Monday, May 26, 2014

Hari-Hari bersama Harry

Harry Laksono
Harry Laksono


Aku melihat pemuda berambut plontos itu duduk tenang di kursi bus yang sedang melaju ini. Ia terlihat paling diam. Terlihat melamun sorot mata memandang keluar kaca. Melihat lalu lalang arus kendaraan. Memandangi dinamika masyarakat yang sedang berjalan di trotoar. Betis-betis putih wanita cantik, hingga hingga lusuhnya orang gila yang nyaris telanjang, tak luput dari pandangnya. Semua itu tak mengubah ekspresi air mukannya sedikitpun. Hanya bola matanya yang bergerak kanan-kiri, dan pupilnya yang mengembang-menciut.

Ia seperti tak sadar kalau hari ini adalah hari yang menyenangkan. Tidak mencoba ngobrol sesuatu dengan kawan di sebelahnya, Yudha. Bahkan tidak peduli dengan kegaduhan semua kawan di bus yang sedang membahas oleh-oleh apa yang akan dibawa nanti. Kita semua tak ada yang curiga dengan pendiamnnya pemuda itu. Yang kami tahu kalau hari ini adalah waktunya plesiran, atau dalam bahasa yang lebih intelektualis disebut KPS atau KKL.

Hingga KPS pertama Jogja-Karanganyar ini, aku belum begitu mengenal pemuda itu. Kalau sama-sama pendiam, sama-sama kalem seharusnya dia jadi partnerku. Tapi tidak, ia tampak aneh saja. Seperti orang yang sepanjang harinya gelisah. Dia duduk dua kursi dari depanku. Tapi aku mengamati geraknya. Dan masih menatap ke luar. Sampai ia bosan, kemudian menutup lamunannya itu dengan menguap. Lalu mengusap-usap kepala plontosnya itu berulang-ulang seperti orang menyesal dengan potongan rambutnya. Tidurlah dia dalam perjalanan ini.

****


Harry, teman teman memanggilnya Harry. Satu bulan kemudian kita bisa melihat hasil jepretan teman-teman saat plesiran itu. Aku melihat satu  per-satu. Tapi jarang ada Harry dalam foto-foto itu. Sekalipun ada, ia sedang dalam posisi tidak siap. Membuang muka dari sorot kamera.

Atau aku lihat sedikit rekaman video saat teman-teman disapa satu per satu ketika di dalam bus. Teman-teman umumnya menjawab sapaan dari cameramen. Gilirannya menyapa Harry, ia hanya menjawabnya dengan senyum sambil mengusap kepala plontosnya dan kembali menatap keluar.

TAK ACUH- Dulu Harry selalu tak pede difoto
TAK ACUH- Dulu Harry selalu tak pede difoto


***


Siapa yang menyangka orang seperti Harry itu bisa menjadi tokoh masyarakat mahasiswa di gedung C2. Seperti halnya siapa yang menyangka seorang Adolf Hitler yang sempat menjadi pengangguran dan orang terlantar tiba-tiba menjadi Kanselir Der Fuhrer NAZI Jerman yang berambisi ingin mencaplok seisi bumi ini untuk tunduk kepadanya. Siapa yang menyangka??

Tiga tahun kemudian Harry memiliki perubahan yang drastic, siapapun juga akan sulit menyangka jika melihat sejarah Harry ini. Dalam tahun-tahun itu ia telah melewati hari-hari yang berat. Pertama ia sempat menjadi anggota staff ahli di Dep B. Setahun kemudian, ia bisa duduk sebagai Kepala Departemen B. Setahun lagi ia menjadi komandan pasukan PPL untuk SMAN 1 Batang. Dan Setahun lagi dia terbang ke Landak Kalimantan Barat sambil mengenakan jas hitam perlente, pundaknya tegap dan di dadanya terbordir tulisan “SM3T”. Siapa yang menyangka?

Sekarang aku ingin memencet tombol “Rewind” rol film biografi Harry yang disutradarai aku sendiri dari sudut kamera mataku. Semua kembali dimundurkan, dan gulungan layar dibentangkan.

***


Semua memang berawal dari sebuah ruangan seluas 3x2, bangunan bergayakan Simple Cube atau kubus sederhana. Bangunan adat kelurahan Sekaran dengan kamar bertingkat, beruang sempit, minim fasilitas jendela dan fentilasi, atau orang-orang menyebutnya kos-kosan. Bangunan ini tepatnya di Gang Waru, Sekaran. Sebuah kos yang dihuni oleh dua anak kembar asal Kendal, Bagas Sriwijaya (Yoyok) dan Bagas Sri Raharja (Jojo).

Kalau boleh aku bilang, mungkin Bagas Sri Raharja (Jojo) bagiku seperti HOS Cokroaminoto. Dialah yang mempertemukan para tokoh pendiri bangsa. Dia adalah bapak kosnya Soekarno, Tan Malaka, Kartosuwiryo sampai Muso. Mungkin kalau tak ada dia, Indonesia jadi tak berwarna-warni.

Mungkin aku tidak akan akrab dengan Winarso kalau aku tidak diajak Jojo untuk ikut HIMA. Padahal Jojo sendiri tenggelam di tengah jalan berliku HIMA 2009. Mlempem kemudian terlempar dari pusaran aristocrat pengurus HIMA. Tapi Jojo juga mengajariku untuk membenci Sastro, dengan menceritakan kejelekan Sastro dari hal-hal kecil seperti makan minta dibayari. Hingga yang besar seperti dugaan Sastro yang katanya mengkorupsi sisa jatah nasi bok waktu KPS I.

Mungkin aku tidak akan akrab dengan Feby, kalau aku tak pernah mampir ke Kosnya Jojo di Gang Waru. Karena dulu Feby dan Darmawan Pujito berdua sering transit ke kosnya Jojo di jeda jam kuliah. Mereka tadinya sangat akrab seperti Doyok dan Kadir. Kadang disitu juga ada Puji Slamet, Yudha dan Eko Nurrohmad.

Mungkin aku tidak akan pernah akrab dengan Harry kalau aku tak bergaul dengan Jojo. BIsa kuakui Jojo waktu itu memang unik dan jadi sandaran banyak teman. Termasuk Harry, juga jadi korban tersedot magnet Jojo. Aku juga sering lihat Harry paling sering mampir di kosnya Jojo. Hingga ambil rombel mata kuliah sejarah hingga MKU yang berjadwal sama.

***


Aku, Harry, Jojo, Yoyok dan Yudha seperti semakin solid. Intens bertemu dengan jadwal kuliah yang sama. Meski sudah satu geng tapi masih terasa beda saja antara aku dan Harry. Belum begitu dekat. Kami bedua mungkin bagaikan Oliver Kahn dan Michael Ballack di Bayern Munchen waktu itu. Meski satu grup tapi mereka bermusuhan tidak saling bertegur sapa. Akupun dengan Harry juga begitu, bedanya kami tidak bermusuhan seperti mereka.

Tiba waktunya kita mentoring mata kuliah PAI, kita berempat satu rombel. Mentor kita memang berbeda, karena dia adalah tokoh terkenal kampus. Lukman Hakim, sekjen KAMMI senyumannya sangat tulus untuk membimbing kita. Setiap malam yang tak biasa kita anak laki-laki selalu diajak duduk melingkar di masjid. Membaca Qur’an satu per satu. Mas Lukman memang pandai sekali menggelar diskusi. Hingga kami terhanyaut untuk bicara saling jujur tentang apa yang sedang paling kita gelisahkan.

Harry pun angkat bicara. “Mas saya merasa terganggu di kos saya. Mereka itu ternyata orangnya bejat semua. Bagaimana sekiranya aku tetap jadi orang lurus ditengah-tengah kecamuk maksiat itu,” ujarnya. Mas Lukman geleng-geleng kepala mengucap “Masya Allah” kemudian menawarkan diantara kami untuk manjawab keluhan Harry ini. “Hayoo siapa yang ingin menjawab? Kita sharing saja,” katanya.

Aku baru tahu. Kasian juga Harry. Mungkin dia bagaikan Kuda Nil sendirian diantara koloni Buaya Afrika yang sedang berendam bersama-sama. Meskipun Kuda Nil tidak akan disantap Buaya itu tapi setidaknya dia risih ketika melihat Buaya kesetanan mencabik-cabik mangsa.

Aku terkesima, karena nasib kita mirip. Sama-sama merasakan tidak nyaman dengan lingkungan baru semenjak di Semarang ini. Beginilah awal kami di Semarang. Hanya saja kos kita berbeda, Harry ngekos di sekitar depan lapangan Banaran. Sedang aku di Setanjung dengan gambaran kos seperti yang pernah kutulis di catatan dari Setanjung Ke Kalimasada.

KEJAM- Teman kosnya yang pertama menelanjanginya dan disuruh untuk pegang kertas bertuliskan TERSANGKA
KEJAM- Teman kosnya yang pertama menelanjanginya dan disuruh untuk pegang kertas bertuliskan TERSANGKA
 Aku sambar saja kesempatan yang diberi mas Lukman untuk menjawab keluhan Harry. “Saya juga merasakan hal yang sama dengan Harry, tapi yang penting bagi saya jangan terlalu dekat dengan mereka,” jawabku. Betul, itu trik ampuhku untuk bisa bertahan di Dian Ratna selama tiga tahun ditengah-tengah keganasan pemabuk, sarang orang emosional, perkelahian, pemalak dan pemalas. Kucinya hanya satu “Bersikaplah Dingin kepada mereka”. Orang akan sungkan bergaul dengan orang dingin. Sikap dingin ini juga bagiku bagaikan pura-pura mati ditengah perang. Ia sudah tidak jadi sasaran tembak musuh. Itulah yang kusarankan pada Harry.



****


Satu tahun pertama, semua orang berhak menilai Harry sebagai orang yang sangat pendiam, wajahnya seperti sedang menceritakan teraniaya dan kegelisahan. Tapi menurutku itu berlebihan, dia seperti tidak tegar. Bahkan aku ikut gemas melihatnya. Ternyata pendiamku belum apa-apanya dari pendiamnnya Harry.

Jika aku hanya pendiam, dalam definisi tidak pernah iseng nyletuk, tidak pernah sesumbar, sumpah serapah, tidak pernah mengucap basa-basi, modus atau rayu goda menggoda. Intinya aku adalah 180 derajatnya karakter para sales panci wajan Teflon yang suka mengganggu kenyamanan orang. Tapi aku bukan lagi pendiam, ketika sedang dibebani peran missal diskusi dan presentasi aku tak gentar buka mulut. Tapi Harry beda, pendiamnnya seperti Pohon cemara tertiup kabut. Sayup tapi terlihat kacau.

Pernah aku satu kelompok dengannya dalam diskusi tugas dari Pak Romadi. Dalam waktu singkat harus mengumpulkan dan menyampaikan hasil diskusinya. Kebetulan aku yang mengetuai, Harry seperti tidak berkata apa-apa satu kalimat pun. Tak berkontribusi apapun dalam lembar jawab kami. Padahal sudah saya tawari. “Pye menurutmu Har??”, “Opo si yah yo ngono ah terserah, manut wae hehehe,” jawabnya. Keplak sisan ndase.

***


Tapi tidak untuk tahun ke dua. Berkat dukungan Jojo dan kekompakannya, akhirnya aku dan Harry ikut terpengaruh olehnya. Masuk Hima Sejarah 2009. Ini bukan jabatan sembarangan, tapi entah kenapa orang pendiam dan terlihat pasif seperti kami justru bisa lolos saat seleksi anggota Hima. Kakak kelas yang menyeleksi mungkin memakai kacamata kuda. Hima itu ibarat miniatur wakil rakyat, tapi apa jadinya jika wakil rakyat diisi oleh manusia tidak lantang seperti kami, kaum pendiam, peragu dan tidak bisa bersilat lidah. Kami hanya modal senyum. Hikmah dari bergabungnya kami seolah aku dan Harry adalah satu kaum. Kaum pendiam.

Aneh bin ajaib, memang kakak kelas kita di Hima ini benar-benar menggunakan kacamata kuda atau memang ada udang dibalik batu (modus). Harry yang belum menjadi mahasiswa ternama, rambutnya masih brush plontos dan biasa, muka wajahnya selalu mencerminkan keprihatinan, matanya kudup seperti mata orang Jepang yang ternganga selamat di tengah-tengah bencana bom Hiroshima. Tapi apa kata sang ketua Hima, Diyah Ari??? “Harry aku tunjuk kamu sebagai Sekertarisnya yah” ucapnya dengan nada manja.

Dalam rapat perdana, Nama Harry sudah secara resmi ditulis sebagai seorang sekertaris HIMA Sejarah. Dalam rapat itu tiga orang duduk didepan Harry-Diyah-Fiston serupa Triumvirat kekaisaran Romawi. Tapi. Jabatan itu membuat tidurnya tidak nyenyak. Mungkin dia sudah tahu apa itu sekertaris. Bayangannya dari kata s-e-k-e-r-t-a-r-i-s selalu tertuju pada wanita muda, cantik, kenes dan biasa pendamping Bos dalam perusahaan. Ia selalu mengenakan rok ketat diatas lutut. Dan sesekali dia harus rela dan pasrah ketika sedang digerayangi si bos. Tapi dia berusaha untuk lepas dari pikiran ngeres itu. Segera berfikir tentang hal yang lain tentang jabatan Sekertaris ini.

Dalam pemerintahan. Sosok Sekda (sekertaris daerah) di sebuah kabupaten memang dalam struktur seperti orang ketiga tertinggi setelah bupati dan wabup, tapi asal tahu saja Sekda adalah seorang Jenderalnya PNS. Apapun yang menjadi kegiatan di setiap kantor dinas berada pada kontrolnya. Sementara bupati dan wakil bupati hanyalah jabatan politis, dia bukan PNS dan setiap 5 tahun sekali diganti. Tentu saja jabatan Sekda lebih penting daripada wakil bupati. Kemendagri pun sedang mengusulkan penghapusan jabatan wakil bupati.

Harry berfikir dalam mimpi seandainya dia menjadi sekertaris di Hima. Maka dia adalah jenderalnya para kepala Departemen. Diyah Ari hanyalah pemberi kebijakan utama, sang sekertaris bertugas mencatat dan menterjemahkan menjadi job desk kemudian dia bagikan ke setiap departemen. Dia harus memiliki keahlian khusus dibidang ini. Tidak hanya bekerja dalam administrasi saja. Seorang Sekertaris juga harus memiliki kewibawaan yang setara dengan ketua. Karena apa? Karena dalam sebuah peresmian sesuatu jika tidak ada ketua, tidak ada wakilnya maka seorang Sekertarislah yang menggantikan perannya baik untuk berpidato atau menandatangani dokumen. Tugas yang tidak ringan.

Harrypun tersentak sadar setelah merasa terbentak dengan kata-kata itu. Esoknya ia bereaksi dan menghubungi Diyah. Dengan nada seperti orang minta ampun, dengan bibir njembewek dia minta agar posisinya diganti dengan yang lebih rendah. Bahkan kalau bisa yang paling rendah sekalian agar tidak terbebani tanggungjawab besar. Permintaannya pun di ACC dan diberi jabatan terendah dalam Hima yaitu Staff Ahli. “Posisi staff ahlipun bagiku saat itu masih terlalu tinggi Gan, bahkan kalau bisa malah aku ingin duduk di posisi Staff Goblok saja,” katanya.

$$$$$


Satu tahun kemudian, Harry sudah sedikit berbeda. Sudah bisa mengajak becanda, meskipun dia masih sedikit pendiam dan kudup matanya masih seperti orang Jepang yang bingung. Akhirnya dia harus jujur betapa beratnya menjadi pendiam. Dia tak punya wadah untuk bisa menampung luapan kata-katanya. Ketika dia sudah pada titik klimaks, dia sudah ingin sekali muntah kata-kata. Akhirnya di facebook dia membuat suatu grup, namanya “Harry’s Fans Club”. Hingga kini grup tersebut masih ada namun sudah tidak aktif lagi. Anggotanya terdiri dari teman-teman Harry baik di Sejarah maupun teman SMA nya, mungkin.

Disitu Harry bisa meluapkan kata-kata sepuasnya. Tapi aneh kata-kata yang diluapkan Harry adalah kata kata motivasi, yang kadang mungkin copas dari Mario Teguh, atau Tung Dasem Waringin. Justru bukan kata-kata keluhan yang sesuai dengan air muka Harry selama ini. Alih-alih dengan memuat kata-kata motivasi itu Harry bisa dinilai sebagai orang yang tegar dan bisa menyemangati orang lain. Atau setidaknya dia ingin ada seorang cewek yang berkata, “Ohhh so sweeet” melalui kata-kata itu. Tapi ternyata sebaliknya. Harry yang gelisah tetaplah Harry yang gelisah. Kata-kata itu tidak jadi enak dibaca. Bagaimana bisa orang yang sedang gelisah justru membuat kata-kata motivasi. Itu hanya akal-akalan saja. Jadi kata-kata itu ibarat obat yang diracik oleh orang yang sakit-sakitan. Atau sebuah jimat penglaris yang dibuat oleh orang miskin bisa juga sebuah buku sejarah yang dibuat oleh orang yang hilang ingatan. Loro Pikir

$$$$$


HIngga pada waktu Kemas 2009 tiba. Dia mendapat jabatan yang cukup setrategis dan cukup jelas yaitu, Kakak Pendamping. Posisi ini menjanjikan melatih kemampuan bagaimana kita menyetir banyak orang. Membentuk banyak karakter orang. Disinilah mental dan pikiran Harry mulai ditempa kepemimpinannya. Mereka yang menjadi murud-murid Harry antaranya: Ramdhani, Edwin, Sasmitha, Dimas, Putri, Agung, Ninik, Liana dan Grita.

Ternyata di luar dugaan Harry bisa melewati hari-hari itu dengan mulus. Tidak seperti apa yang diprediksi orang, Harry yang pendiam dan gelisah akan menciptakan anak didiknya yang pendiam dan gelisah juga. Mereka bisa tumbuh sebagaimana anak-anak yang lain. Ini memang karena selalu menolak paham yang dibawa Harry ini atau Harry sendiri yang berhasil merubah sikapnya.

$$$$


Pasca Kemas 2009, HIMA nyaris diambang kehancuran. Mereka seolah terpecah antara yang pro penguasa dengan yang sedikit radikal. Yang Radikal tentu dipimpin oleh Fidel Sastro, anggotanya adalah aku. Sementara Harry yang nampaknya masih seperti air diatas daun keladi akhirnya dirangkul Sastro juga. Ketika Aku, Sastro dan Nanang menggagas Exsara dan ingin melepas penat di Puncak Ungaran, Harry mantap ikut tak pernah menduga bahwa nantinya akan memproklamirkan organisasi terbesar di Jurusan Sejarah Unnes ini.

Harry memang tidak seheboh Aris, di perjalanan. Tapi dia sudah tidak lagi terlihat dingin. Dia mulai mencair, karena satu angkatan keberangkatan Exsara ini sudah terbangun ikatan emosional. Satu sama lain sudah menganggap seperti saudara. Dibawah rembulan, diterangi api unggun di samping kebun teh, 24 oktober 2009, kami sepakat memproklamirkan berdirinya Exsara sebagai komunitas dan Nanang dinobatkan sebagai ketua umum pertama. Semua anggota menyandang sebutan sendiri-sendiri sebagai panggilan.

Harry atas pertimbangan teman-teman karena sifatnya yang penurut, apa adanya, seperti orang bingung, tubuhnya paling gempal dan tidak aktif berkontribusi identik dengan anak kerbau, maka teman-teman sepakat memanggilnya Harry Gudel. Dia sendiri terima dengan lapang dada bahkan sangat menghargai penggilan barunya itu, hingga kini kata Gudel dia kembangkan sendiri sebagai nama facebooknya menjadi GUarDianangEL, sekaligus untuk mengabadikan. Satu sisi memang dia seperti Gudel, tapi di sisi lain dia memiliki sesuatu yang bahkan bertentangan dengan itu. Akan aku bahas di lain BAB.

$$$$


Kemenangan Sastro dari Exsara menjadi ketua Hima Sejarah 2010, memang membawa angin segar kepada kami. Ini lah saatnya Sastro membagi-bagi roti kekuasaan dari para anggota Exsara untuk bisa duduk di posisi setrategis di kursi Hima. Tapi mereka yang berani memanfaatkan roti kekuasaan ini hanya 7 orang saja dari 10 anggota. Mereka adalah: Sastro, Marwan, Feby, Aris, Sri Hartati, Diah Karminah dan diantara pilihan antara Jurang atau Buaya akhirnya Harrypun juga ikut dalam kabinetnya Sastro ini. Sementara aku, Nanang dan aji memilih tidak untuk menjadi birokrat seperti mereka. Kami bertiga tetap tinggal sebagai tokoh yang nguri-uri Exsara.

Sekali lagi Harry berani menantang diri sendiri dalam dunia yang bakal penuh tekanan. Harry memang tak pernah haus kekuasaan, tapi Sastro menempatkannya di posisi yang cukup berkelas yaitu kepala departemen B. Yaitu departemen bakat dan Minat. Jika dalam pemerintahan mungkin posisi ini sama dengan Menpora.

Suatu hari, aku tahu persis ketika Harry sedang diuji sebagai Menpora. Hima sejarah mendapat kehormatan untuk mengirimkan tim Futsalnya untuk ikut ajang bergengsi KAJUR CUP oleh pihak FIK. Ingat futsal, ini adalah oleh raga yang Manly sekali, sangat lelaki. Harry harus hati-hati dalam memutuskan soal tim futsal ini. Ini sangat sensitive jika salah sedikit saja dalam membuat keputusan. Bicara soal futsal di depan laki-laki itu ibarat bicara soal BLSM di depan rakyat miskin. Sangat riskan untuk digugat atau didemo jika ada kesalahan sedikit saja dalam membagi.

Betul apa kataku. Harry menyepelekan soal futsal ini dengan memutuskan bahwa tim yang akan ikut bertanding di KAJUR CUP nanti adalah tim futsal pemenang PKMS (lomba tingkat jurusan gampangnya), atau tim pemenang futsal di jurusan sejarah. Apakah ada yang salah dengan keputusan Harry??

Tapi beruntung, keputusan Harry ini baru sebatas uji public terlebih dahulu. Seandainya ada yang protes maka akan dipikir ulang. Kakak kelas ternyata ada yang memprotes. Dia mengusulkan agar tim yg dikirim dari Jurusan Sejarah nanti adalah tim yang berisi All Star, bukan tim pemenang PKMS. Harry benar-benar binging kali ini, apakah memilih membentuk tim All Star yang komposisinya adalah para mahasiswa sejarah yang trampil bermain futsal lintas kelas, lintas angkatan bahkan lintas prodi. Ataukah memilih menunjuk tim futsal dari kelas pemenaang cabang futsal di PKMS. Aku ikut merasakan bingungnya, ini bagaikan memilih antara keberuntungan atau ikhtiar.

Jika memilih tim pemenang PKMS itu ibarat memilih keberuntungan, mereka beruntung bisa menang di PKMS. Padahal isinya belum tentu pemain berbintang. Tapi jika memilih All Star adalah bagaikan memilih ikhtiar, menghindari spekulasi bersikap realistis dengan memilih yang terbaik.

Akhirnya Harry memilih untuk ikhtiar daripada berspekulasi mengandalkan keberuntungan. Dia menyeleksi siapa saja baik adik kelas, teman seangkatan maupun kakak kelas yang mumpuni bermain futsal dan pantas ditarungkan dalam KAJUR CUP. Hasilnya jreng-jreng terbentuklah tim All Star sejarah versi Harry. Mereka bukan dipilih melalui homping-pah ataupun dilotre. Tapi mereka yang memiliki postur paha dan betis kering seperti kuda dan tidak berlemak. Disamping itu juga memilih pemain yang masih trah atlit juga seperti Lutfi Amiq dan Rizqi yang masih trah Persijap. Tidak pula masalah body, kecerdikan juga dibutuhkan dengan mencari orang yang selincah Antelop. Untuk kipper sendiri memang tidak ada pilihan lain, yaitu kiper yang selama lomba PKMS terus menjabat sebagai kipper, tidak pernah diroling menjadi back atau penyerang. Itulah yang namanya kipper sejati, kata Harry.

Jadilah Laskar Historia. Siap bertempur di FIK. Mereka merasa bangga karena merasa sebagai orang terpilih. Selama HIMA masih dalam dominasi Exsara memang situasinya sangat kompak apa lagi kalau untuk menggerakkan masa. Sastro bersama Harry berhasil menghebohkan suasana futsal kali ini. Adik kelas maupun kakak kelas mau menyempatkan menonton sepak terjang tim yang dibentuk oleh Harry ini yang bertanding di malam hari. Jumlah penonton dari tim lawan bukanlah apa-apanya jumlah supporter dari jurusan sejarah, selalu.

Suporter berangkat dari kampus C7 menuju kampus FIK dengan membawa perkakas ala kadarnya untuk menghebohkan suasana seperti potongan seng yang dipukul-pukul, ember PKM, asal pungut kaleng. Apa saja, yang penting tidak kalah hebohnya dengan Tifosi atau saat pertemuan El Classico. Tidak ada supporter jurusan lain yang segila kami dan sebanyak kami. Saat pertandingan berlangsung, betapa jatuhnya mental tim lawan, karena supporter kami membuat yel-yel yang mengolok-olok mereka. “PGSD HOLA HOLO!!, PGSD HOLA-HOLO!!”, misalnya seperti itu dan kata-kata lain yang tidak kotor.

Tak disangka match demi match melawan jurusan lain. Tim kita selalu menang. Tidak terlepas dari dukungan supporter yang loro pikir ini. Hingga pada waktunya semi final, tim kita jatuh oleh PJKR dari FIK. Mereka memang tidak mempan diolok-olok dan tetap saja ganas. Akhirnya kita pasrah, PJKR lolos dan menjadi juara 2 setelah diumbangkan IKOR di final. Meski begitu masih ada satu pertandingan lagi yang harus diperjuangkan yaitu merebutkan juara ke-3. Namun waktu itu juga lagi-lagi harus berhadapan lagi dengan tim lawan dari FIK, yaitu PKLO, dan kalah lagi. Akhirnya juara 4 waktu itu harus diterima dengan lapang dada.

Tapi ada kebanggaan dibalik itu semua. Kami dari jurusan sejarah adalah satu-satunya tim 4 besar KAJUR CUP yang berasal dari non-FIK dari puluhan jurusan lain di Unnes, dan dari beberapa jurusan lain di FIK. Bagi kami adalah prestasi yang luar biasa, kami merelakan 3 besar direbut jurusan dari FIK. Ini adalah hal yang sangat wajar. Sulit memang seorang Proklamator menang lari dari atlit lari dalam lomba Sprint. Sulit memang pasukan dari Athena bisa menang melawan pasukan Sparta yang memang dari lahir dibentuk sebagai seorang petarung. Tidak hanya penghargaan juara 4 saja yang diraih, tapi juga kita mendapat nominasi Suporter terbaik.

Meski juara 4 kita masih terpana-pana. Jika berfikir ulang mungkin ini adalah prestasi futsal terbaik  jurusan sejarah unnes dalam sejarah. Kita terlalu membangga-banggakan. Hingga Buleexs edisi IV bulan April 2010 memuat ucapan selamat dari tim terbaik kita ini. Mereka adalah legenda dari tim futsal Jurusan sejarah. Tapi ternyata ada satu tokoh sejarah yang terlupa.

Dia adalah Harry. Tanpa dipungkiri, Harry lah yang membentuk tim All Star ini, dialah yang menyeleksi, meracik komposisi tim. Dialah yang bertanggung jawab untuk memenejemen supporter yang gila itu. Dialah ketua Departemen B. Dialah Menpora terbaik di Jurusan sejarah. Tapi, Harry tidak pernah sesumbar kalau pencapaian ini berkat dirinya. Harry tidak pernah disalami ucapan selamat oleh rekan Hima maupun kawan-kawan Hima yang lain. Harry seperti tokoh Supriyadi yang menghilang.

HEBAT- Harry adalah masterpiece dari tim ini, yang berhasil tembus empat besar se-Unnes di KAJUR CUP FIK
HEBAT- Harry adalah masterpiece dari tim ini, yang berhasil tembus empat besar se-Unnes di KAJUR CUP FIK

 
$$$$


Nampaknya sang guru kehidupan belum puas menggembleng lelaki yang identik dengan Gudel ini. Lagi-lagi dia harus dibebani tanggungjawab lagi setelah paripurna dari Kabinet Sastro. Dia harus melangkah pada fase PPL. Apesnya dia ditunjuk sebagai Ketua rombongan PPL, ditambah lagi dia mendapatkan ploting di sekolah ungulan di suatu kabupaten, yaitu SMAN 1 Batang. Ibarat jatuh tertimpa tangga, sudah.

Banyak yang menilai Harry dari segi fisik saja. Sepintas memang sudah seperti ras unggul, ibarat ikan Lele dia adalah strain lele Masamo F1. Bertubuh bongsor padahal lebih muda dariku. Dan beruntung Harry bisa sedikit stylish tidak tampak lagi seperti orang bego. Itulah alasan Harry seperti cocok dijadikan pemimpin. Sama seperti SBY saat pilpres 2009, calon pemilih menyebutnya paling kharismatik.

Tapi sayang, aku tak tahu bagaimana sepak terjang Harry saat di Batang ini sebagai ketua. Setahuku itu adalah tanggung jawab yang cukup besar. Karakter ketua PPL setidaknya dia menguasai lima kompetensi: pertama, bisa berpidato didepan ratusan siswa saat upacara bendera; kedua dia harus supel dengan semua guru hingga pesuruh sekolah; ketiga supel dengan semua siswa yang ada disitu, seorang ketua harus paling hafal dan paling akrab dengan kebanyakan siswa semua kelas dibanding anggota PPL yang lain; keempat, ia harus pandai dan intens berkomunikasi dengan guru kordinator untuk membicarakan program; dan kelima dia harus bisa memimpin anggota PPL itu sendiri untuk menyatukan pendapat. Nampaknya Harry bisa melalui semua itu dengan mulus.

$$$$


Saat itu mungkin sejarah mengatakan bahwa Harry memang lebih unggul dariku. Dia bukanlah Gudel seperti yang kita perolok-olok. Tapi pada fase ini dia benar-benar cerdik seperti Kancil. Atau bisa dibilang Harry adalah Kancil berbulu Gudel.

Ini adalah fase mengerjakan skripsi, aku dan Harry senasib mendapatkan pembimbing II yang sama yaitu pak Ibnu Sodiq. Aku lebih dini mulai membuat skripsi ketimbang Harry. Kira-kira selisih 2 bulan. Aku terlalu bersusah payah penuhi keinginan pembimbing yang satu ini, bolak-balik revisi dan bolak balik dikritik. Tapi ternyata tidak dengan garapan Harry, cepat sekali dia di Acc setiap tahapan. Aku sedikit iri saat itu. Bukan aku merasa benar sendiri. Mungkin karena garapan Harry lebih mudah dipahami ketimbang garapanku. Faktor eksternal juga bisa terjadi, mungkin karena Pembimbing I ku adalah pak Karyono, setiap garapanku dikira didikte olehnya, sehingga Pak Sodiq seperti sengaja membuat gesekan.

Tidak cukup disitu. Ternyata Harry cukup pandai dan licik dalam mengakali SISkripsi. Bagiku SISkripsi adalah system terlaknat yang dibuat oleh Unnes, aku benar-benar mengutuk system ini. Karena beban mahasiswa jadi dobel tidak hanya harus bimbingan tapi juga harus membujuk dosen pembimbing yang gaptek untuk menyempatkan membuka internet dan meng approve tahapan proses bimbingan kita. Karena saking kalutnya pikiranku oleh SISkripsi ini, dengan terpaksa melalui trik yang sedemikian rupa akhirnya bisa membobol akunnya Pak Sodiq demi kelancaran SISKRIPSI ini, bukan demi nilai. Itupun baru kulakukan ketika sudah hamper ujian.

Tapi berbeda dengan Harry, dia punya trik yang jauh lebih beresiko dunia akhirat. Sehabis bimbingan Pak Sodiq, Harry tak perlu membujuk untuk meng-approve tahapan skripsinya, tapi dia pergi ke Lab computer jurusan Sejarah.
“Mba tadi sama Pak Sodiq diminta untuk melengkapi SISkripsinya saya,” kata Harry.
 “Oh ya? Tadi berarti sudah ijin pak Sodiq,” mba Retno masih curiga.
 “Iya mba, tadi Pak Sodiq sibuk langsung pergi jadi minta mba Retno saja, ini saya catatannya,” sahut Harry.

Diuruslah SISkripsi Harry. Mba Retno adalah superadmin yang mengetahui semua user dan password dosen. Harry dengan mudah mendikte mba Retno berbuat demikian. Dengan kata lain Harry setiap habis bimbingan harus berbohong terlebih dahulu. Cara Harry ini baru aku ketahui belakangan. Padahal Pak Arif sudah instruksikan bahwa SISkripsi itu tidak diperkenankan diwakilkan siapapun. Akupun yakin, seharusnya mba Retno juga tahu soal ini, masa dia mau melanggarnya demi Harry. Teman lain tak ada yang tahu. Ini masih menjadi misteri bagiku, bagaimana trik Harry. Apakah dia mengintimidasi? Masa iya orang selengob Harry bisa mengancam. Pakai Mantra /hipnotis? Teman dari fisika pun dia juga tidak punya, apalagi teman metafisika. Apakah Harry mendatangi mba Retno selalu dengan posisi resleting terbuka? Aku belum tahu.

Itulah bukti yang harus diakui bahwa Harry adalah Kancil berbulu Gudel. Dari wajahnya memang sayup-sayup mellow terkesan orang lamban seperti lagunya Gareth Gates yang berjudul “Unchained Melody”. Tapi disisi lain hatinya maupun tindakannya itu cepat dan tegas seperti lagunya Avenged Sevenfold yang berjudul “Unholy Confession”. Harry cepat dalam mengerjakan skripsi, cepat mengakali SISksipsi, dalam kondisi uang yang mepet ia cepat bertindak memutuskan manjadi penjual nasi kucing atau dia juga pernah menjadi tukang kipas ayam bakar tanpa rasa malu. Hingga jelang kelulusanpun dia tak segan-segan menyerobot kesempatan ikut SM3T. Dia benar-benar lelaki bertipe cepat dalam mengambil keputusan, dan ia tidak pernah menyesalinya. Seperti apa kata Ahmad Dhani, “Prajurit tempur ya tidak ada keragu-raguan, kalau ragu ya tertembak duluan”.  Hanya ada satu hal saja yang membuatnya tidak bisa bersikap cepat, tanggap dan tepat. Yaitu masalah percintaan.

$$$$$


Ujianpun sudah dilaluinya. Aku menyaksikan, Ujian Harry ini seperti bukan ujian. Itu adalah Dagelan lebih tepatnya. Hari itu menjadi hari yang bahagia buat Harry. Ujiannya mendahului jauh sebelum ujianku. Setelah lebaran 2012, tepatnya ketika kami sudah tinggal menunggu waktu untuk Wisuda, Harry mengontakku menawariku tentang SM3T. Dia bilang, dia tidak punya pandangan setelah wisuda nanti mau melakukan apa. Dia takut menganggur. Akhirnya dia ikut SM3T ini bersama kawan yang lain: Anggoro, Nanang dan Aji.

Aku tidak akan membodohi pembaca bahwa Harry memang ingin mengabdi kepada rakyat yang tertinggal, atau terenyuh kepada mereka yang tidak mendapatkan pendidikan seenak di Jawa. SM3T baginya adalah pelarian hidup, pilihan hidup, karena dia belum memiliki visi dan misi. Tapi dia tak sampai disini berhenti menerima kepasrahan.

Hari-hari sebelum keberangkatan SM3T, Harry memang sedikit bertingkah aneh. Dia jadi rajin sekali baca berita di internet, terutama tentang cerita-terita memprihatinkan kondisi sekolah di pelosok. Hingga dia mengambil salah satu gambar dari kisah itu kemudian diupload di facebook lalu ditag ke sebagian besar temannya. Kemudian banyak yang komentar dan geleng-geleng ikut prihatin dari gambar itu.

Aku bisa menerjemahkan maksud tingkah aneh Harry yang satu itu. Sesungguhnya dia sedang mendoktrin diri sendiri, salah satunya yaitu dengan membaca kisah-kisah pendidikan pelosok yang membuatnya terenyuh sendiri. Harry ingin menumbuhkan nasionalisme murni agar dia benar-benar semangat ketika berangkat nanti. Harry sedang berusaha agar niat keberangkatannya nanti itu bukan semata artifisial saja, akan tetapi sepenuhnya disadari kalau murid-murid yang di pelosok sana benar-benar sedang membutuhkan orang seperti Harry.  Ibaratnya, ikut SM3T baginya itu seperti dijodohkan dengan wanita yang tidak dicintainya, maka untuk mengikhlaskannya yaitu dengan cara berfikir dan mencari-cari  sisi mana dari wanita itu yang sekiranya bisa membuatnya terangsang dan berhasrat. Itulah cara dia mendoktrin diri sendiri.

Sebuah pengumumanpun terdengar, Harry hendak ditempatkan di Landak, Kalimantan Barat. Aku tak tahu tentang daerah itu. Tapi siapapun yang ikut program ini mengatakan bahwa SM3T itu adalah hal yang rekoso. Harry sudah terlanjur basah, sudah diberi honor belasan juta untuk satu semester, sudah menandatangani perjanjian dan tidak bisa membatalkan keputusan ini. Buah Khuldi sepertinya sudah disuguhkan didepan Harry, tinggal dia memakannya. Setelah itu dia akan diterjunkan ke suatu tempat bisa dijamin tidak akan seenak disini, dan dia bakal menghadapi banyak tantangan hidup. Tahun 2012 Harry tak sempat merayakan kelulusan dengan baju toga wisuda. Dia telah terbang jauh meninggalkan kami disini.

$$$$


Satu tahun kemudian Harry kembali pulang ke Jawa. Rasa kangen tidak terperi kepada keluarganya, kepada tetangganya, kepada adik kelasnya dan kepada temannya. Perjalanan dari bandara Supadio Kalbar ke bandara Soetta Jakarta sebenarnya tidak terlalu lama. Tapi Harry benar-benar menikmati perjalanan ini. Ia sengaja duduk menepi di dekat kaca pesawat agar bisa melihat keluar, ia memandangi zamrud katulistiwa dari cakrawala, sambil melamun. Tidak terasa, satu tahun yang menyulitkan itu telah berlalu. Ia merasa bangga telah menyelesaikan tugas dari Dikti untuk mengajar di tempat terdepan, terluar dan tertinggal.

Dia tak pernah menyesali telah memakan buah Khuldi kemarin, karena SM3t telah memberinya pengalaman dan pelajaran yang begitu mendalam. Masih ada tantangan satu tahun lagi di Semarang, yaitu kembali kuliah untuk mendapatkan gelar “Gr” (guru), seperti yang dijanjikan menteri pendidikan, M. Nuh. Senyumnnya terkembang, dalam tatapan mata kearah awan-awan kumulo nimbus yang seperti doomba-domba lucu di peternakan yang permai. Ia merasakan banyak perubahan sejauh ini, sejarah telah membicarakannya. Kini rambutnya sudah tidak lagi plontos seperti orang bodoh lagi. Matanya sudah lebih melek, tak lagi kudup seperti orang jepang yang sedang bingung.

Ribuan fragmen ingatan dalam pandangan kosongnya, mengantarkan pada memory lama. Sepertinya dia pernah merasakan posisi melamun di sebelah kaca serupa ini sebelumnnya. Dia baru ingat  kalau dia pernah melamun di bis Nusantara saat pertama KKL dulu. Baru tersadar, dia sedang terpana oleh dejavu. Mengusap-usap kepala, menguap dan tertidur sambil tersenyum di pesawat.





“Setiap orang akan mati, hanya yang membedakan adalah perbuatannya semasa hidup”
– Harry Laksono, 2014


Padamara, 24 Mei 2014



Harry kata mereka:

“Bagiku, Harry tetaplah Gudel. Tapi dia pintar bersilat lidah”
Anggoro Alam S. B – Teman sekamarnya Harry

“Sungguh inspiratif. Harry memang selalu terlihat gelisah, setiap malam dia tidak bisa tidur. Sehingga dia punya kebiasaan yang nyaris mustahil dilakukan orang lain, mencuci baju di tengah malam”
Aris Fajar Yulianto – Guru Sejarah SMK Tunas Harapan Pati, teman satu indekos

“Kreatif. Harry suka menulisi tembok kamar: harus sering baca buku, harus solat lima waktu, meski prakteknya tidak ada. Kebanyakan teori dik”
Nanang Pratmaji – Mantan Ketua Umum Eksara pertama



0 comments:

Post a Comment