Wednesday, June 15, 2011

Catatan seorang Pendiam 15 Juni 2011


Sengaja aku tulis catatan ini menjelang detik-detik akhir dari hari ini. karena aku anggap hingga detik-detik itulah aku sedang menyaksikan moment yang langka bagiku. Akan kurang sempura jika aku melaporkannya baru di tengah jalan. Aku baru saja menyelesaikan tugas sejarah milter soal Dwi fungsi ABRI. Hari ini adalah hari baguku banyak mempelajari soal militer.

Siang itu Tyo memberiku file Film Pengkhianatan G30S. tapi sayangnya ternyata ini file buntung, sebenarnya mungkin ada 3 file tapi aku hanya mendaptkan dua saja, sehingga film ini aku saksikan tidak sampai ending.

Sebelumnya aku cukup penasaran, karena konon film ini diciptakan dengan penuh unsur legitimasi politik Orde Baru. Katanya penuh fiksi atau hiperbolis/ melebih-lebihkan. Karena menurut dokter yang memvisum para mayat Jenderal ini mencatat bahwa tidak ada penganiayaan keji sebelumnya. Luka yang katanya bekas disayat-sayat itu ternyata adalah luka sayat yang didapat karena tergores dinding sumur. Berita telah melebih-lebihkan scenario ini. hingga doketer itupun bingung ingin mempublikasikan hasil visumnya karna sudah terlanjur banyak isu berlebihan itu.

Hari senin lalu Kuliah Kapita Selekta membahas soal Gerakan G30S. Pak Shokheh memberikan versinya sendiri tantang siapa dalang peristiwa ini. aku pikir ada benarnya juga, menurut beliau peristiwa ini adalah karena ulah PKI sendiri. PKI dalam hal ini yang tergesa-gesa/ keblinger atas adanya isu Dewan Jenderal itu. Clash ini tentunya tidak berjalan mandiri, akan tetapi bayak operator-operator yang mengintai, Baik itu Beijing maupun Washington DC (CIA).
Winarso mencoba membantah dan berdebat dengan pak Sokheh yang menuduh soal ketololan PKI itu. Aku yakin, ketidakterimaan Winarso ini bukan karena ia punya referensi yang tepat dan lengkap, tapi ia hanya ingin respek saja terhadap Komunis. Aku tahu persis itu, buktinya ketika aku Tanya ke dia soal Keberadaan “Biro Chusus” di tidak mengerti. Diluar kuliah aku kembali berbincang kepada dia, bahkan berdebat, kalau aku sama sekali tidak respek terhadap sistem komunis kerena bagiku ia terlalu ekstrim, Winarso hanya mendukung soal keadilan social, system ini memang bagus tapi langkah yang diambil Komunis jelas mengerikan.

Chou En Lai ingin turut membantu PKI soal pengadaan angkatan perang ke-5 di Indonesia setelah AD, AU, AL, POLRI. Angkatan kelima ini adalah berupa rakyat biasa yang dipersenjatai. Jelas para jenderal itu menolaknya mentah mentah (kecuali Oemar Dhani, AURI). Bagiku benar, apa gunanya rakyat dipersenjatai kalau itu pasti akan digunakan untuk melakukan Revolusi berdarah (mengingat system komunis haus akan revolusi). Seperti halnya kasus di Kamboja yang difilmkan dalam “The Killing Field (Ladang Pembantaian)”. Rezim Komunis yang dipimpin Pol-Pot itu mempersenjatai rakyat kecil biasa golongan proletar, sedangkan rakyat Kota diidentifikasikan sebagai para kapitalis-kapitalis. Rakyat-rakyat bersenjata inipun menodong dan menggiring masyarakat kota ini ke sawah, kamudian ia dibantai secara keji dan mengerikan disana (aku pernah nonton filmnya). Terhitung sepertiga rakyat Kamboja lenyap atas pembantaian besar-besaran oleh rakyat ini. penganut historis materialis macam Marxis ini jelas tidak mengenal tuhan apalagi mengenal dosa. Maka ketika peristiwa G30s ini berkhir, suasana akan berbalik. Giliran Komunislah yang dibantai, karena TNI menganggap orang Komunis ini tidak bertuhan dan tak sadar dosa maka TNIpun brutal menganggap bahwa membunuh orang Komunis adalah hal yang halal. Disitulah ekstrimnya komunis. Sehingga saya pribadi paling suka dengan konsep Sosialisme ketimbang Komunisme. Sutan Sjahrir, Soe hok-Gie adalah Sosialis. Sosialis jelas paling manusiawi, dia sama-sama berkonsep soal pemerataan kelas tapi ia masih menghargai kemanusiaan dan masih menghargai kepemilikan pribadi. Negara Eropa banyak menganut sistem ini.

Peristiwa G30s ini selain bersifat ideologis, tapi juga politis. Malah lebih banyak unsure politisnya. Akupun tak sudi menjadi pejabat politik birokrat apapun itu. Aku lebih suka menjadi prbadi yang independen dan sosialis. Politik adalah barang yang paling kotor. Seperti di sekitar ruang paling belakang dari rumah, ada kamar mandi dan dapur. Disitulah tempat bergerilyanya para tikus dan kecoa. Kecoa jorok terbang kasana kemari, merayap beternak dan betelur dengan bau yang membuat orang ingin muntah. Para tikus-tikus hitam menjilat, memakan sisa makanan atau bahkan mencuri, kadang pula menggrigiti lemari. Jorok!!.

0 comments:

Post a Comment