PURBALINGGA - Menilik industri knalpot di Purbalingga bisa
ditemukan ada ratusan pengrajin, namun demikian keberadaan mereka tidak mesti
berdomisili di Kampung Sayangan yang selama ini terkenal menjadi sentralnya.
Industri alat peredam suara dan penyaring gas buang kendraan ini juga bisa
ditemukan di radius 1 kilometer dari patung lelaki kekar yang sedang
memperagakan pembuatan knalpot. Dari perempatan Wirasana ambil ke arah timur
sejauh 200 meter kita kembali menemukan sebuah industri knalpot yang masih menyatu
dengan rumah.
Indra, owner IIJ memamerkan knalpot-knalpot buatan industrinya |
Penulis mencoba mendatangi rumah tersebut yang dari depan
terpajang aneka silencer dan header knalpot motor dan mobil beraneka motif,
seperti pelangi, karbon dan chrome dengan bentuk-bentuk yang cukup berkelas
dibanding model silencer standar asli kendaraan. Sebuah industri yang tertulis
Indra Indo Jaya (IIJ) ini terdengar bunyi mesin yang dihidupkan dari salah satu
tukang yang sedang memotong pelat stainless anti korosi sebagai bahan pembuat
knalpot, sedang tukang yang lain tampak sedang mengebor sisi-sisi knalpot untuk
dipasangi frame agar terlihat menarik.
Kedatangan penulis sengaja ingin mengupas seputar industri
knalpot yang satu ini. Tampak ada anak pemuda yang sedang nongkrongi,
memperhatikan para tukang yang sedang bekerja. Penulis menyapa dan menyatakan
ingin menemui pemilik industri ini kepadanya. Namun tak disangka, ternyata anak
muda itulah mengaku sebagai owner industri kecil rumahan ini. Setelah banyak
ngobrol soal perkenalan, lebih terheran lagi ketika anak muda itu mengaku
kelahiran tahun 1994, tiga tahun lebih muda dari penulis namun ia sudah
memimpin dan mengelola sebuah industri produk otomotif ini.
Indra Nur Arbianto, nama lengkap pemuda pemilik IIJ ini. Ia
baru membuka industri knalpotnya ini sekitar satu tahun yang lalu, namun ia
sudah banyak berpengalaman menggeluti pemasaran knalpot Purbalingga sejak 4
tahun yang lalu. Knalpot Purbalingga memiliki pemasaran yang begitu luas mulai
level nasional hingga internasional. Contohnya saja knalpot hasil industri IIJ
milik pengusaha berusia 21 tahun, ini sanggup tembus ke pasaran Malaysia.
Diakui, Kabupaten Purbalingga dikenal dengan surganya
knalpot handmade alias buatan tangan bukan buatan mesin, namun dengan kualitas
yang baik dengan harga yang terjangkau. Wajar saja para pecinta otomotif jelas
kepincut dengan produk buatan putra kreatif Purbalingga ini. Bahkan diantara
ratusan pengrajin knalpot yang ada di Purbalingga sempat menjadi suplier
perusahaan mobil yang sangat terkenal di Jerman. Nama knalpot Purbalingga
booming dan diakui kota-kota lain sebagai produk knalpot paling berkualitas.
Booming knalpot Purbalingga bertahan bertahun-tahun hingga sekarang, tidak
seperti tren batu akik yang cepat tenggelam.
Industri knalpot yang beralamat di Jalan Tentara Pelajar no
31, Kelurahan Kembaran Kulon atau kompleks depan RSUD Goeteng Taroendibrata ini
mampu memproduksi silencer knalpot dengan tipe mirip produk kelas dunia. Untuk
merek knalpot racing mobil, IIJ sudah tergolong mahir membuat dan menduplikasi
aneka tipe knalpot berkelas, seperti tipe HKS, Tanabe, Fujitsubo, Gronel, dan
Kapsul.
Selain itu, untuk knalpot khusus sepeda motor, home industri
ini juga bisa meniru knalpot merek beken yang sudah tak asing lagi di telinga
penggemar otomotif seperti Akaprovic,
Yoshimura, Scorpion, Termignoni, M4, Leovince, Remus, Akrapovic Garda,
Akrapovic GP dan berbagai jenis knalpot untuk mesin 2-tak. Knalpot-knalpot
jenis tersebut sering digunakan dalam ajang balap motor kelas dunia.
Indra menuturkan harga jual knalpot biasanya ditentukan dari
kualitas dan bahan bakunya, selain itu juga pembelian dalam jumlah banyak bisa
mendapatkan harga khusus. Karena ini buatan lokal, tentunya harga jual tak
seperti merek aslinya.
"Nilai jual
knalpot biasanya dari kualitas suara dan materialnya. Buatan kami bisa
menymainya, namun jika membeli merek yang asli tentu mahal, bisa sampai Rp 4
jutaan. Tapi dengan knalpot buatan kami harganya hanya Rp 450 ribu untuk eceran
dan Rp 350 ribu untuk harga grosir," kata pemuda yang masih berstatus
pacaran ini kepada Harmas, Sabtu (5/3).
Dari sekian tipe tersebut, paling digemari konsumen atau
best seller adalah tipe HKS untuk knalpot mobil dan Akrapovic GP untuk sepeda
motor. Sebab tipe itu disebut-sebut mampu meningkatkan performa mesin dan
menghasilkan bunyi yang prestisius seperti mobil/motor sport yang mahal.
Indra, sapaan akrab owner IIJ mengaku knalpotnya sudah
tembus ke berbagai kota di Indonesia bahkan ke luar negeri khususnya Malaysia.
Untuk pemasaran dalam negeri, produknya banyak tersebar di Jakarta, Bali, Aceh,
Kalimantan, Sumatra dan Bogor. Untuk sebaran di berbagai kota dalam negeri
mencapai 100 hingga 200 unit per bulannya, tergantung permintaan, belum lagi
permintaan dari pembeli eceran. "Untuk pasaran di Malaysia, kami rutin
mensuplai 200 unit knalpot per bulan ke empat toko disana. Para penjual disana
sangat suka karena harga dari sini murah dan disana mereka bisa menjual dan
meraup keuntungan sampai Rp 1 juta per unit jika dirupiahkan," jelas
Mahasiswa semester 6 Fakultas Hukum Unwiku Purwokerto ini.
Ia mengaku memulai bisnisnya setelah ia lulus SMA, sempat
berpengalaman memasarkan knalpot-knalpot buatan Purbalingga di luar kota.
Sebelum banyak menggeluti bisnis ini lebih jauh, ia justru terdorong untuk
melanjutkan profesi ayahnya yang menjadi anggota Polri. Namun karena tersandung
suatu hal yang menyebabkan keinginan menjadi polisinya itu tertunda, ia
memutuskan untuk kembali berkecimpung dalam bisnis knalpot.
Ketika menjalani bisnis ini, ia memutuskan ikut dengan
saudaranya untuk memasarkan knalpot Purbalingga di Jakarta. Ia mendapatkan
pengalaman meraih berbagai jaringan toko-toko ataupun konsumen di berbagai
kota. Dengan jaringan kenalan dan profit yang cukup baik ia akhirnya membuka
home industri knalpot sendiri di rumah. Modal awal yang ia gelontorkan untuk
membangun industri ini hanya Rp 50 juta saja yang juga uang tabungan
pribadinya. Tanpa berfikir panjang ia membelanjakan uang tersebut untuk
membangun shelter yang cukup tinggi di depan rumahnya sebagai area kerja dan
showroom-nya. Modalnya juga untuk membelanjakan aneka mesin untuk membantu keperluan
produksi, serta bahan baku seperti pipa baja, plat stainless, galvanis dan plat
besi biasa. Keterampilan membuat knalpot-pun tak harus ia miliki, Indra tinggal
merekrut para tukang-tukang warga sekitar yang sudah cukup mahir dan faham soal
pembuatan knalpot sebagai karyawannya.
Dari industrinya itu dalam satu hari mampu memproduksi 20
unit knalpot per-harinya. Ia melayani pemesanan level partai juga eceran. Untuk
pemesanan level partai minimal 20 unit sekali pesan dan akan mendapatkan harga
spesial yang jauh lebih murah dbanding eceran. Banyak kemajuan yang didapat
dalam bisnis ini. Perbulannya ia bisa berpenghasilan bersih mencapai Rp 20
juta. "Paling sepi hanya Rp 3 juta per bulan. Tapi dari usaha ini dengan
modal Rp 50 juta sudah balik modal, tinggal menikmati profitnya," kata
pria alumni SMAN 1 Padamara ini.
Saat ini juga rutin mensuplai knalpot di berbagai toko di
Purbalingga, atau melayani pemesan eceran yang seringkali datang dari media
sosial khususnya Facebook, atau forum jual beli secara online seperti olx,
tokopedia, bukalapak dan kaskus. Indra mengaku penjualan di dunia maya sangat
membantu dan sangat efektif guna melayani pembeli yang malas atau terlalu jauh
untuk datang langsung ke industrinya.
Jalan Tentara Pelajar no 31, Kelurahan Kembaran Kulon |
Sebagai pelayanan after service buatan IIJ ini, ia berani
memberi garansi selama 3 tahun pemakaian untuk knalpotnya yang berbahan
stainless. Selain itu, untuk keunggulannya ia juga mengutamakan kualitas bagian
sarangan dalam silencer yang ia buat, tentunya dengan lubang yang rapi dan
tidak rapuh. Karena performa dan tampilannya yang baik, tak jarang para komunitas
fansclub otomotif sering membeli darinya. "Yang sering ambil dari sini
biasanya komunitas Kawasaki Ninja Bogor, Kawasaki KLX Jogja, dan komunitas
mobil Grade Corola. Untuk keperluan balap roadrace tim dari Semarang, juga
balap Grasstrack juga ambil dari sini," papar anak bungsu dari empat
bersaudara ini.(Ganda Kurniawan)
0 comments:
Post a Comment