Monday, February 28, 2011

PENCITRAAN DIRI DAN UNSUR LEGITIMASI DALAM BIOGRAFI: BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE


Oleh Ganda Kurniawan

Sumber :
Judul Buku : The True Life of Habibie: Cerita di Balik Kesuksesan
Penulis : A. Makmur Makka
Penerbit : Pustaka IIMaN, Jakarta
Cetakan : Pertama, Juni 2008
Tebal : xii + 456 halaman
Banyak citera positif yang dibangun dalam biografi B.J Habibie yang memang berupa realitas, namun berusaha ditonjolkan agar legitimasi sebagai mantan sosok pemimpin Republik Indonesia yang pantas dikagumi. Buku karya A. Makmur Makka berjudul The True Life of Habibie menjadi buku biografi yang paling terlengkap tentang diri B.J Habibie dibandingbuku lain yang pernah ditulis beberapa pengarang. Buku ini selalu menggunakan rujukan yang jelas sumbernya, karena itu semua sumberyang dikutip dalam buku ini tidak ada yang fikitif dan direkayasa penulisnya.
Cerita kemuliaan hidupnya diawali dengan garis keturunan orang tuanya, sebagai tokoh masyarakat, beriman, berpendidikan dan mencitrakan B.J Habibie jelas bukan keturunan orang sembarangan. Dari garis keturunan ayahnya, B.J Habibie adalah cucu dari kakeknya yang bernama Abdul Jalil Habibie adalah seorang Imam dan haji atau pemimpin umat islam di daerah Kabila dan sekitarnya, sekaligus pemangku adat dan anggota Majelis Peradilan Agama. Sedangkan ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie memangku jabatan sebaggai Landbouw Consulent di Afdeling Parepare yang membawahi dinas-dinas Pertanian Onder Afdeling Barru, Sidenreng, Rappang, Enrekang, dan Pinarang. Dari garis Ibu B.J Habibie adalah keturunan dari Tjitrowardoyo (Kakek Ibu B.J Habibie) seorang terdidik yang meraih gelar dokter dalam usia 19 tahun, dan diangkat sebagai dosen Terbeschikking Resident Semarang kemudian juga diangkat sebagai Assisten Leerar Sekolah Dokter Djawa Weltevreden. Dapat disimpulkan bahwa kedua silsilah tersebut adalah perpaduan antara Imtak yang dibawa dari garis ayah dengan Iptek dari garis keturunan Ibunya.
Kharisma sebagai sosok yang unggul dari B.J Habibie sudah dicetak semanjak duduk di bangku SMA. Habibie mulai nampak menojol terutama dalam pelajaran eksakta, seperti matematika, mekanika, dan lain-lain. Dia tidak memerlukan usaha yang terlalu keras untuk memperoleh nilai yang baik. Sekalipun ujian dadakan ia bisa mendapatkan nilai yang tertinggi. Dalam pelajaran Stereo, Goneo siswa yang lain meskipun diberi waktu 2 jam untuk mengerjakan, tidak akan ada yang bisa. Tapi B.J Habibie bisa menyelesaikannya dalam beberapa menit. Menuruti ambisi ibunya untuk menyekolahkan anaknya ke luar negeri, maka Habibie pun pergi menutut ilmu di Aachen, Jerman dan lulus meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai Cumlaude atau dengan angka rata-rata 9,5 pada tahun 1960 waktu dia berumur 24 tahun. Dengan gelar Insinyur ia bekerja sebagai Assistant Research Scientist pada Institut Konstruksi ringan technische Hochschule Aachen pada tahun 1965.
Tahun 1965 B.J Habibie mendapat gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summacumlaude atau dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facuultaet Fuer Maschinenwesen Aachen. Tidak hanya sekedar gelar pendidikan ia juga meniti karir di perusahaan-perusahaan besar pesawat terbang di Jerman HFB (Hamburger Flugzeugbau) yang bekerjasama dengan industri pesawat terbang Fokker B.V Belanda. Sekiranya dalam karir itu pemikiran B.J Habibie telah membantu NASA (National Aeronautics and Space Administration) dan NATO (North Atlantic Treaty Organization).
Banyaknya jasa di luar negeri ketika meniti karir di HFB (Hamburger Flugzeugbau) maka tahun 1974 B.J Habibie sudah diangkat menjadi Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB (Messerchmit Bolkow Blohm) atau nama merger dari HFB. Jabatan itu adalah jabatan tertinggi yang pernah diduduki oleh seorang asing di perusahaan itu. Jabatan tersebut dipegangnya sampai ia dipanggil pulang ke Indonesia.
Dalam biografinya B.J Habibie digambarkan sebagai sosok nasionalis dan pekerja keras ketika kembalinya ke tanah air dalam rangka alih teknologinya demi Kemajuan Indonesia. Untuk memulai industry pesawat terbang sebagaimana yang ditugaskan Presiden Soeharto, B.J Habibie memerlukan waktu selama satu tahun. Ia terlebih dahulu melihat kemungkinan yang ada, karena mendirikan industry seperti ini memang sulit. Ia tidak ingin membuat sesuatu yang nantinya akan mengecewakan. Ini menunjukan bahwa B.J Habibie memang serius. Ketika ia memulai rencananya, seluruh dunia menertawakanya. Tidak ada orang yang menganggapnya serius. B.J Habibie mencoba mengajak industry pesawat terbang luar negeri untuk kerjasama untuk mambangun IPTN di Indonesia namun ditolak mentah-mentah. Itu menandakan bahwa mendirikan sebuah industri canggih seperti itu tidak mudah. Komentarnya bahwa B.J Habibie tidak akan becus membuat industri Pesawat Terbang. B.J Habibie masih meneruskan kemauannya hingga akhirnya berhasil mandapat mitra kerjasama dengan CASA Spanyol untuk bekerja sama dalam pembuatan NC 212 Aviocar twin turboprop (Aviocar berbaling-baling ganda). Pertama kali lisensi dan akhirnya menuju pada system full manufacturing atau system produksi progresif, pembuatan semua komponen oleh pihak Indonesia. Karjasama dengan CASA kemudian IPTN mampu merancang dan memproduksi CN 235 yang telah digunakan di Indonesia dan manca Negara. Beberapa tahun kemudian IPTN membangun N250. Berikutnya IPTN berpindah ke Jet N2130 yang sedang dalam rancangan. Ketka terjadi krisis ekonomi tahun 1997 program itu akhirnya dihentikan. Tahun 1976, IPTN di Bandung yang dipimpin oleh B.J Habibie sudah beroperasi. Darisitulah pangkal kebangkitan teknologi tinggi Indonesia. Tahun 1977 B.J Habibie diangkat sebagai guru besar bidang konstruksi pesawat terbang di ITB. Tahun 1978 ia dipromosikan sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi Indonesia dalam Kebinet Pembangunan III. Karirnya tahun demi tahun telah menunjukan banyak penghargaan dari pihak Indonesia, dan menjadikannya diabadikan sebagai orang Indonesia yang luar biasa dimata masyarakat.
Kepribadian B.J Habibie setelah menjadi Menteri masih menjadi sosok yang serius terhadap bidangnya disbanding dengan kekuasaan atas jabatannya. Selepas mengerjakan pekerjaan kantor, ia masih saja membaca buku-buku untuk tetap mengasah ilmunya, kadang-kadang hingga jam 12 malam. Karena itu, di kamar kerjanya di gedung lama BPPT terserak buku-buku yang dibacanya dan B.J Habibie sangat marah kalau salah satu diantara buku bacaannya itu berpindah tempat. Di kantor, berita penting atau pengumuman pemerintah, dilihatnya setelah diberitahukan oleh sekertaris pribadinya. Kalau ia sedang rapat dan memang ada berita penting untuk diketahuinya, ai menginterupsi rapat atau pertemuan guna menyaksikannya sejenak. Sesudah itu, rapat atau pertemuan dilanjutkan. Ia sama sekali tidak pernah melihat siaran berita mengenai kegiatanya yang diliput televisi. Ebgitu ketatnta waktu sehingga staff dan sekertaris pribadinya harus teliti sekali dalam mengatur jadwal tamu-tamu yang telah disetujui untuk dapat bertemu dengannya. Bagi B.J Habibie memang tidak senang kalau hanya mendengar laporan-laporan saja dari staf dan asistennya. “percaya itu penting, tetapi mengecek lebih penting”. B.J Habibie bisa mengatur waktunya dengan seluruh jabatan yang terlalu banyak disandangnya itu.
Beberapa pengalaman organisasi B.J Habibie disandangnya baik dalam rangka profesionalitas, kerohanian maupun kebangsaan. Organisasi yang pernah diterjuni adalah PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia), MMI (majelis mahasiswa Indonesia), AGARD (Advisory Group for Aerospace Research and Development), dan ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Tahun 1990 ia ditunjuk sebagai ketua ICMI karena ia begitu popular dan banyak yang mengaguminya melalui membaca riwayat hidupnya dalam sebuah majalah. Pertimbangan penujukan itu didasarkan tiga hal: (1) prestasi yang ebrsangkutan sebagai cendekiawan muslim yyang telah diakui secara nasional dan internasional, (2) nama baik B.J Habibie yang walaupun sudah menyandang suatu jabatan politik tetapi masih sangat menonjol dalam bidang profesi insinyur maupun menejer, (3) keyakinan para penanda tangan atas keikhlasan hati B.J Habibie di dalam komitmennya terhadap agama islam. Disinilah B.J Habibie terbukti menjadi figure tauladan dalam memimpin sebuah organisasi islam di Indonesia dan menjadi semakin popular dikalangan para cendekiawan muslim.
Ditengah-tengah sebuah pencalonan Wakil Presiden menjelang siding Umum MPR bulan Maret 1993, Habibie menjadi nama yang manonjol bersama dengan 2 nama lainya yaitu Try Sutrisno dan Sudharmono. Majalah mingguan Tempo menurunkan tulisan mengenai B.J Habibie yang berjudul “Ini Dia Habibie”, tulisan ini seolah mengokohkan B.J Habibie dengan segala perjalanan hidup dan prestasi yang dicapainya. Tetapi bagi orang yang jeli melihatnya, penokohan itu tidak lain adalah bagian dari upaya untuk mem “blow-up” image bahwa B.J Habibie memang berambisi untuk jabatan Wapres dengan selalu mengaitkan kedekatannya dengan pak Harto.
Hal yang paling menonjolkan B.J Habibie tentang legitimasinya dibidang politik ialah ketika melakukan transisi nya dari kepopulerannya dalam bidang keteknologian menjadi kepolitikan malalui keterlibatanya dalam Golkar. B.J Habibie diangkat menjadi Koordinator Harian dewan Pembina Golkar di awal tahun 1993.
DR. S.B Joedono yang telah 8 tahun lebih mengenal B.J Habibie memamerkan tentang gaya kepemimpinan Habibie yang disukainya. Menurutnya bahwa tidak perlu dipersoalkan lagi bahwa B.J Habibie yang memang seorang idealis dengan keras kepala tidak mau beranjak dari citranya mengenal Indonesia modern dengan cara mencapainya. Ia seorang romantikus yang denggan penuh gairah menyambut semua taji tangan dalam hidupnya. Ia tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalananya yang benar. Nasionalismenya terwujuddalam sajak, karangan, dan perbuatanya. Ia ilmuan cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu ingin mendalami segala sesuatu sampai ke-akar-akarnya, dan selalu bingung menghadapi omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang muda di dalam dan diluar badan organisasi yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinannya mengikuti raja-raja Melayu ketimbang raja-raja Jawa. Dalam melaksanakan pekerjaan, ia berpegang pada prinsip : “bersikaplah rasional, bertindaklah konsisten, berlakulah adil”.
Dalam hal menduduki jabatan tertinggi politik pada dasarnya B.J Habibie tidak begitu bernafsu. Bahkan seringkali tawaran politik atau isu-isu akan langkahnya ke dalam posisi yang lebih tinggi ia hampir selalu menyangkalnya. Bahwa ia pada awalnya seolah memberikan kesan kepada public bahwa dia akan keberatan jika memangku jabatan tersebut dan merasa dirinya tidak pantas menduduki jabatan politik yang setinggi itu. Karena pada dasarnya ia adalah seorang cendekiawan teknologi dan hampir selalu berpikiran bahwa ia akan berusaha memajukan Indonesia hanya dalam bidang teknologi saja. Hal ini dibuktikan ketika ia ditunjuk sebagai ketua ICMI, ia berkata “saya ini bukan Kyai, bukan pula manusia yang ahli agama. Pertama, saya hanya manusia biasayang beragama islam dan menjalankan ajaran islam secara sungguh-sungguh, tidak berbeda dengan yang lain. Kedua, saya hanya seorang insinyur yang bisa membuat kapal terbang dan memimpin pembangunan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kalau perlu mendobrak sesuatu. Tapi saya sadari bahwa di belakang ilmu pengetahuan, manusia harus mempunyai iman”. Kemudian ketika ia diisukan sebagai calon kuat Wapres ia justru menyangkal “ Terimakasih, jabatan Wapres adalah suatu kehormatan bagi saya. Tapi kalau masih dipercaya saya ingin melanjutkan pengabdian saya seperti sekarang ini’. B.J Habibie mengatakan bahwa ia tidak pernah membayangkan memangku jabatan wakil presiden. Sebagai putera bangsa, ia hanya ingin menunjukan pengabdiannya. Namun dengan citra semenjak mudanya yang selalu melonjak menguatkan legitimasinya secara orisinal mendapat banyak dukungan dari banyak orang. Politik bukanlah bidangnya namun rakyat sudah banyak memaksanya untuk menyeburkan dirinya dalam politik maka ia pun ditunjuk secara sah sebagai Presiden.

0 comments:

Post a Comment