September 2011


Rasanya tak satu alineapun aku pernah menyempatkan menulis catatan soal rasa cinta kepada lawan jenisku dalam lembaran CSP ini. Kalo dalam dunia Nasrani mungkin orang membaca tentang diriku sebagai orang yang sok jadi Pastor ketimbang jadi Domine. Salah kaprah. Sebenarnya bukan perkara out of Context, tapi aku hanya takut akan menulis tanpa henti dan tak berujung. Karena tiap kata manis dalam cinta senantiasa memiliki makna yang sulit dijelaskan dan hanya berputar-putar tak berujung untuk menemukan kata yang tepat. Bagaimanapun juga aku adalah lelaki yang sangat mendambakan kasih sayang dari wanita.

Jika aku menulis soal kriteria, aku takut ini akan menjadi pertimbangan yang rasialis (padahal hampir semua orang juga kadang rasis). Biarkan mulut yang diam ini berbicara dengan hati, tentang kepada siapa saja aku bisa welcome. Kadang aku seringkali menghindar untuk statement yang sengaja kuisolir.

Tadi siang aku silaturahmi ke keluarga yang ada di Bobotsari dan Bojongsari. Seberarnya disitu kekerabatan kami semu dalam hal trah. Keluarga di Bobotsari adalah keluarga dari ayah yang melahirkan ayahku. Sementara keluarga di Bojongsari adalah keluarga dari ibu yang yang melahirkan ayahku. Keluarga Bobotsari sangat luas karena ternyata Mbah Kakungku (Alm. Kasam Singadikrama) telah mengahamili banyak wanita (meski diluar nikah). Keluarga bojongsari adalah salahsatu wanita Mbah Kakungku yang dicampakkan dan melahirkan ayahku. Singkatnya dalam bahasa sekarang bahwa Mbah kakungku ternyata Playboy. Sebegitu mudah menikmati tiap wanita, hingga aku turut dinasehati oleh keluarga Bojongsari agar aku tidak menirunya.

Tanpa dinasehati aku sudah menjadi orang yang pemalu dan kalem.
Aku akan memilih wanita. Dan bagiku tak jadi masalah jika pilihanku hasil dari intuisi. 

0 comments:

Post a Comment