Friday, May 23, 2014

SUMBANG KECAMATAN TERMISKIN DI BANYUMAS



PURWOKERTO- Kecamatan Sumbang ternayata tercatat sebagai kecamatan termiskin di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas sendiri merupakan salah satu daerah jumlah rumah tangga miskin cukup banyak berdasarkan data dari BPS. Tercatat dalam tahun 2011 melalui Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS), terdapat 239.002 rumah tangga miskin, yakni urutan kedua dibawah Brebes yang mencapai 282.889.


Curug Ceheng salah satu aset wisata di kecamatan Sumbang



Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Banyumas, Nooryono saat ditemui Banyumas Ekspres kemarin (22/5). "Untuk di Banyumas sendiri itu kecamatan Sumbang memang paling miskin, tapi says tidak bisa memastikan apakah termiskin di Jateng atau tidak," kata Nooryono.

Apabila dilihat dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas, terdapat 5 kecamatan yang angka kemiskinannya tertinggi salah satunya kecamatan Sumbang. Dilihat dari jumlah rumah tangga miskinnya memang Sumbang berada di urutan kedua dengan jumlah 14.007. Masih dibawah Cilongok yang mencapai 21.013. Begitu juga dari segi prosentase dibandingkan jumlah penduduk rumah tangga miskin di Sumbang masih di urutan kedua yaitu 18,9% sedangkan Cilongok 20,7%.

Namun beda lagi jika dalam kategori Rumah tangga sangat miskin (RTSM). Kecamatan Sumbang menyokong jumlah RTSM sebanyak 2883. Sedangkan Cilongok berada di urutan kedua yaitu 2759. Dengan demikian dana Program Keluarga Harapan (PKH) untuk Kabupaten Banyumas terbanyak akan dialokasikan kepada RTSM di Sumbang ini.

Nooryono mengungkapkan bahwa banyaknya RTSM di Kecamatan Sumbang ini disebabkan oleh faktor SDM dan profesi di masyarakatnya. "Kebanyakan memang disana bekerja serabutan, jadi ketika sedang tidak ada yang digarap ya mereka nganggur. Disamping itu juga diantara mereka banyak yang sebagai buruh tani, mereka tidak memiliki lahan pertanian," ujarnya.

Berkaitan dengan hal demikian, Nooryono juga mengungkapkan bahwa di Kecamatan Sumbang juga terdapat sebuah pabrik bulu mata dan rambut palsu. Namun perusahaan tersebut dinilai belum mampu menyerap banyak tenaga kerja dari Kecamatan Sumbang dan meningkatkan kesejahteraannya.

"Biasanya dari perusahaan menetapkan kualifikasi seperti umur produktif. Ketika sudah lebih dari itu masyarakat ya kembali menganggur karena SDMnnya juga belum maksimal," ungkapnya.

Tercatat di Kecamatan Sumbang tahun 2013 kemarin jumlah pengangguran sebanyak 2988 dengan komposisi 1984 dari kaum laki-laki dan 1004 dari kaum perempuan. Mengetahui hal demikian tentang Sumbang, Nooryono berharap bahwa secara terpadu setiap SKPD bisa ikut merencanakan program untuk menanggulangi kemiskinan.

"Sementara dari Dinsosnakertrans sendiri memiliki program untuk memperbaiki rumah tidak layak huni dan PKH atas dana dari kementerian," tutupnya.


Pihak Camat Sumbang

PURWOKERTO- Kecamatan Sumbang dalam catatan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) merupakan daerah terbanyak di Kabupaten Banyumas dalam kategori Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), yaitu 2883 RTSM dari total 14.007 rumah tangga miskin yang ada di kecamatan tersebut.

Kepala Kecamatan Sumbang, Drs Nungky Harry Rachmat MSi mengungkapkan bahwa pihaknya sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah. Pasalnya, kebanyakan faktor yang menjerat masyarakat sumbang ini adalah persoalan SDM (Sumber Daya Manusia) yang kurang kompetitif. Nungky mengungkapkan bahwa solusi yang dianggap cukup untuk memperbaiki nasib adalah dengan memperbanyak fasilitas sekolah. Salah satunya yaitu SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).

"Sekolah-sekolah disni belum cukup banyak, hanya ada sejumlah SMP. Dan yang paling penting kami butuhkan adalah SMK. Kami sudah mengusulkan agar disini didirikan sebuah SMK untuk meningkatkan SDM dan yang terpenting adalah keterampilan kerja," ungkapnya saat diwawancarai kemarin (22/5).

Pihaknya menambahkan bahwa kemiskinan di kecamatan Sumbang ini bukanlah dalam arti keseluruhan untuk desa yang ada. Ada 4 desa yang memang dalam kategori RTSM cukup tinggi ini, sementara desa yang lain tidak. Empat desa tersebut diantaranya adalah desa Gandatapa, Limpakuwus, Kotayasa dan Banteran. Tercatat dalam PPLS desa Gandatapa terdapat 1313 rumah tangga miskin, Limpakuwus ada 1163, Banteran 1271 dan yang terbanyak adalah Kota yasa yaitu 1915. Sementara untuk desa lain masih dalam kisaran 300 hingga 800. Selisihnya cukup jauh.

"Pusat kemiskinan ternyata hanya di 4 desa itu. Sementara desa yang lain sama dengan desa kebanyakan dengan tikat kemiskinan yang wajar," ucapnya.

Disisi lain dia juga keluhkan sepinya investasi yang masuk untuk mendirikan perusahaan yang memungkinkan terserapnya tanaga kerja. Oleh karena itu sangat dibutuhkan dorongan dari pemerintah agar mengarahkan para investor agar mau mendirikan perusahaan di sekitar kecamatan Sumbang ini.

"Sejauh ini di empat desa tersebut kebanyakan masih berprofesi sebagai buruh tani, jadi mereka bekerja untuk para pemilik lahan dan itupun juga musiman," terangnya.

Faktor penentu dalam pencatatan PPLS ini menurutnya ada berbagai faktor yang dinilai seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan dan ekonomi. Semua faktor ini dinilai masih rendah. Nungky menngungkapkan bahwa yang terpenting dari mereka adalah mengubah mindsetnya.

"Misalnya saja soal kebiasaan buang air besar. Mereka lebih suka melakukannya di sungai-sungai. sehingga mereka tidak membutuhkan kakus. Mereka menganggap bahwa BAB di sungai ini lebih marem," ungkap Nungky.

Pihaknya juga menyampaikan bahwa meskipun empat desa tersebut dalam kategori sangat miskin. Namun di Kecamatan Sumbang ini dari segi infrastruktur sudah baik. Nungky menganggap tidak ada di daerahnya yang terisolasi. Semua desa masih mudah untuk dijangkau dan dilalui.

"Masyarakat desa tersebut pada dasarnya ramah. Saya yakin jika diberdayakan mereka juga mau seandainya ada sebuah usaha ekonomi yang merintis. Bahkan saya juga mengusulkan agar desa Gandatapa ini dijadikan desa wisata agar mereka bisa memiliki tambahan penghasilan," tutupnya. (gan)

Ganda Kurniawan, jurnalis Banyumas Ekspres (Jawa Pos Group)

0 comments:

Post a Comment