Friday, June 10, 2011

Catatan seorang Pendiam 10 Juni 2011


Mimpi-mimpi malam itu masih kurasakan diatas kursi bus yang elegan ini. Hingga Mantari baru saja terbit, aku baru saja membuka mata yang terasa berat. Masih terduduk diam, ku lihat ini masih di sekitar jalanan Pantura.

Aku mulai melihat “Peradaban-peradaban Pagi” di tepian jalan yang ku lewati. Segerombolan manusia berakal yang ingin bisa menghidupi diri dan keluarganya di esok hari, dan setipis kabut mereka berfikir soal kebangsaan. Mereka para pedagang kecil terlihat bersemangat menata barang dagangannya di pasar, mengisi bahan bakar di SPBU untuk motornya yang hanya diboncengi sebrag barang dagangan. Itu sudah menjadi bagian dari kedisiplinan mereka, suatu kebiasaan yang luar biasa seandainya mereka adalah orang yang cerdas.

Fenomena ini aku bandingkan dengan log in ke 0.facebook.com. Melihat Sebuah aktivitas dunia maya para pemuda terlihat memasang status tentang lelahnya aktivitas malam itu dan baru saja tidur beberapa menit yang lalu. Tenyata pemuda sekarang lebih merindukan gemerlapnya atmosfer malam ketimbang menikmati puitisnya pagi.

Pemuda adalah calon penerus bangsa. Diciptakan agar bermoral baik dan produktif. Islam telah mengajari batapa bermaknanya Pagi hari. Merasakan udara sejuk dan khusyuk untuk beribadah. Pagi adalah waktu yang tepat untuk berkontemplasi, merenung, dan melamunkan sesuatu yang puitis atau bermeditasi.

Hari-hari yang diawali dengan hikmah akan renungan akan lebih menggairahkan dan lebih bersyukur akan karunia Tuhan. Lebih optimis karena munajat subuh. Orang Amerika Serikat yang terkenal sangat produktif dalam hal ekonomi ia selalu bangun pagi sekedar ingin jalan-jalan bersama anjingnya. Sementara kita bangun pagipun enggan, betapa sulitnya untuk sholat subuh. Orang Amerika rela bangun pagi demi Anjingnya sementara Kita (muslim) seolah malas bangun pagi padahal demi Tuhannya.

Toko-toko dan bangunan tinggi di Kota Semarang mulai tampak terang terlihat. Lampu-lampu pun mulai mereka matikan. Begitu pula lampu-lampu kota yang berbaris di tepi jalan terlihat takut untuk bersaing dengan cerahnya mentari, mereka akhirnya padam otomatis.

Selamanya pagi memang begitu indah, kita akan menjadi Negara maju jika kita selalu bangun pagi sehabis terlelap dengan tidur yang cukup. . . . Jadilah manusia yang produktif seperti orang Amerika yang selalu disiplin bangun pagi. . . .
percuma saja kalian membenci Amerika, kebiasaan dan etos kalian lebih bobrok. . . . . kadang tak sesuai dengan Islam. . . .

Islam jangan diidentikan dengan anti-barat, justru orang Islam di Barat-lah yang kebanyakan benar-benar mengamalkan konsep islam secara konsekuen dengan ajarannya, aku pernah membaca artikel soal ini . . .

0 comments:

Post a Comment