Saturday, February 13, 2016

Wirasaba : Dari Pusat Kadipaten Hingga Pembangunan Bandara I*



Oleh : Ganda Kurniawan

BUKATEJA - Nama Wirasaba sering disebut-sebut akhir-akhir ini dalam pemberitaan rencana pembangunan bandara. Namun belum banyak diketahui bahwa Wirasaba juga sebuah nama kadipaten yang membawahi sejarah 4 kabupaten sekaligus (Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas dan Cilacap) dengan pusat pemerintahan di Desa Wirasaba, Kecamatan Bukateja.

Mantan Danlanud Wirasaba TNI AU Letkol Pnb Andreas A Dhewo meresmikan pemugaran makam Adipati Wirasaba

Cerita sejarah Kadipaten Wirasaba telah diabadikan dalam Babad Wirasaba I & II, serta sering dijadikan naskah skenario Pagelaran Seni Dalang Jemblung. Tahun 1429 Kadipaten Wirasaba termasuk dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Majapahit II. Kisah paling fenomenal dalam Kadipaten Wirasaba terjadi pada masa pemerintahan Adipati Wirahudaya atau saat Majapahit dipimpin Prabu Kertabumi Brawijaya V (1468 - 1478).

Kala itu muncul tokoh pengembara yang datang ke Wirasaba bernama Jaka Katuhu yang dijadikan anak angkat oleh Lurah Buwara (Sekarang Desa Bukateja). Jaka Katuhu terkenal rajin melakukan babad alas untuk lahan pertanian. Malamnya ranting bekas babadan dibakar hingga dari kejauhan langit tampak sebuah teja (pelangi). Adipati Wirahudaya yang terkagum melihat pemandangan itu mengutus prajuritnya untuk memanggil siapa yang menciptakannya.

Jaka Katuhu akhirnya menghadap sang Adipati dan ditanya keturunan siapa. "Jaka Katuhu akhirnya berterus terang bahwa ayahnya bernama Raden Arya Baribin menantu raja Parahiyangan Sri Prabu Linggawastu. Mendengar hal itu Adipati merasa mendapatkan karunia ilahi menemukan anak muda yang patut dijadikan penggantinya kelak," tulis Budiono Herusatoto dalam bukunya 'Banyumas: Sejarah, Budaya dan Watak,'(2008).

Sejak itu Jaka Katuhu dijadikan anak angkat Adipati Wirahudaya mengingat sang adipati belum dikaruniai putera. Hingga pada momentum Pisowanan Ageng Keraton Majapahit, adipati mengutus Jaka Katuhu ke Majapahit untuk menghadap Prabu Kertabumi Brawijaya V dan menyerahkan upeti mewakili sang adipati yang tengah sakit. Keberangkatan diantar oleh Patih Wirasaba, Raden Bawang.

Sesampainya di keraton Majapahit, Jaka Katuhu kembali ditanyai tentang asal-usul dirinya, kali ini oleh sang Raja. Ia kembali menceritakan bahwa ia putera Raden Harya Baribin yang ternyata juga adik kandung sang raja. Dikisahkan saat itu Raden Baribin kabur dari keraton lantaran difitnah hendak menggulingkan sang raja. Sadar hal itu fitnah, Prabu Brawijaya Menyesal, sebagai ganti atas kelalaiannya Jaka Katuhu langsung dinaikan derajatnya dan dibaiat menjadi Adipati Anom Wirasaba dengan gelar Adipati Anom Wirahutama, demikian juga dihadiahi seorang isteri, Putrisari, puteri Mapatih Majapahit. "Ia juga diizinkan memperluas wilayah Kadipaten Wirasaba hingga lereng barat Sindoro Sumbing di wilayah Kedu," tulis Budiono.

Hingga 40 hari sejak pernikahan, ia berniat kembali ke Wirasaba bersama keluarganya dan dikawal oleh sebregada (pasukan) yang dikawal oleh Manggalayudha. Sehari sebelum sampai Wirasaba mereka beristirahat, sementara Raden Bawang lebih dahulu menemui sang adpati agar tidak kaget atas kedatangan Jaka Katuhu yang telah diangkat sebagai Adipati Anom Wirasaba. Raden Bawang yang merasa iri berusaha memfitnah dan berusaha agar menyiapkan pasukan untuk melawan pasukan Adipati Anom Wirasaba. Sang adipati tetap tidak percaya, namun Raden Bawang bersikukuh mengirim pasukan untuk menghadang pasukan Adipati Anom.

Akhirnya terjadi pertempuran, hngga menewaskan Patih Bawang itu sendiri. Patih Bawang akhirnya dimakamkan di suatu tempat yang kini dinamai desa Bawang, Kecamatan Bawang (Banjarnegara). Sedangkan Adipati Anom Wirasaba akhirnya selamat sampai Wirasaba dan disambut baik oleh Adipati Wirahudaya. Adipati Anom dan asukan yang dibawa dari Majapahit dibuatkan pesangggrahan di sebelah Timur Laut Wirasaba, yakni kini disebut Desa Majasari.

Hingga wafatnya Wirahudaya, Wirasaba dipimpin oleh Adipati Anom Wirautama yang tidak lain adalah Jaka Katuhu. Kasi Sejarah Museum dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga mengatakan Rien Anggraeni, salah satu peninggalan sejarah yang masih ada tentang WIrasaba adalah makam Adipati Wirasaba IV yang bernama asli Raden Warga dan diberi gelar Raden Warga Utama I. "Makamnya masih di sekitar area Lanud (Pangkalan Udara Wirasaba. Terakhir dipugar tahun 2014 oleh pihak TNI AU ," katanya. (bersambung)

*)Dimuat dalam surat kabar Harian Banyumas, Tanggal 5 Februari 2016

0 comments:

Post a Comment