Monday, June 20, 2011

Catatan seorang Pendiam 20 Juni 2011

Memadukan esensi Muhammad SAW dengan Soe Hok-Gie (Muhammad – Gie). Membuatku lebih puitis  dalam memandang manusia. Sosok organisme unik. 1+1 bukan samadengan 2 tapi 3. Muhammad + Gie = Islam, Sosialisme dan Sastra. kombinasi ini bagaikan Diagram Venn.

Sungguh manusia akan lebih tampak seperti manusia ketika ia dipandang dari sudut Sastra. Ribuan tentara NAZI Jerman berbaris dan berperang di Eropa. Mereka tidak tampak seperti manusia dipandang sekilas hanya seperti robot-robot yang berseragam, atau seperti semut-semut yang bertebaran. Terlihat monotone tak terlukis jiwa nya sebagai manusia. Akan tetapi ketika aku membaca buku “Surat Terakhir dari Stalingrad”, sebuah buku yang berisi surat-surat terakhir yang ditulis oleh prajurit-prajurit NAZI untuk keluarga atau pacarnya yang ada di Jerman. Surat yang ditulis ketika mereka manduduki Wilayah Stalin-grad Uni Sovyet. Sebuah kota bersejarah yang menyaksikan titik balik kekalahan tentara NAZI. Artinya bahwa itu kemungkinan besar adalah surat-terakhir yang mereka tulis, karena ia tak bisa kembali ke Jerman lagi dalam keadaan hidup, entah mati kedinginan atau tertusuk peluru dari tentara Merah Uni Sovyet.

Sungguh surat itu membuktikan bahwa seorang Tentarapun juga seorang manusia, bukan segerombolan semut atau segerombolan robot yang dianggap sangat murah nyawanya. The soldier are human, Ia bisa merasakan sedih, merasakan sakit, merasa pasrah, merasa menyesal dan kadang romantic, kangen dan rasa cinta.

Seperti apa yang ku alami sekarang, semakin mengerti akan nilai sastra maka ia akan semakin sadar akan nilai-nilai kemanusiaan, semakin sadar bahwa manusia adalah makhluk yang puitis dengan segala ungkapan perasaannya. Al-Quran pun bukan hanya saja tampak sebagai hukum, tapi juga sastra, menceritakan kisah-kisah manusia pendahulu yang patut diambil pelajarannya. Itulah mengapa sastra bagiku begitu penting. Seperti Catatan seorang Pendiam 18 Juni lalu bahwa para agen peniup perubahan seringkali mereka terilhami oleh sastra seperti Soe Hok-Gie yang terilhami oleh Chairil Anwar, Andre Gide, dan Pramoedya Ananta Toer. Sedangkan Che Guevara pembawa revolusi Kuba ia terilhami oleh Garcia Lorca.
######

Nampaknya Noval (kawan sekamarku) sedang sibuk bermain merakit papercraft, namun aku mencoba untuk tertarik untuk bermain seni origami. Seni yang sudah diajarkan kepadaku waktu TK. Kali ini aku berhasil membuat lipatan origami berupa kupu-kupu yang cukup rumit dibuat. Aku iseng menggunakan kertas bekas pamphlet milik Noval sisa-sisa selebaran pengumuman Seminar Georgafi untk tanggal 9 Juni Lalu.
origami kupu-kupu yang ku buat tadi siang. menggunakan kertas bekas pamflet
origami kupu-kupu yang ku buat tadi siang. menggunakan kertas bekas pamflet
Aku punya tujan mengapa aku belajar origami. Aku ingin sekali menerapkan seni ini untuk melipat surat Cinta. Yahh aku ingin sekali membuat surat cinta yang ku tujukan kepada sang belahan hatiku kelak. Rasanya kembali ke budaya surat-menyurat akan lebih romantic ketimbang telephone/ SMS. Aku pernah mewawancarai ibuku tentang kisah cintanya dengan bapakku. Surat menjadi sebuah sastra Cinta yang indah.

Sepucuk surat cinta akan lebih menyentuh hati ketika asli menggunakan tulisan tangan sendiri dan dengan kata-kata sendiri. Apapun itu. Tulisan tangan akan membuktikan bahwa si penulis seolah benar-benar hadir, saling bicara dengan hati si pembaca. Lain halnya dari SMS, FB atau Email. Tulisan dengan font Komputer bagi anak sekarang akan kadang lebih dikira seperti bukan karya sendiri, alias copy paste atau forward. Pembaca kadang kurang percaya kalau penulis bisa manulis seindah itu, secerdas itu. Bahkan mungkin siapa saja yang membaca catatan ini juga berprasangka sama bahwa tulisan ini juga paling-paling bukan asli hasil tarian dari jari dan pikiran saya. Kadang Font Komputer telah melunturkan presepsi orisinilitas…

0 comments:

Post a Comment