Saturday, June 25, 2011

Catatan seorang Pendiam 25 Juni 2011


Hari ini pertama kali aku dan Nanang masuk ke Gereja, tak nampak seperti muslim yang lain yang begitu anti terhadap tempat ini. Aku sengaja masuk bukan untuk beribadah, atau membuat masalah tapi kami hanya ingin mempotret seisi bangunan yang dirancang oleh HPA de Wide dan Westmass ini. mengkedipkan lampu blitz satu demi satu dari angle yang nyeni. yah ini Gereja Immanuel atau Gereja Blenduj (orang Jawa menyebutnya Blenduk). Pertama masuk aku harus mengisi buku tamu dan semacam sumbangan untuk konservasi bangunan ini (Bukan infak), seperti halnya kita membayar tiket untuk masuk ke Borobudur.

Sesuatu yang membuatku terus tertawa kalau mengingat tentang hal ini, ketika Nanang mengisikan data diri di buku tamu Gereja ini. Nanang menuliskan namaku disitu dengan nama “Albertus Ganda”, bahkan dia hapir sedikit jail dengan mengisi namanya dengan gelar Kyai Haji. . . . . . biar menggemparkan orang yang masuk. Ini sekedar lelucon identitas saja, tak ada pelecehan apapun.

Didalam hanya biasa saja, tak ada patung Yesus disitu. Hanya tertulis ayat-ayat dari Yohanes dan Eferus. Barisan kursi panjang tertata rapi dan klasik, mimbar yang tinggi, sebuah keyboard dan tribun untuk paduan suara. Bagiku suasananya biasa saja seperti di dalam rumah, tak lebih sejuk dari mushola atau surau sekalipun.

Sepanjang hari ini aku hanya jalan-jalan dengan Nanang di “Little Nedherland” alias Kota Lama di Semarang ini. memfoto berbagai dari berbagai sisi, ketika di Jembatan Berok aku melihat 3 orang sedang melukis bekas Peradaban Eropa ini yang tampak retro. Aku memegang sebendel kertas yang berisi gambar-gambar Kota Lama djaman doeloe dan membanding-bandingkannya dengan kondisi sekarang. Ada yang malah lebih tampak futuristic dan ada pula yang sudah berlumut dan urat-urat batu batanya hingga kelihatan.

Yang paling membuatku geleng-geleng kepala adalah ketika membandingkan foto Jl. Pemuda djaman doeloe dengan keadaan sekarang. Dulu Jl.Pemuda tepiannya sangat ridang oleh pohon Asem dan Kenari, sekarang yang terlihat adalah hutan beton yang warna warni, memancarkan sebuah aura akan sengitnya persaingan bisnis.      

0 comments:

Post a Comment